Desain Apartemen dengan Konsep Zero Energy Building by Rohmat Setiawan

From ccitonlinewiki
Jump to: navigation, search

Desain Apartemen dengan Konsep Zero Energy Building dengan Mengoptimalkan Sumber dan Siklus Material

Dalam Tugas besar ini, terdapat 4 orang untuk merencanakan desain apartemen dengan konsep Zero Energy Building dengan kriteria sbb:

1. Efisiensi energi dan konservasi

2. Konservasi air

3. Sumber dan siklus material

4. Kesehatan dan kenyamanan ruang dalam

Untuk bagian saya adalah pada kriteria Sumber dan Siklus Material. Di bawah ini akan diuraikan perencanaan desain apartemen yang akan dibuat:

A. Deskripsi Bangunan

1. Lokasi : Depok, Jawa Barat Suhu harian : 24 – 32 deg C (Min – Max) RH : 76% Curah hujan : 200 – 400 mm/bulan Angin : 8.2 km/jam

2. Luas lahan : 1500 m2 = 25 x 60 m

3. Luas bangunan : 3780 m2 = 14 x 45 m

4. Jumlah lantai : 6

5. Dimensi kamar : 5 x 6 m, tinggi 3 m

6. Jumlah kamar : 94 kamar

B. Sumber dan Siklus Material

Green construction bisa direncanakan sejak awal dengan cara memilih dan menggunakan material-material sustainable dan ramah lingkungan. Pada prinsipnya setiap material bangunan mempunyai siklus hidup, dimulai dari pengambilan bahan baku di tempat asal dan berakhir di tempat pembuangan. Dalam konsep membangun proyek hijau, siklus hidup material tidak boleh berakhir di tempat pembuangan begitu saja, namun material tersebut sedapat mungkin dimanfaatkan kembali dengan cara digunakan kembali (reuse), diolah kembali (recycling), dan apabila memang tidak dapat untuk kedua hal tersebut di atas maka harus dibuang dengan cara yang ramah lingkungan (Sudiartha et al. 2015).

Dari enam kategori penilaian pada Greenship yang pelu mendapat perhatian lebih dan berkaitan dengan proses konstruksi adalah kategori material resources and cycle (MRC) karena berdasarkan data World Green building Council, di seluruh dunia, bangunan menggunakan 25% produk kayu, dan 40-50% penggunaan bahan mentah untuk pembangunan dan pengoperasiannya (Abduh dan Fauzi 2012). Kriteria dalam kategori sumber dan siklus material menurut GBCI 2013 :

a) Refrigeran Fundamental (Fundamental Refrigerant)

Mencegah pemakaian bahan dengan potensi merusak ozon yang tinggi, yaitu Tidak menggunakan chloro fluoro-carbon (CFC) sebagai refrigeran dan halon sebagai bahan pemadam kebakaran.

b) Penggunaan kembali material dari gedung (Building and Material Reuse)

Menggunakan material bekas bangunan lama dan/atau dari tempat lain untuk mengurangi penggunaan bahan mentah yang baru, sehingga dapat mengurangi limbah pada pembuangan akhir serta memper-panjang usia pemakaian suatu bahan material.

c) Material Ramah Lingkungan (Environmentally Friendly Material)

Mengurangi jejak ekologi dari proses ekstraksi bahan mentah dan proses produksi material. Yaitu dengan menggunakan material yang memiliki sertifikat sistem manajemen lingkungan pada proses produksinya, menggunakan material yang merupakan hasil proses daur ulang, atau menggunakan material yang bahan baku utamanya berasal dari sumber daya terbaharukan.

d) Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (Non ODS Usage)

Menggunakan bahan yang tidak memiliki potensi merusak ozon. Yaitu dengan tidak menggunakan bahan perusak ozon (BPO) pada seluruh sistem pendingin bangunan.

e) Kayu Bersertifikat (Certified Wood)

Menggunakan bahan baku kayu yang dapat dipertanggungjawabkan asal-usulnya untuk melindungi kelestarian hutan. Yaitu dengan menggunakan bahan material kayu yang bersertifikat legal sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang asal kayu, atau bersertifikasi dari pihak Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) atau Forest Stewardship Council (FSC)

f) Material Prafabrikasi (Prefab Material)

Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan material dan mengurangi sampah konstruksi. Yaitu dengan menggunakan material modular atau prafabrikasi.

g) Material Regional (Regional Material)

Mengurangi jejak karbon dari moda transportasi untuk distribusi dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Yaitu dengan menggunakan material yang lokasi asal bahan baku utama dan pabrikasinya berada dalam radius 1.000 km dari lokasi proyek atau masih berada dalam wilayah Republik Indonesia.

Material dalam green construction mengurangi efek samping terhadap lingkungan, selain itu juga membuat efisiensi berkelanjutan struktur serta mengurangi konten pencemaran lingkungan dan emisi gas rumah kaca seperti penipisan sumberdaya, polusi tanah dan lain-lain. Oleh sebab itu dorongan untuk menggunakan bahan ramah lingkungan diperlukan untuk hidup yang lebih baik (Gupta 2013).