DESAIN KRI TIPE LANDING PLATFORM DOCK (LPD) SEBAGAI KAPAL MARKAS BERBASIS HYBRID, Mei Edi Prayitno

From ccitonlinewiki
Jump to: navigation, search
Mei Edi Prayitno No.18.062.444.65

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) tipe Lnading Platform Dock ( LPD) merupakan kapal perang yang memiliki kemampuian dalam mengangkut personel maupun kendaraan tempur taktis maupun strategis dalam kegiatan pendaratan adminisntrasi. KRI tipe LPD juga dapat difungsikan sebagai alat angkut kendaraan tempur amfibi dan angkut heli yang memiiiki kemampuan Docking-Undocking guna mamproyeksikan kekuatan dari laut ke darat melalui LCU (Landing Craft Utiiity) dalam operasi amfibi, operasi pendaratan administrasi dan operasi lainnya sesuai direktif yang diberikan. Kapal LPD memiliki fungsi-fungsi yang dapat diemban untuk mendukung tugas pokoknya antara lain : melaksanakan operasi pengeseran pasukan dan logistik atau operasi pendaratan administratif, mengangkut pasukan dan peralatan tempur serta dukungan terhadap OLP, melaksanakan Operasi Bhakti, mendukung pengoperasian heli, melaksanakan dukungan medis terbatas, melaksanakan dukungan logistik cair terbatas, melaksanakan Patroli Kamla dan mendukung tempat praktek pendidikan dan latihanEnergi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia.

Gambar 34.JPG

Sifat tempur Kapal LPD sangat ditentukan oleh reka bentuk bangunan kapal, kapal ini memiliki mobilitas angkut dan ketahanan operasi hingga 30 hari secara terus menerus tanpa pasukan serta kemampuan embarkasi/debarkasi menggunakan LCU. Heli sebagai kepanjangan tangan sistem kesenjataan memungkinkan untuk menambah aksi dukungan logistik maupun kepentingan operasional dan tugas-tugas khusus dalam mendukung rangkaian kegiatan tempur. Dalam kegiatan operasinya KRI tipe LPD mendapatkan tenaga listrik secara mandiri yang dibangkitkan dari Generator Electrical Set (Genset). Seiring dengan perkembangan dunia untuk penghematan energy dimana hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi, dan dihadapkan pada pemanfaatan energi fosil yang berlebihan dapat menimbulkan krisis energi, maka diperlukan desain KRI yang berbasis pada kapal hybrid yang ramah (eco-friendly) bagi setiap perancangan desain kapal. Pendekatan bangunan kapal yang ramah lingkungan (eco-friendly architecture), menghasilkan beberapa konsep perancangan: conserving energy (Hemat Energi), working with climate (memanfaatkan kondisi dan sumber energi yang alami), respect for site (menanggapi keadaan tapak pada bangunan), respect for user (memperhatikan pengguna bangunan), limitting new resources (meminimalkan sumber daya baru), dan holistic. Dengan latar belakang isu sumber energi tak terbarukan yang mulai menipis serta dampak buruk yang dihasilkan akibat konsumsi energy (tak terbarukan) bagi lingkungan, maka akan lebih baik bila dalam perancangan kapal perang lebih berfokus pada usaha konservasi dan efisiensi energi sehingga menjadi rancangan kapal yang mampu menghemat energi. Disamping juga dalam kondisi darurat KRI masih mampu menghasilkan energi listik yang dapat digunakan sebagai sumber tenaga untuk peralatan deteksi kapal terhadap obyek kapal lain disekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan desain kapal perang tipe LPD hybrid yang mampu melaksanakan tugas guna mendaratkan unsur administrasi TNI AD, serta mampu sebagai kapal markas yang dapat menghasilkan energy dari sumber panel surya (solar cell). Metode yang dilakukan dalam desain KRI LPD sebagai kapal markas berbasis hybrid dilakukan dengan menganalisis karakteristik kapal LPD dari perhitungan kurva hidrostatik dan kurva bonjean, perhitungan kekuatan memanjang, perhitungan kebutuhan energy, analisis peralatan deteksi dan senjata sebagai kapal markas, perhitungan break event point dan analisis strategi untuk mengkobinasikan sumber tenaga dari solar cell dengan sumber tenaga dari Electrical Genset.

Pertanyaan Penelitian

Terkait dengan analisis desain KRI LPD sebagai kapal markas berbasis kapal hybrid sesuai dengan pembagian tugas disusun beberapa pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanan menganalis kapal tipe LPD sebagai kapal markas?

b. Bagaimana menentukan break event point terkait dengan biaya pembuatan kapal?

Tujuan Penelitian

Dari uraian pertanyaan penelitian yang telah diuraiakn di atas dapat disusun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalis kapal tipe LPD sebagai kapal markas

b. Untuk menganalisis break event point terkait dengan biaya pembuatan kapal.


TINJAUAN PUSTAKA

Dimensi kapal Kapal LPD

Dalam pengerjan dan perhitungan bagian-bagian kapal, dikenal istilah – istilah yang sering di pakai dalam bidang perkapalan.berikut beberapa istilah yang sering dipakai dalam bidang tersebut yaitu :

- LPP (Length between Perpendicular). Panjang antara dua garis tegak yaitu jarak horisontal antara garis tegak depan (haluan/FP) dengan garis tegak belakang (buritan/AP).

- After perpendicular (AP). Garis tegak buritan, adalah garis yang terletak pada linggi kemudi bagian belakang atau terletak pada sumbu kemudi.

- Fore Perpendicular (FP). Garis tegak haluan, adalah garis yang terletak pada titik potong antara linggi haluan dengan garis air pada sarat muat yang telah di rencanakan.

- B (Breadth). Lebar kapal yang diukur pada sisi dalam plat di tengah kapal (A midship).

- H (Depth/Hight). Tinggi bersih adalah jarak vertikal yang diukur pada bidang tengah kapal (midship) dari atas keel (lunas) sampai sisi atas geladak di sisi kapal.

- T (Draught/Draft). Sarat bersih yaitu jarak vertikal yang diukur dari sisi atas lunas sampai pada garis air.

- Cb (Block Coefficient). Koefisien blok, yaitu perbandingan antara volume badan kapal yang tercelup/displacement pada garis air muatan penuh dengan hasil kali panjang, lebar dan sarat kapal.

Gambar 38.JPG

Kapal LPD sebagai kapal Markas

Kapal Markas

Kapal markas merupakan kapal yang digunakan sebagai pusat pengendali dari pimpinan dalam kegiatan lintas laut menuju daerah operasi untuk mengendalikan seluruh kapal dalam sebuah gugus tugas (Kep Panglima TNI, 2000). Dalam pelaksanaan operasi gabungan, perebutan sasaran pokok atau sasaran lain yang berada jauh dari pangkalan, Kogasgab perlu melakukan pemindahan kekuatan darat (Subkogasgabrat) ke daerah tempur melalui media laut dengan metode pendaratan administrasi. Jika pemindahan kekuatan darat tersebut menggunakan kapal angkut dan diproyeksikan lewat laut ke daerah yang dikuasai musuh, maka sebelumnya perlu dilakukan operasi Amfibi untuk menguasai Tumpuan Pantai atau operasi lainnya dalam rangka mengamankan pantai pendaratan. Dalam melaksanakan operasi tersebut perlu adanya suatu Komando dan pengendalian (Kodal), untuk mendukung pelaksanaan kodal tersebut maka diperlukan kapal yang mempunyai kemampuan untuk mengendalikan unsur–unsur yang berada dibawah kendali operasionalnya, baik unsur udara (Pesud/Heli) maupun unsur laut (KRI).

Platform

Sebagai kapal komando memiliki kemampuan untuk mengakomodasikan 90 personil Perwira dan ABK serta staf Kogasgab/ Subkogasgabfib/ Subkogasgabratmin/ Subkogasgabrat tanpa mengganggu perwira dan ABK.

Break Event Point (BEP) Pembangunan Kapal LPD

Untuk menentukan besarnya BEP dutentukan oleh biaya yang diperlukan untuk membangun kapal LPD sebagai kapal markas dan pemanfaatan dalam melaksanakan operasi dalam kondisi damai atau perang. Dalam kondisi damai, kapal jenis LPD dimanfaatakan untuk mengirimkan prajurit TNI AL untuk menjaga 12 pulau terluar dari pencurian sumber daya alamnya. Dengan demikian untuk menentukan besarnya nilai BEP dihitung berapa potensi sumber daya alam yang dapat dieksplorasi untuk dimanfaatakan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Break Event Point (BEP)

Analisis Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan (Prasetya dan Lukiastuti, 2009). Titik tersebut dinamakan titik BEP. Dengan mengetahui titik BEP, analis dapat mengetahui pada volume penjualan, berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi, tetapi juga tidak untung sehingga apabila penjualan melebihi titik itu, maka perusahaan mulai mendapatkan untung. BEP dapat diartikan suatu keadaan dimana total pendapatan besarnya sama dengan total biaya (TR=TC) (Yamit, 1998).

Analisis Break Event Point Analysis (BEP)

Analisis Break Even Point Analysis (BEP) merupakan titik produksi, dimana hasil penjualan sama persis dengan total biaya produksi. Analisis pulang pokok (break-even analysis) adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik dalam kurva biaya-pendapatan yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Titik tersebut disebut sebagai titk pulang pokok (break even point, BEP). Adapun analisis break even point (BEP) dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan matematis (matchematic appreach) dan pendekatan (graphical appreach) (Prawirosentono, 2001). Dengan menggunakan pendekatan matematis atau pendapatan sama dengan biaya, rumus BEP dapat diperoleh sebagai berikut:

TR = TC

P . Q = (F + V) Q

BEP (Q)=F/(P-V)

BEP ( Rp) = BEP (Q) x P

= (F/(P-V))xP

BEP (Rp) = F/(1-V/P)

Dimana:

BEP (Rp)= Titik Pulang Pokok (dalam rupiah)

BEP (Q)= Titik Pulang Pokok (dalam unit)

Q = jumlah unit yang dijual

F = biaya tetap

V = biaya variable per unit

P = harga jual netto per unit

TR = pendapatan total

TC = Biaya total

Sedangkan metode perhitungan titik impas secara grafis, seperti gambar di bawah ini

Gambar 39.JPG

Gambar di atas menunjukkan model dasar dari analisis pulang pokok, dimana garis pendapatan berpotongan dengan garis biaya pada titik pulang pokok (BEP). Sebelah kiri BEP menunjukkan daerah kerugian, sedangkan sebelah kanan BEP menunjukkan daerah keuntungan. Model ini memiliki asumsi dasar bahawa biaya per unit ataupun harga jual per unit dianggap tetap/konstan, tidak tergantung dari jumlah unit yang terjual. Analisis pulang pokok dibedakan antara penggunaan untuk produk tunggal dan penggunaan untuk beberapa produk sekaligus (multiproduk ). Rumus BEP untuk produk tunggal tidak dapat langsung digunakan untuk multiproduk karena biaya variabel dan harga jual setiap produk berbeda. Oleh karena itu, rumus tersebut harus dimodifikasi dengan mempertimbangkan kontribusi penjualan dari setiap produk. Rumus titik pulang pokok untuk multiproduk menurut Herjanto (2008:155-156), sebagai berikut:

BEP (Rp) =F/(Total Kontribusi Tertimbang)

Dimana:

F = biaya tetap per periode

Kontribusi tertimbang = persentase penjualan produk terhadap total rupiah penjualan

=(1 – V/P).W

Potensi 12 Pulau Terluar

Potensi 12 pulau terluar yang berbatasan langsung dengan wilayah laut Negara lain dapat jelaskan sebagai berikut:

a. Pulau Rondo yang berbatasan dengan Negara India. Perairan pulau Rondo memiliki potensi perikanaan yang cukup besar. Beberapa tempat di pulau Rondo memiliki kandungan belerang. Vegetasi Rondo berupa pohon kelapa, ketapang, palem, rotan dan belukar. Fauna yang banyak terlihat adalah jenis burung-burung, seperti gagak elang, camar dan beberapa jenis lainnya. Biawak dan ular juga sering dijumpai, terutama di bagian tepi pulau.

b. Pulau Sekatung yang berbatasan dengan Negara Vietnam. Pulau Sekatung memiliki sumber mata air. Merupakan salah satu pulau yang memiliki kekayaan sumber daya laut dari berbagai jenis ikan yang melimpah serta panorama bawah laut dengan beragam terumbu karang yang indah, dapat dengan mudah ditemukan di perairan pulau ini. Jenis flora yang terdapat di pulau Sekatung meliputi rumput, semak, ketapang dan Kelapa. Sedangkan jenis fauna meliputi elang laut dan biawak.

c. Pulau Nipa yang berbatasan dengan Negara Singapura. Kondisi flora berupa semak sedangkan beberapa jenis fauna meliputu camar dan elang laut. Pulau Nipa memiliki pantai yang indah sebagai obyek wisata.

d. Pulau Berhala yang berbatasan dengan Negara Malaysia. Terdapat jenis flora meliputi Pohon keras dan semak belukar serta jenis fauna meliputi biawak, kadal, burung laut dan penyu. Sumber air berasal dari sumur air tawar.

e. Pulau yang berbatasan dengan Negara Filipina.

1) Pulau Marampit. Memiliki potensi hasil bumi berupa kopra, pala dan buah buahan. Sedangkan hasil perikanan berupa ikan karang. Pulau Marampit memiliki fauna yang unik dan tak ditemukan di daerah lain seperti ketam kenari, pergam atau lebih dikenal sebagai Merpati Hutan dan Kingfisher dengan berbagai warna.

2) Pulau Marore. Perairan pulau Marore sangat potensial dengan biota laut dan ikan bernilai ekonomi tinggi.

3) Pulau Miangas. Memiliki potensi hasi laut yang berupa ikan yang melimpah serta panorama bawah air yang indah. Pengelolaan hasil perikanan cukup memadahi dan dijual dalam kondisi segar.

f. Pulau Batek yang berbatasan dengan Negara Timor Leste. Memiliki potensi hasil laut yang melimpah berupa jenis ikan dan memiliki panorama bawah air yang indah.

g. Pulau Dana yang berbatasan dengan Negara Australia. Pulau Dana merupakan daerah hutan lindung dan cagar alam khususnya dari jenis rusa. Jenis sumber daya hayati yang terdapat di perairan pula Dana adalah berbagai jenis ikan dengan jumlah yang melimpah. Pulau Dana memiliki potensi pantai dengan pasir putih dan panorama bawah air yang belum terkelola dengan baik.

h. Pulau yang berbatasan dengan Negara Republik Palau.

1) Pulau Fani. Perairan pulau Fani memiliki potensi sumber daya hayati terutama dari jenis ikan dengan jumlah yang besar, sehingga memberikan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor penangkapan ikan.

2) Pulau Brass. Perairan pulau Brass memiliki potensi sumber daya hayati terutama dari jenis ikan dengan jumlah yang besar serta panorama bawah air yang menawan, sehingga memberikan kesempatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor perikanan dan wisata bahari.

3) Pulau Fanildo. Perairan pulau Fanildo memiliki potensi sumber daya hayati terutama dari jenis ikan dengan jumlah yang besar akan tetapi belum sepenuhnya di kelola dengan baik.

Gambar 42.JPG

Kerangka Pemikiran

Untuk mendesain KRI Tipe LPD sebagai kapal markas yang berbasis hybrid memiliki karakteristik ramah lingkungan disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 40.JPG


METODOLOGI

Kapal LPD sebagai kapal Markas

Dalam memdesain kapal LPD sebagai kapal markas digunakan metode penelitian kualitatif yang didasarkan pada berbagai literature yang relevan, berbagai sumber data umum, serta data yang didapatkan dari beberapa sumber jurnal. Menurut Burhan Bungin (2007) Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian untuk menelusuri data historis. Sedangkan Sugiyono (2012) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Penyusunan instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius dan sistematik. Dalam tesis ini, pengumpulan data yang digunakan antara lain:

Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara terstruktur terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Adapun observasi dalam kajian ini meliputi data kapal LPD.

Studi Literatur

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui proses pengadopsian teori-teori dan analisa data penelitian sejenis serta data yang diangkat dan diberitakan melalui media massa serta literatur relevan lainnya seperti gambaran umum mengenai data kapal LPD pada berbagai negara.

Break Event Point Pembangunan Kapal LPD

Menetukan Biaya Pembangunan Kapal LPD

Untuk menentukan berapa waktu yang diperlukan untuk menghitung break event point (BEP) kapal LPD sebagai kapal markas digunakan metode penelitian kualitatif yang didasarkan pada berbagai literature yang relevan, berbagai sumber data umum, serta data yang didapatkan dari beberapa sumber jurnal. Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan ke dalam neraca. Sedangkan beban atau expense adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat di masa akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan ke dalam Laba-Rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan (Bustami dan Nurlela, 2006:7-8). Berdasarkan sifatnya (by nature), biaya dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu (Prawirosentono, 2001:113):

1) Biaya tetap (Fixed Cost = FC). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume produksi pada periode dan tingkat tertentu. Namun pada biaya tetap ini biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume produksi. Semakin tinggi volume produksi, semakin rendah biaya satuannya. Sebaliknya, semakin rendah volume produksi semakin tinggi biaya per satuannya. Jenis biaya yang tergolong biaya tetap antara lain adalah: penyusutan mesin, penyusutan bangunan, sewa, asuransi aset perusahaan, gaji tetap bulanan para karyawan tetap.

2) Biaya Variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding (proporsional) sesuai dengan perubahan volume produksi. Semakin besar volume produksi semakin besar pula jumlah total biaya variabel yang dikeluarkan. Sebaliknya semakin kecil volume produksi semakin kecil pula jumlah total biaya variabelnya. Jenis biaya variabel antara lain adalah: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya tenaga listrik mesin, dan sebagainya.

3) Biaya Semi Variabel. Biaya semi-variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, namun perubahannya tidak proporsional. Dalam analisis titk-impas, biaya harus dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni biaya tetap dan biaya variabel.

Menghitung BEP

Metode Kontribusi Unit merupakan variasi metode persamaan. Setiap unit atau satuan produk yang terjual akan menghasilkan jumlah margin kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap. Metode kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana harus diketahui nilai margin kontribusi (Simamora, 2012:171). Margin Kontribusi adalah hasil pengurangan pendapatan dari penjualan dengan biaya variabel. Untuk mencari titik Impas atau Break Even Point (BEP) rumusnya adalah sebagai berikut:


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kapal Markas

KRI LPD sebagai kapal Markas

Untuk mencapai kemampuan dalam mengendalikan unsur-unsur yang berada di bawah kendali operasi sebuah kapal komando, memilki sarana dan prasarana yang mampu memberikan penggambaran situasi taktis di daerah operasi, peralatan deteksi serta komunikasi yang memadai. Tugas pokok kapal LPD sebagai kapal markas adalah sebagai kapal angkut personel, kendaraan tempur amfibi dan angkut heli diberikan kepada yang memiliki kemampuan Docking-Undocking guna mamproyeksikan kekuatan dari laut ke darat melalui LCU (landing craft utiiity) dalam operasi amfibi, operasi pendaratan administrasi dan operasi lainnya sesuai direktif yang diberikan. Fungsi yang dapat diemban untuk mendukung tugas pokoknya antara lain :

1) Melaksanakan operasi pengeseran pasukan dan logistik atau operasi pendaratan administratif

2) Mengangkut pasukan dan peralatan tempur

3) Melaksanakan Operasi Bhakti

4) Mendukung pengoperasian heli

5) Melaksanakan dukungan medis terbatas

6) Melaksanakan dukungan logistik cair terbatas

7) Melaksanakan Patroli Kamla

8) Mendukung tempat praktek pendidikan dan latihan

Dimensi Utama KRI

1) Panjang Keseluruhan (LOA) : 125 meter.

2) Panjang pada garis air (LWL) : 119,2 meter.

3) LBP : 109,2 meter.

4) Lebar Kapal : 22 meter.

5) Kedalaman

a) K deck main : 6,7 meter.

b) H deck upper : 11.3 meter.

c) E deck bridge dari WL : 25,4 meter.

6)Draft

a) DLWL : 4,5 meter.

b) SLWL : 4,9 meter.

7) Gross tonage (Int.) : 10.500 ton.

8) Bobot mati (DWT) : 2.800 ton.

9) Displacement/berat penuh : 7.300 ton

10) Kecepatan

a) Maksimum : 16 Knots

b) Operasi/ Jelajah : 14 Knots

c) Ekonomis : 12 Knots

11) Kemampuan Layar  : ± 30 hari

12) Kapasitas penyimpan :

a) Ikan : 30 m³

b) Daging : 38 m³

c) Sayur : 80 m³

d) Bahan Makanan Kering  : 200 x 2 m³

13) Kapasitas tangki:

a) Bahan bakar : 722 ton

b) Air tawar : 566 ton

c) Ballast : 4,406,66 ton

d) Minyak lincir M/E : 31,55 ton

14) Jarak Jelajah :

a) Operasi : 10.080 Nm

b) Ekonomis : 8.640 Nm

15) LCU On Board  : 2 Unit LCU Type 23 M Class (baru terpasang 1 unit)

16) Helly On Board  : 3 Unit jenis BO/Bell-412

untuk di geladak Heli dan 2 unit (jenis heli yang mempunyai baling-baling lipat dan memiliki roda)

17) Persenjataan (Belum terpasang).

18) Daya angkut personel

a) ABK : 126 orang.

b) Tamu : 11 orang.

c) Pasukan : 207 orang

d) Total daya angkut : 344 orang.

19) Daya angkut material

a) Rantis

(1) Rantis jenis Liaz : 24 Unit (144 ton)

(2) Rantis jenis Maeza : 24 Unit (108 ton)

(3) Rantis jenis Reo : 24 Unit (132 ton)

(4) Rantis jenis Unimog : 24 Unit (120 ton)

(5) Rantia jenis Hino : 21 Unit (90 ton)

b) Ranpur

(1) Tank jenis AMX : 24 Unit (340,8 ton)

(2) Tank jenis PT-76/Pangsam : 24 Unit (340,8 ton)

(3) Tank jenis BTR-50 : 24 Unit (336 ton)

(4) Tank jenis Kappa-61 : 18 Unit (171 ton)

(5) Tank jenis Kappa PTS : 15 Unit (142,5 ton)

20) UCVP Davit

a) Kemampuan : 20 ton

Gambar 41.JPG

Peralatan yang mendukung

Peralatan yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1) Indalsen.

a) Sensor.

(2) Alat deteksi/Radar. Penambahan Radar Air And Surface serta Under Surface dan Surveillance 3D yang mampu mengkompilasi seluruh tampilan kontak sehingga mempermudah di dalam pengambilan keputusan melaksanakan tracking sasaran permukaan lebih dari 40 dan sasaran udara lebih dari 100 sasaran serta dilengkapi sistem pengendalian operasional heli. Radar udara yang dimaksud memenuhi kriteria tersebut dan telah familiar di lingkungan TNI AL diantaranya radar LW-08 dan DA-08.

(3) Sistem Kendali Senjata. Sistem Kendali Senjata diperlukan untuk mengintegrasikan fungsi peperangan anti kapal permukaan dan anti udara dalam bentuk suatu tampilan taktis pada satu Display Console (MOC) yang berfungsi sebagai :

(a) Kontrol sensor dan senjata.

(b) Memproses data-data sasaran

(c) Melaksanakan penembakan dengan meriam 40 mm.

(d) Menampilkan gambaran taktis melalui video display.

(e) Dapat merekam gambaran taktis ke Video tape recorder dan dapat ditampilkan kembali dengan format sistem PAL CCIR Video.

b) Identification Friend and Foe (IFF).

c) Meja plot semi otomatis yang dapat menampilkan gambaran navigasi yang dapat diintegrasikan dengan Gyro Kompas.

Gambar 43.JPG

2) Persenjataan.

a) Meriam kaliber 40 mm 2 unit di haluan kiri kanandan terintegrasi dengan FCS dan Tracking Unit.

(1) Jarak tembak : 6 Nm

(2) Kecepatan tcmbak  : 300 peluru/menit

(3) Elevasi : -3° sampai +85°

(4) Sasaran : Udara dan permukaan

b) Meriam kaliber 20 mm 2 Unit di geladak E kiri kanan

(1) Jarak tembak Max : 2000 meter

(2) Kecepatan tembak  : 800 – 1030 butir/menit

(3) Sasaran :Udara

c) 1 Unit CIWS 6 barrell di Geladak D dengan kecepatan tembak lebih dari 3000 butir/menit dan jarak tembak efektif 3500m, serta terintegrasi dengan Combat Management System.

3) Peralatan Komunikasi.

a) System Komunikasi Eksternal.

(1) TRX HF 500 W : 2 Set

(2) TRX HF 150 W : 2 Set

(3) RX HF : 3 Set

(4) TRX VHF FM : 2 Set

(5) RX VHF AM GTA : 2 Set

(6) TRX VHF FM LB Base Sta : 6 Set

(7) TRX V/UHF/AM FM/ Base Sta : 2 Set

(8) TRX UHFFM HT : 6 Set

(9) TRX VHFFM HT : 6 Set

(10) Digital Encryption  : 3 Set

(11) Link Y : 1 Set

(12) IMAS : 1 Set

b) Pernika

(1) Jammer Comunnication multiband: 1 Set

(2) Monobs Comunnication : 1 Set

(3) Radio Direction Finder Multiband: 1 Set

Gambar 45.JPG

Pembahasan

Analisis Kapal LPD sebagai kapal Markas

Sifat Tempur

Sifat tempur Kapal LPD sangat ditentukan oleh reka bentuk bangunan kapal, kapal ini memiliki mobilitas angkut dan ketahanan operasi hingga 30 hari secara terus menerus tanpa pasukan serta kemampuan embarkasi/debarkasi menggunakan LCU. Heli sebagai kepanjangan tangan sistem kesenjataan memungkinkan untuk menambah aksi dukungan logistik maupun kepentingan operasional dan tugas-tugas khusus dalam mendukung rangkaian kegiatan tempur. Kelebihan dan kekurangan kapal LPD ksebagai kapal markas agar optimal dalam penggunaan tempurnya, sebagai berikut:

1) Kelebihan.

1) Embarkasi dan Debarkasi relative lebih cepat

2) Dapat mengangkut Helikopter sebanyak 5 buah

3) Daya angkut material baik ranpur maupun rantis yang banyak.

4) Ruang akomodasi pasukan yang layak.

5) Dapat mengoperasikan 2 unit LCU untuk mendaratkan pasukan dan material.

2) Kekurangan.

1) Rentan terhadap perubahan Hydrometeorologi.

2) Tingkat getaran (vibrasi) relatif lebih tinggi bila dibanding dengan mesin yang menggunakan turbin (gas/uap).

Desain Ruang Pusat Informasi Tempur

Ruang pusat informasi tempur (PIT) sebagai sarana Kodal/posko Kogasgab, yang didalamnya terdapat peralatan (gambar 11 dan gambar 12):

1) MOC

2) Peralatan komunikasi (eksternal dan internal)

3) Repeater Speed Log dan Gyro Compass

4) Meja Plot

5) Papan toto

Gambar 43.JPG


PENUTUP

Simpulan

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Untuk memenuhi fungsi asasi KRI LPD sebagai kapal markas, maka minimal harus dilengkapi peralatan sesuai dengan tahap I dengan nilai Rp. 60.800.000.000,00.

b. Untuk meningkatkan kemampuan BEP kapal LPD sebagai kapal markas perlu dioptimalkan dalam kegiatan operasi untuk menjaga kedaulatan perairan yurisdiksi nasional.

Rekomendasi

a. Kapal LPD sebagai kapal markas perlu direalisasikan sebagai sarana untuk meningkatkan kesatuan komando pada kegiatan lintas laut dalam suatu gugus tugas (Task Force) dan gugus tempur (Battle Task).


Daftar Pustaka

Bastian Bustami & Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu

Henry Simamora. 2012. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Star Gate Publisher

Jane Figting Ship. 2014. World Naval Warship. United State Of America.

Keputusan Panglima TNI. 2000. Prosedur Operasi Gabungan–Operasi Pendaratan Administrasi.

Prawirosentono, Suyadi. 2001. Manajemen Operasi,analisis dan studi kasus. Edisi ketiga,Jakarta:Bumi aksara.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta