Luqman Salim Nizar

From ccitonlinewiki
Revision as of 11:22, 24 September 2024 by Luqman.salim (talk | contribs) (LAPORAN KERJA PRAKTIK PERTAMINA EP CEPU)
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to: navigation, search

introduction

Saya Luqman Salim Nizar (2106702251) dari teknik perkapalan Universitas Indonesia. Saya lahir pada tanggal 14 Oktober 2002. Saya bertempat tinggal di Pondok Cabe.

Saat ini saya sedang melakukan program kerja praktek di Pertamina EP Cepu.

RECAP KERJA PRAKTIK PERTAMINA EP CEPU

Assalamualaikum Wr. Wb. Pak Dai, saya Luqman Salim Nizar, pada kolom wikipage ini izinkan saya merecap kegiatan kerja praktik di Pertamina EP Cepu

Recap dibuat dalam weekly journey di setiap minggunya mulai dari minggu 1 hingga minggu 8

Recap Minggu 1

Di minggu pertama kami mulai melaksanakan kegiatan kerja praktik pada tanggal 22 Juni 2024, kami sudah hadir di kantor patra jasa tower pada pukul 7 pagi, lalu kami melakukan kegiatan induction oleh HSSE untuk diberi arahan apa saja yang harus kami lakukan ketika terjadi bencana, kami juga diberi pengenalan umum terkait perusahaan pertamina. Setelah itu kami menuju lantai 5 wing 3 (kantor SCM PEPC Zona 12) dan bertemu dengan mentor-mentor kami, mentor saya Pak Galpina Priohardono. Dan kami diberi pengenalan lebih detail terkait dengan perusahaan pertamina dan pertamina ep cepu itu sendiri. Dan kami di minggu pertama banyak menghabiskan waktu untuk membaca dan mempelajari materi yang diberikan yaitu PTK 007 dan JUKLAK, yang berisikan pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.

Recap Minggu 2

Di minggu kedua, kami diajak oleh mentor untuk mengikuti salah satu rangkaian pengadaan barang dan jasa, yaitu pre-bid yang dipimpim oleh Pak Ferdy (mentor fikri). Lalu kami juga diberikan materi berupa PPT yang berisikan tentang procurement yang diberikan oleh Pak Galpina. Kemudian selama minggu kedua ini, kami masih mempelajari materi PTK 007 dan Juklak dan juga materi PPT procurement yang diberikan. Banyak penamaan baru yang baru saya ketahui, yaitu seperti TKDN, HPS/OE, Vendor, Tender, dan masih banyak lagi. Di minggu kedua ini, banyak waktu habiskan untuk membaca materi yang diberikan.

Recap minggu 3

Di minggu ketiga ini kami kembali mengikuti salah satu rangkaian proses pengadaan barang dan jasa, yaitu Pre-bid yang dipimpin oleh Pak Adrian (mentor jiyad). Di minggu ketiga ini kamu sudah memahami alur pengadaan barang dan jasa di SCM zona 12 ini karena kami diajari dan mempelajari materi yang diberikan oleh para mentor. Kami juga bertemu dengan manager SCM zona 12, yaitu Pak Gunanto. Kami berdiskusi dan banyak bercerita terkait dengan kerja praktik dan keinginan beliau terhadap kerja praktik yang sedang dijalani. Kami juga menjelaskan terkait topik yang ingin kami bawa dengan merujuk ke green procurement, beliau juga tertarik dengan topik ini karena belum ada penerapannya sebelumnya, jadi menurutnya ini bisa dijadikan sebagai langkah inisiasi untuk menuju green procurement yang sesungguhnya. Di minggu ini kami juga diajak untuk lari pagi di GBK bersama dengan semua karyawan SCM Zona 12.

Recap Minggu 4

Di minggu keempat ini, saya sudah mulai untuk mencari topik dan berdiskusi dengan mentor terkait dengan topik apa yang bisa saya bawa. Saya mendapatkan saran untuk membawa topik dari tingkat region karena lebih luas dan banyak objek yang bisa dijadikan penerapan untuk green procurement. Di minggu keempat ini banyak waktu saya habiskan dengan berdiskusi dengan mentor. Di minggu ini kami diajak bermain futsal dengan teman-teman zona 12 dalam rangka olahraga dan refreshing. dan kami juga melakukan lomba agustusan di kantor untuk mempererat hubungan antar sesama.

Recap Minggu 5

Di minggu kelima ini saya sudah menemukan topik saya yaitu upaya pengurangan emisi karbon dari kapal namun penerapannya dari sisi procurement sebagai yang membuat keputusan dan bisa menginisiasi dalam penerapannya. Topik yang saya ambil ini sangat berkaitan erat dengan green procurement maupun green supply chain karena berupaya mengurangi dampak terhadap lingkungan dan kesehatan. Di minggu ini kami sudah mulai mengerjakan laporan dan PPT yang dimana Pak Gunanto meminta kami untuk mempresentasikan progress dari kerja praktik yang kami lakukan. Di minggu ini kami juga mengikuti event SCM summit yang berisikan sosialisasi terkait dengan CIVD, dan banyak vendor-vendor yang memperkenalkan produknya di acara tersebut. Lalu di minggu ini saya juga bertemu dengan narasumber saya dari pihak region untuk mengetaui kondisi yang sebenarnya terkait green procurement.

Recap Minggu 6

Di minggu keenam kami melakukan presentasi progress dengan topik yang kami bawa kepada manager SCM zona 12 Pak Gunanto, pada presentasi ini beliau banyak memberi kritik dan saran kepada kami agar bisa memperbaiki bentuk Presentasi yang kami buat. Di minggu ini banyak waktu saya habiskan untuk melanjutkan laporan dan merevisi PPT. Saya juga banyak berdiskusi dengan mentor terkait data-data yang saya butuhkan untuk laporan KP.

Recap Minggu 7

Di minggu ketujuh kami banyak menghabiskan waktu untuk melanjutkan laporan dan PPT, dan kami juga banyak berdiskusi dengan para mentor untuk memberi saran kepada laporan dan PPT yang kami buat. Di minggu ketujuh ini kami diajak oleh Pak Galpina untuk mengunjungi marunda shorebase untuk melihat sekaligus saya ngobrol dengan narasumber untuk bertanya terkait dengan topik yang akan saya bawa.

Recap Minggu 8

Di minggu kedelapan ini kami masih melakukan pengerjaan kepada laporan dan PPT, dan di minggi ini juga kami memfinalisasi PPT yang saya buat dan berdiskusi dengan mentor. Di minggu ke depalan ini juga kami diajak berolahraga lari pagi di GBK bersama para teman-teman SCM Zona 12


LAPORAN KERJA PRAKTIK PERTAMINA EP CEPU

LAPORAN AKHIR KERJA PRAKTEK


“UPAYA PENGURANGAN EMISI KARBON KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN NATRIUM HIDROKSIDA DALAM RANGKA PENERAPAN GREEN PROCUREMENT DI PT PERTAMINA EP CEPU”


Disusun Oleh :

Luqman Salim Nizar - 2106702251


Mentor :

Galpina Priohardono


TEKNIK PERKAPALAN


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS INDONESIA


2024


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Akhir Kerja Praktek dengan Judul :

UPAYA PENGURANGAN EMISI KARBON KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN NATRIUM HIDROKSIDA DALAM RANGKA PENERAPAN GREEN PROCUREMENT DI PT PERTAMINA EP CEPU

Disusun Oleh :


Nama : Luqman Salim Nizar

NPM : 2106702251

Program Studi : Teknik Perkapalan


Disetujui dan Disahkan Oleh :

Dosen Pembimbing Kerja Praktek Departemen Teknik Mesin



Dr. Ir. Ahmad Indra Siswantara



Mentor Kerja Praktek PT. Pertamina EP Cepu



Galpina Priohardono


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menjalankan kegiatan Kerja Praktek di PT. Pertamina EP Cepu (PEPC) pada tanggal 22 Juli - 22 September 2024 (40 Hari Kerja) serta dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Dengan selesainya masa kerja praktik dan laporan Kerja Praktek ini, penulis mendapatkan banyak sekali ilmu praktikal untuk bekal kerja dimasa yang akan datang. Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses kerja praktik dan penulisan laporan ini, yaitu kepada : Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya;

1. Keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa sehingga penulis dapat melakukan kerja praktek di PEPC dengan lancar;

2. Dr. Ir. Ahmad Indra Siswantara selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek;

3. Pak Galpina, selaku mentor yang selalu siap membantu dalam menjalankan kerja praktek;

4. Pak Gunanto, selaku Manager SCM PEPC yang telah banyak memberi masukan dan membantu selama kegiatan kerja praktek;

5. Pak Adrian, Pak Ferdy, dan seluruh tim SCM Procurement, General Support, dan Warehouse yang telah banyak membantu juga selama kegiatan kerja praktek;

6. Pak Surahman, selaku narasumber di SCM Region yang selalu siap memberikan data yang saya butuhkan;

7. Pak Amir, selaku kapten kapal di Marunda Shorebase yang sudah memberikan pandangan kondisi kapal;

8. Semua anggota divisi SCM serta semua pihak di PT Pertamina EP Cepu yang telah membantu penulis selama kerja praktek.

Urutan di atas bukan merupakan sebagai tingkatan, tetapi merupakan pihak-pihak yang sangat berjasa dalam membantu penulis menjalani proses kerja praktik dan menyusun laporan ini, baik dalam pemberian saran, ilmu, dan dukungan lainnya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun. Demikian laporan Kerja Praktek ini dibuat semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak. Atas perhatian dan waktunya, penulis mengucapkan terimakasih.


INTENTION


Intention berarti niat, niat itu saya tanamkan dalam diri dan hati saya. Segala sesuatu yang saya lakukan berawal dari niat. Saya yakin jika niat yang saya tanamkan di awal pasti akan ada rasa ikhlas dalam menjalani kegiatan saya. Begitu pula dengan kegiatan kerja praktek yang saya kerjakan. Saya menjalankan kegiatan kerja praktek selalu diawali dengan niat. Oleh karena itu, saya menjalankan kegiatan kerja praktek dengan ikhlas, bukan hanya semata untuk mengerjakan tugas, tetapi juga semata untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Saya juga menjalankan kegiatan kerja praktek ini bukan semata untuk diri saya sendiri, melainkan untuk kepada Sang Pencipta yang sudah memberikan saya kesempatan sebagai tanda saya bersyukur atas nikmat yang diberikan.


Dalam menjalani kegiatan kerja praktek, banyak kendala yang saya alami. Rumah saya sangat jauh dari kantor, jalanan di pagi hari dan sore hari sangat macet, dan saya sering merasa kantuk saat di kantor karena merasa capek selama perjalanan. Akan tetapi karena intention saya terapkan dalam diri saya, saya melawan rasa capek yang saya rasakan. Saya juga selalu berpegang teguh dengan salah satu kutipan surah dalam Al-Qur’an dari surah Al-Insyirah:

“فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا , إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا”

yang berarti “bersama ada kesulitan, maka ada kemudahan.” Dan dalam surah itu diulangi dua kali di ayat 5 dan 6 yang membuat saya semakin percaya atas kutipan surah tersebut. Dan benar, ketika saya berhadapan dengan masalah yang saya hadapi seperti kemacetan, di waktu yang bersamaan juga saya diberi kemudahan dengan diberikan lampu hijau ketika saya melintas yang membuat saya tidak harus lama menunggu.


Sejak awal hingga akhir saya menjalankan kegiatan kerja praktek ini, selalu saya tanamkan nilai intention dalam diri saya. Membuat saya mengubah mindset saya dari yang hanya sekedar mengerjakan kewajiban, tetapi juga berniat untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya dari tempat kerja praktek dan sebagai cara saya bersyukur atas segala kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT. Dengan menerapkan intention dalam diri juga membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi lebih ikhlas dan ridha dalam menjalankan sesuatu.


INITIAL THINKING


Tahap initial thinking adalah fase eksplorasi di mana individu secara bebas memikirkan dan merenungkan suatu masalah tanpa dibatasi oleh penilaian atau solusi langsung. Ini adalah waktu untuk membiarkan ide-ide mengalir secara bebas, melakukan asosiasi bebas, dan melihat berbagai sudut pandang dari masalah yang ada. Berikut penjelasan lebih detail dalam konteks kerja praktek di Pertamina EP Cepu fungsi Supply Chain Management:

1. Eksplorasi Terbuka

Pada tahap ini, Saya akan mengeksplorasi berbagai tantangan dalam rantai pasok, misalnya terkait proses pengadaan, hubungan dengan vendor, dan bagaimana memastikan keberlanjutan dalam rantai pasok. Saya tidak terfokus untuk menemukan solusi cepat, tetapi lebih pada menggali ide dan melihat gambaran besar.

2. Mengandalkan Intuisi dan Pengalaman

Fase ini mendorong Anda untuk mengandalkan intuisi, pengetahuan, serta pengalaman sebelumnya. Ini mungkin termasuk menarik wawasan dari pengalaman pribadi atau proyek-proyek sebelumnya yang relevan untuk membantu membentuk ide-ide baru dalam SCM.

3. Mengumpulkan Perspektif Beragam

Anda akan mencoba mengumpulkan sebanyak mungkin perspektif dari berbagai pihak yang terlibat, baik dari tim internal maupun eksternal. Ini memungkinkan Anda mendapatkan wawasan yang lebih kaya sebelum akhirnya mengerucutkan ide menjadi solusi yang lebih fokus dan strategis.


Tahap ini sangat penting karena memberikan dasar yang kuat sebelum masuk ke tahap analisis yang lebih terfokus dan pencarian solusi konkret dalam mengelola rantai pasok di Zona 12.



BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang


Kerja praktek merupakan salah satu mata perkuliahan dengan kegiatan praktek secara langsung mengenai gambaran tentang dunia kerja yang sebenarnya. Kerja praktek ini bertujuan agar mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dari kegiatan tersebut, yang diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan profesi. Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan di Patra Jasa Tower. Pelaksanaan kerja praktek dilakukan di PT Pertamina EP Cepu.


Pertamina EP Cepu merupakan salah satu anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bertanggung jawab atas eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di Indonesia. Terletak di wilayah Jawa Timur hingga Indonesia Timur. Regional 4 memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan energi nasional melalui kontribusinya dalam produksi minyak dan gas bumi. Pertamina EP Cepu memegang kendali eksplorasi produksi di wilayah zona 11 hingga 14. Dimana zona 11 merupakan wilayah blok Cepu, Zona 12 merupakan wilayah Jambaran-Tiung Biru, Zona 13 merupakah wilayah Sulawesi, dan Zona 14 merupakah wilayah Papua.


Pertamina EP Cepu Zona 12 merupakan salah satu zona yang dikelola oleh PEPC dengan nama wilayah Jambaran Tiung Biru. Saat ini JTB menjadi salah satu wilayah produksi gas alam terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 192 MMSCFD. Oleh karena itu, proses pengadaan di wilayah kerja tersebut terbilang cukup banyak dan berkembang.


Kapal merupakan salah satu alat transportasi yang memiliki peran penting dalam bisnis minyak dan gas. Peran kapal dalam bisnis minyak dan gas sangat beragam dan kritis untuk kelangsungan operasi industri ini. Dari eksplorasi dan produksi hingga transportasi dan distribusi, setiap jenis kapal dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dan memastikan bahwa minyak dan gas dapat diakses dan diantarkan dengan aman dan efisien.


Pengadaan kapal selama kapal masih dibutuhkan dalam industri migas maka akan terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan ini merupakan tugas dari fungsi Supply Chain Management. Di PT Pertamina EP Cepu atau bahkan di seluruh perusahaan yang ada, fungsi Supply Chain Management (SCM) merupakan salah satu fungsi yang memiliki peran yang sangat penting di perusahaan untuk menjaga perusahaan tersebut bisa bertahan. Supply Chain Management mencakup semua aktivitas yang terlibat dalam produksi dan distribusi barang, mulai dari perencanaan produksi, pengadaan bahan baku, hingga pengiriman produk akhir ke konsumen. Dengan demikian, SCM berperan dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh proses yang terlibat untuk memastikan aliran barang, informasi, dan uang yang efisien di seluruh jaringan pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan. Pengelolaan yang baik dalam SCM dapat meningkatkan responsivitas perusahaan terhadap permintaan pasar, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.


Sementara itu, Procurement atau pengadaan adalah salah satu komponen penting dalam SCM. Procurement mencakup proses pembelian barang dan jasa yang diperlukan perusahaan untuk menjalankan operasionalnya. Proses ini melibatkan berbagai aktivitas, seperti identifikasi kebutuhan, seleksi pemasok, negosiasi harga, dan manajemen kontrak. Keputusan procurement yang tepat dapat membantu perusahaan mengamankan pasokan berkualitas dengan harga yang kompetitif, yang pada akhirnya mendukung keberlanjutan dan profitabilitas bisnis.


Kegiatan Procurement atau Pengadaan kapal dilakukan bukan dari pihak Zona 12, tetapi dilakukan oleh pihak Region 4 karena memiliki nilai kontrak yang lebih dari 50 miliar melalui CIVD. Angka tersebut sudah diatur dalam pedoman yang dirancang oleh SKK MIGAS. Centralized Integrated Vendor Database (CIVD) merupakan media yang digunakan untuk mencari vendor oleh para ketua tender, dimana nanti pengumuman akan dilakukannya tender akan disampaikan di CIVD dan para vendor yang bersedia untuk mengikuti kegiatan tender itu akan mendaftar melalui CIVD tersebut.


Dalam Pengadaan kapal banyak faktor yang harus dijadikan pertimbangan. Menurut Pak Surahman (SCM PEPC Region 4), “dalam memilih kapal yang sesuai, ada banyak faktor yang perlu dijadikan pertimbangan, seperti kesesuaian kapal terhadap kebutuhan, kehematan BBM, hingga emisi gas buang kapal tersebut.” Emisi gas buang menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih kapal dalam proses pengadaan.


Menurut Pak Surahman (SCM PEPC Region 4), “Saat ini BBM yang disubsidi oleh Pertamina itu sendiri adalah BBM B40, tetapi kenyataannya belum 100% menggunakan bahan bakar tersebut, melainkan dengan kualitas yang lebih rendah, seperti B35 atau bahkan di bawahnya.” Penggunaan BBM kapal masih belum konsisten menggunakan BBM yang baik. Bahan bakar kapal yang berkualitas rendah dapat mengakibatkan berbagai masalah, termasuk kerak pada mesin, korosi, dan pembebanan emisi yang berlebihan. (Hisba, 2024).


Polutan utama yang dikeluarkan oleh kapal termasuk CO₂, NOₓ, SOₓ, PM, CO, HC, dan CH₄. (Davis, R. C. & Patterson, M. S., 2021). Komposisi gas buang kendaraan bermotor yaitu 30% CO2, 27% HC, 10% NOx, 9% SOx, dan 8% partikulat debu. (Basuki. 2007). Salah satu senyawa emisi gas buang yang dikeluarkan adalah gas karbon dioksida CO₂ yang memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap lingkungan.


Karbon dioksida (CO2) merupakan senyawa kimia yang terdiri dari dua atom oksigen (O2) yang terikat secara kovalen dengan atom karbon (C) sebagai buangan dari sisa hasil pembakaran karbon yang sempurna (Sihotang dan Assomadi, 2010). Sebanyak 24% dari emisi karbon dioksida dunia dihasilkan oleh sektor transportasi, yang bersumber dari pembakaran bahan bakar secara langsung (Siskos dan Moysoglou, 2019).


Emisi CO2 yang berlebihan merupakan penyebab terjadinya Gas Rumah Kaca (GRK) yang menyebabkan pemanasan global yang berakibat terjadinya perubahan iklim, oleh karena itu harus ada upaya serius guna menurunkan emisi CO2 tersebut (Nurdjanah N., 2014). Meningkatnya kadar CO2 di atmosfer tidak hanya mendorong perubahan iklim tetapi juga menyebabkan pengasaman laut yang signifikan, yang mengancam keanekaragaman hayati laut. (Doney, dalam jurnal Acidification of the Oceans in a High-CO2 World, 2009).


Menurut Pak Amir (Captain Kapal di Marunda Shorebase), “Kapal yang ia gunakan belum ada upaya untuk mengurangi emisi karbon dioksida. Hanya menggunakan filter yang dinilai kurang efektif untuk mengurangi emisi.” Melihat dampak bahaya CO2 bagi lingkungan, maka harus ada upaya untuk menguranginya.


Dimulai dari kegiatan pengadaan bisa melakukan Green Procurement. Pengadaan yang ramah lingkungan (Green Procurement) adalah suatu proses pemenuhan kebutuhan barang atau jasa Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I) sehingga keseluruhan tahapan proses pengadaan bermanfaat tidak hanya untuk K/L/D/I tapi juga untuk masyarakat dan perekonomian dengan meminimalkan dampak kerusakan lingkungan (Messah, Y. A., Utomo, S., dan Ballo, A. S. C., 2016). Green Procurement berarti membeli produk dan layanan yang menyebabkan dampak lingkungan yang minimal. Green Procurement menggabungkan kepedulian terhadap manusia, kesehatan, dan lingkungan ke dalam pencarian produk dan layanan berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif.


Smith J. M dan Jones L. R., dalam jurnal Environmental Management and Sustainability (2023) “Pengadaan hijau (Green Procurement) melibatkan pengintegrasian pertimbangan lingkungan ke dalam keputusan pengadaan di industri minyak dan gas, yang bertujuan untuk meminimalkan dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan.”


1.2 Lingkup Kerja


Lingkup kerja penulis dalam menjalankan program kerja praktek adalah sebagai berikut :

Perusahaan : PT. Pertamina EP Cepu

Direktorat : SDM & Penunjang Bisnis

Fungsi : Supply Chain Management

Divisi : SCM Procurement

Periode : 22 Juli - 22 September 2024

Fokus Kajian : Upaya Pengurangan Emisi Karbon Kapal dengan Menggunakan Larutan Natrium Hidroksida dalam Rangka Penerapan Green Procurement di PT Pertamina EP Cepu.


1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Flow Process secara keseluruhan terkait dengan pengadaan kapal?

2. Bagaimana caranya mengurangi emisi karbon dioksida pada gas buang kapal agar tidak mencemari lingkungan?

3. Apa keunggulan dari model pengurangan emisi gas buang karbon dioksida pada kapal?


1.4 Batasan Masalah


1. Flow Process pengadaan yang diterapkan merujuk pada pengadaan kapal dengan nilai kontrak di atas 50 miliar.

2. RKS mengacu pada pengadaan kapal AHTS.


1.5 Tujuan


1. Untuk mengetahui proses pengadaan suatu barang/jasa secara lengkap mulai dari awal hingga akhir.

2. Untuk melakukan penerapan Green Supply Chain / Green Procurement di PT Pertamina EP Cepu dengan melakukan pendekatan terhadap asas-asas Green Supply Chain / Green Procurement.


1.6 Manfaat


Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa manfaat untuk penulis, Perusahaan, dan pembaca, diantaranya sebagai berikut :


1. Bagi penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses pengadaan barang/jasa pada Subholding Upstream Pertamina

b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan Green Supply Chain dalam lingkup pengadaan barang/jasa PT Pertamina EP Cepu

c. Menambah wawasan terkait dengan upaya pengurangan emisi gas buang senyawa karbon dioksida dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya


2. Bagi perusahaan

a. Dapat menjadikan referensi tentang pengadaan suatu barang/jasa dengan menerapkan Green Supply Chain / Green Procurement

b. Dapat menjadikan referensi tentang cara mengurangi emisi gas buang karbon dioksida


3. Bagi pembaca

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang proses lengkap pengadaan suatu barang/jasa

b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan Green Supply Chain / Green Procurement

c. Mengetahui reaksi yang terjadi untuk mengurangi emisi gas buang karbon dioksida akibat pembakaran



BAB II

PROFIL PERUSAHAAN


2.1 Gambaran Umum Perusahaan


PT Pertamina EP Cepu atau disingkat PEPC merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang berfokus pada kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di Indonesia.


Region 4 merupakan salah satu wilayah operasi dari PT Pertamina Hulu Energi yang dipegang kendali oleh Pertamina EP Cepu (PEPC). Region 4 mencakup wilayah operasi yang berada di bagian tengah dan timur Indonesia, termasuk beberapa blok minyak dan gas yang berada di darat (Onshore) dan lepas pantai (Offshore).


Zona 12 PEPC adalah salah satu wilayah operasi perusahaan yang meliputi proyek-proyek strategis, termasuk di antaranya Proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB). Proyek ini berada di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dan merupakan salah satu proyek gas terbesar di Indonesia yang dikelola oleh PEPC.


2.2 Struktur Organisasi Perusahaan



2.3 Visi dan Misi Perusahaan


Sebagai perusahaan, PT Pertamina EP Cepu memiliki visi dan misi sebagai tujuan dan arahan dalam menjalankan operasional perusahaan. Adapun Visi dan Misi yang dimiliki PT Pertamina EP Cepu adalah sebagai berikut :

Visi : Menjadi Perusahaan Eksplorasi dan Produksi Minyak dan Gas Bumi Kelas Dunia

Misi : Menjalankan kegiatan sektor hulu minyak dan gas untuk memberikan nilai tambah pada pemangku kepentingan melalui pelaksanaan operasi yang unggul dan berorientasi komersial dengan menekankan aspek Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan.


2.4 Struktur Organisasi Fungsi Supply Chain Management


Divisi Supply Chain Management Procurement adalah divisi yang bertanggung dalam proses pengadaan (Procurement), penyuluhan penggunaan sistem yang dipakai dalam proses pengadaan, dan menyeleksi vendor dengan proses pelelangan. Setiap kebutuhan yang dibutuhkan pada user, divisi Procurement menjadi jembatan dalam proses pengadaan barang yang dibutuhkan di Field baik Onshore maupun Offshore. Proses pengadaan dengan mengikuti panduan Juklak Pengadaan Barang Jasa dan PTK-007.



BAB III

LANDASAN TEORI


3.1 Landasan Teori


3.1.1 Peraturan dari IMO


Pada tahun 2008, emisi karbon dioksida (CO₂) dari sektor maritim global diperkirakan sekitar 1,036 miliar ton CO₂ per tahun. Angka ini menjadi baseline yang digunakan oleh International Maritime Organization (IMO) untuk target pengurangan emisi. IMO telah menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 50% pada tahun 2050 dibandingkan dengan level tahun 2008. Ini berarti, pada tahun 2050, emisi sektor maritim diharapkan turun menjadi sekitar 518 juta ton CO₂ atau kurang.


3.1.2 Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa


3.1.2.1 Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa


Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa (Juklak) berisi tentang penjelasan terhadap proses atau tahapan pengadaan barang dan jasa. Segala proses atau tahapan pengadaan barang dan jasa dijelaskan dalam buku ini secara lengkap agar lebih terstruktur dan berpedoman.


3.1.2.2 Pedoman Tata Kerja


Pedoman Tata Kerja (PTK 007) berisi tentang peraturan, ketentuan, atau batasan-batasan yang harus diterapkan pada proses pengadaan barang dan jasa. Dalam buku ini banyak mencakup peraturan, seperti salah satunya peraturan sanksi jika terjadi kesalahan atau melanggar ketentuan yang ada.


3.1.3 Alur Pengadaan Barang dan Jasa


1. Pra-Tender

Dalam tahap ini, ketua tender melengkapi dokumen pengadaan barang dan jasa seperti Purchase Requisition (PR), Rencana Kerja dan Syarat (RKS), Owner Estimate (OE) atau Harga Perkiraan Sendiri (HPS), dll. Purchase Requisition (PR) adalah dokumen permohonan pembelian yang dibuat sebelum melakukan pembelian barang/jasa tersebut. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) adalah dokumen penting dalam pengadaan barang atau jasa yang berisi ketentuan teknis dan administratif yang harus diikuti. Owner Estimate (OE) atau Harga Perkiraan Sendiri (HPS) adalah perkiraan harga pengadaan barang atau jasa yang telah dianalisis secara profesional dan disahkan oleh pihak berwenang.


2. Pengumuman Pre-Qualification di CIVD

Setelah dokumen telah lengkap disiapkan oleh ketua tender, maka selanjutnya dilakukan pengumuman PQ di CIVD untuk memberitahu akan dilaksanakannya kegiatan tender.


3. Proses Pre-Qualification (PQ)

Dalam proses ini ketua tender dapat mengetahui berapa banyak vendor yang berhasil mendaftar dari CIVD dan siap mengikuti kegiatan tender yang akan berlangsung.


4. Pre-Bid

Dalam proses Pre-Bid dilakukannya pemberitahuan informasi terkait dengan dokumen yang harus diserahkan vendor kepada ketua tender dan tenggat waktu pengumpulan dokumen tersebut yang harus diikuti oleh para vendor peserta tender. Jika peserta tender tidak mengumpulkan dokumen yang diminta pada tenggat waktu yang sudah ditentukan maka dianggap gugur dalam kegiatan tender.


5. Pembukaan Dokumen Penawaran

Selanjutnya jika sudah mencapai tenggat waktu yang ditentukan, maka dilakukan proses pembukaan dokumen penawaran.


6. Evaluasi Penawaran

Dalam tahap ini terjadi perhitungan untuk memeringkat pemenang dengan mempertimbangkan harga, tingkat komponen dalam negeri (TKDN), kesesuaian barang/jasa, dan kelengkapan dokumen yang dikumpulkan. Hasil dari tahapan ini adalah Hasil Evaluasi Penawaran (HEP), tetapi hasil tersebut belum Valid karena harus melalui proses selanjutnya.


7. Negosiasi Harga

Dalam tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan harga yang terbaik dari para peserta tender. Jika ada perubahan harga, maka akan dilakukan pemeringkatan ulang untuk mendapatkan Hasil Evaluasi Penawaran (HEP). Hasil tersebut sudah bersifat Valid.


8. Usulan Penetapan Calon Pemenang

Selanjutnya dilakukannya usulan penetapan calon pemenang secara internal dari ketua tender.


9. Pengumuman Pemenang

Dalam tahap ini, pemenang dari rangkaian tender ini diumumkan kepada seluruh peserta tender, baik yang menang maupun yang kalah. Dan diberikan waktu sebelum ke tahapan Penunjukan Pemenang untuk kepada peserta tender yang belum menang bisa melakukan sanggah. Namun sanggahan tersebut harus dapat dibuktikan kebenarannya, jika tidak maka peserta tender tersebut akan dikenakan sanksi yang diatur dalam PTK 007


10. Penunjukan Pemenang

Jika tidak ada sanggahan dari peserta tender, maka proses selanjutnya yaitu penunjukan pemenang dari ketua tender.


11. Pre-Order dan Kontrak

Setelah itu bisa dilakukan Pre-Order dan juga penandatangan kontrak dengan waktu yang sudah ditentukan sejak awal.


3.2 Metode Penelitian


Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu fenomena yang lebih komprehensif. Dalam kasus ini metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya pengurangan emisi karbon menggunakan larutan natrium hidroksida.



IDEALIZATION


Idealization adalah tahap di mana kita membayangkan skenario dan solusi terbaik yang mungkin terjadi, melampaui keterbatasan yang ada saat ini. Tahap ini mendorong pemikiran kreatif dan mengajak peserta untuk berpikir tanpa batas, membayangkan seperti apa solusi ideal dalam situasi tertentu. Dalam konteks ini, idealization selaras dengan konsep kesadaran (consciousness) dengan cara menantang individu untuk melihat melampaui keadaan saat ini dan berbagai kendala yang mungkin dihadapi.


Meskipun idealization bukan tentang mengabaikan kenyataan atau tantangan yang ada, tahap ini menekankan pentingnya mengembangkan harapan dan aspirasi yang kuat. Hal ini berfungsi sebagai pendorong motivasi untuk bertindak lebih lanjut. Dengan membayangkan hasil yang sempurna, saya cenderung lebih terlibat secara emosional dan intelektual dalam mencari solusi. Harapan yang dibangun di tahap ini memberikan dorongan untuk tetap bergerak maju, sekalipun hambatan nyata belum dapat sepenuhnya diatasi.


Visi yang diciptakan melalui idealization bukan hanya berfungsi sebagai angan-angan, tetapi juga menjadi alat inspirasi yang dapat memperkuat komitmen dan keterlibatan terhadap solusi yang lebih mungkin diwujudkan. Dengan demikian, individu menjadi lebih terdorong untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pencarian solusi, karena mereka telah memiliki bayangan yang jelas tentang hasil yang ingin dicapai.



BAB IV

ANALISA DAN HASIL


4.1 Reaksi Larutan NaOH terhadap Gas CO2


Dalam upaya pengurangan emisi gas karbon dioksida menggunakan larutan nitrogen hidroksida (NaOH) terjadi dua reaksi sebagai berikut.


Reaction 1 2NaOH(aq) + CO2(g) --> Na2CO3(aq) + H2O(l)

Reaction 2 Na2CO3(aq) + H2O(l) + CO2(g) --> 2NaHCO3(aq)

Overall reaction 2NaOH(aq) + 2CO2(g) --> 2NaHCO3(aq)


Penelitian ini dilakukan oleh Shim yang ditulis dalam jurnal environmental Engineering Research dengan judul Experimental study on capture of carbon dioxide and production of sodium bicarbonate from sodium hydroxide. Dalam jurnal tersebut berfokus pada penangkapan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer atau sumber emisi, serta pembentukan natrium bikarbonat (NaHCO3) sebagai hasil dari reaksi kimia dengan natrium hidroksida (NaOH). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki metode yang efisien dalam menangkap CO2 menggunakan larutan NaOH, yang dikenal sebagai salah satu basa kuat, serta mempelajari mekanisme dan kondisi optimal untuk produksi NaHCO3. CO2 bereaksi dengan NaOH dan membentuk natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) secara bergantian.


4.2 Cara Kerja Sistem


Dalam dunia perkapalan, scrubber seperti gambar 4.1 sudah banyak digunakan untuk melakukan penangkapan emisi gas buang sulfur. Dalam penelitian ini tujuan dari penggunaan scrubber untuk menangkap gas karbon dioksida yang terbuang dari hasil pembakaran yang sempurna.

Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut


1. NaOH Unit

a. Larutan NaOH dialirkan ke scrubber untuk bereaksi dengan gas buang.

b. NaOH bertindak sebagai penangkap CO2 dalam reaksi kimia, menghasilkan natrium bikarbonat (NaHCO3), yang merupakan produk dari penangkapan karbon dioksida.


2. Cooling dan Pumping System

a. Sistem pendingin digunakan untuk mengatur suhu proses pembersihan dalam scrubber dan menjaga efisiensi reaksi kimia.

b. Pompa digunakan untuk memastikan sirkulasi larutan NaOH dan air dalam sistem.


3. Exhaust Gas

a. Gas buang yang mengandung CO2, dan partikel lainnya keluar dari mesin atau pembakaran.

b.Gas ini kemudian dialirkan ke unit scrubber untuk proses pembersihan.


4. Scrubber

a. Scrubber adalah reaktor di mana gas buang dicuci menggunakan larutan yang biasanya mengandung natrium hidroksida (NaOH).

b. NaOH bereaksi dengan gas-gas asam seperti CO2, membentuk senyawa seperti natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium bikarbonat (NaHCO₃).

c. Proses ini membantu mengurangi konsentrasi CO₂ dalam gas buang yang dilepaskan ke atmosfer.


5. Process Tank dan Sludge Tank

a. Setelah digunakan dalam scrubber, air yang telah terkontaminasi dialirkan ke process tank untuk diproses lebih lanjut.

b. Di sini, air akan diolah untuk memisahkan lumpur atau sisa padatan yang terbentuk dari hasil reaksi dengan gas buang.

c. Lumpur tersebut dikumpulkan di sludge tank, sementara air yang sudah diolah bisa diproses ulang atau dibuang.


6. Fresh Water Supply

a. Air tawar ditambahkan untuk menggantikan air yang hilang atau digunakan dalam proses pembersihan. Ini penting untuk menjaga keseimbangan sistem tertutup.


4.3 Hasil Penelitian


Penelitian dilakukan oleh Dinul F. T., et. al, dalam jurnal Engineering Researcher and Lecturer dengan judul penelitian Comparison of NaOH and Na2CO3 as absorbents for CO2 absorption in carbon capture and storage technology di tahun 2023


Dari hasil penelitian yang dilakukan terlihat dalam gambar 4.2 pengaruh laju alir NaOH terhadap persentase penyerapan CO2. Proses penyerapan menggunakan absorben NaOH mampu menyerap gas CO2 dengan penyerapan maksimum 95,52% dan minimum 79,14%.


Dari hasil penelitian yang dilakukan terlihat pada grafik gambar 4.3 pengaruh laju alir Na2CO3 terhadap persentase penyerapan CO2. Reaksi hasil NaOH dengan CO2 yaitu Na2CO3 juga dapat melakukan penyerapan terhadap CO2 dengan penyerapan maksimum 72,45% dan minimum 35,47%. Angka tersebut cukup baik sebagai hasil reaksi untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida dari hasil pembakaran mesin.



INSTRUCTION SET


Instruction set adalah tahap di mana ide-ide dan solusi ideal yang dikembangkan pada tahap-tahap sebelumnya diterjemahkan menjadi langkah-langkah konkret yang dapat dijalankan. Ini penting karena solusi yang ideal hanya akan bermanfaat jika dapat diimplementasikan secara praktis di dunia nyata. Tahap ini membantu menghubungkan antara visi ideal yang dibayangkan dengan kenyataan yang dihadapi, sehingga diperlukan tindakan yang jelas untuk mencapainya.


Membuat seperangkat instruksi yang jelas dan terukur sangat penting untuk membantu saya menerjemahkan pemikiran dan aspirasi menjadi tindakan nyata. Dengan instruksi yang terstruktur dan dapat dilaksanakan, proses menuju pencapaian tujuan menjadi lebih lancar dan terarah. Setiap langkah dalam instruksi tersebut harus dirancang dengan cermat, memperhatikan aspek realitas dan sumber daya yang tersedia, sehingga solusi yang ideal dapat diwujudkan secara bertahap.


Keberhasilan tahap ini sangat bergantung pada kejelasan dan kelayakan dari langkah-langkah yang dikembangkan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa setiap langkah sudah dipikirkan dengan matang dan realistis. Di sinilah peran refleksi dan intensionalitas selama seluruh proses menjadi sangat krusial. Dengan mempertimbangkan semua aspek, mulai dari tantangan hingga potensi yang ada, instruksi ini menjadi alat yang kuat untuk mendorong kemajuan secara bertahap dan terarah menuju pencapaian tujuan akhir.


Pada akhirnya, di tahapan ini memastikan bahwa visi ideal yang telah dirumuskan tidak hanya tetap menjadi gagasan, tetapi dapat direalisasikan melalui tindakan yang nyata, efektif, dan terukur.



BAB V

SOLUSI


Fungsi Supply Chain Management divisi Procurement bisa menjadi inisiator untuk menerapkan Green Procurement. Dalam kasus ini, salah satu tahapan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh divisi Procurement yaitu Pra-Tender. Dalam tahap ini, dimana ketua tender atau pihak Procurement melengkapi dokumen pengadaan barang dan jasa seperti Purchase Requisition (PR), Rencana Kerja dan Syarat (RKS), Owner Estimate (OE) atau Harga Perkiraan Sendiri (HPS), dll. Dalam tahapan Pra Tender bisa menginisiasi dengan mencantumkan dokumen terkait pada dokumen RKS untuk menerapkan green procurement.

Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dokumen penting yang berisi rincian lengkap tentang perencanaan proyek, termasuk jadwal, spesifikasi teknis, dan syarat yang harus dipenuhi oleh semua pihak yang terlibat.


Dalam salah satu sampel RKS pada pengadaan kapal dengan jenis kapal Anchor Handling Tug Supply (AHTS) belum ada rencana untuk mengurangi emisi karbon dioksida kapal. Saya memberi solusi kepada perusahaan terkait, pada dokumen RKS dalam poin Machinery & Pollution Prevention dapat mencantumkan permintaan kepada vendor kapal untuk menggunakan larutan NaOH atau teknologi sejenis scrubber untuk mengurangi emisi karbon guna menerapkan Green Procurement.



BAB VI

PENUTUP


5.1 Kesimpulan


Berdasarkan laporan di atas dapat disimpulkan bahwa:


1. Penggunaan BBM yang kurang baik dapat membuat pembebanan emisi yang berlebihan yang berakibat emisi gas buang yang sulit dikontrol, salah satunya senyawa CO2 yang terbuang akibat pembakaran.


2. CO2 memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan, dapat meningkatnya gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, dan pengasaman laut yang signifikan yang mengancam keanekaragaman hayati laut.


3. Emisi karbon harus terus menerus ditekan guna menjaga lingkungan.


4. Menggunakan BBM dengan kualitas yang baik dapat mengurangi kadar emisi gas buang.


5. Penggunaan teknologi semacam scrubber untuk mengurangi emisi CO2 dinilai bisa mengurangi gas CO2 hingga maksimal 95.52% dan minimal 79.14%.


6. Dalam proses Pra Tender, pada RKS mencantumkan permintaan kepada vendor kapal untuk menggunakan teknologi semacam scrubber untuk menekan emisi CO2 dalam rangka penerapan Green Procurement.


5.2 Saran


Adapun saran dapat dilakukan untuk laporan ini yaitu:


1. Meminta feedback dari User yang nantinya akan menerapkan regulasi baru.


2. Memperbanyak referensi penelitian yang dapat saya jadikan data dalam penulisan.


3. Melakukan penelitian secara langsung untuk membuktikan angka dari hasil penelitian yang sudah ada.



DAFTAR PUSTAKA


Pt. Pertamina EP. Available at: https://pep.pertamina.com


SKK MIGAS (2023) PEDOMAN TATA KERJA (Revisi 05). PTK-007.


SKK MIGAS (2023) Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.


Hisba, B. (2024). Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar B.35 Terhadap Performa Injektor P.N.1300 Pada Mesin Hanshin LH 381 MV. Leptis Star. , 16. http://eprints.pipmakassar.ac.id/877/1/KIT%20BASO%20HISBA.pdf


Davis, R. C., & Patterson, M. S. (2021). Carbon emissions and large neural network training.


Sapitri, N. (2020). Penyerapan gas buang karbon dioksida (CO2) pada kendaraan bermotor menggunakan larutan penyerap natrium hidroksida (NAOH). https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/23530/16612024.pdf?sequence=3&isAllowed=y.


Asmara, I. T. (2016). KAJIAN PENCEMARAN UDARA CO2 DI KOTA SURAKARTA. https://eprints.ums.ac.id/41565/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf


Siskos, & Moysoglou. (2019). Transport and Climate Change Global Status Report 2019.


Nurdjanah, N. (2014). Emisi CO2 akibat kendaraan bermotor di Kota Denpasar. https://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/jurnaldarat/article/view/135


Doney. (2009). Asidification of the oceans in a High-CO2 world.


Messah, Y. A., Utomo, S., & Ballo, A. S. C. (2016). KAJIAN PENERAPAN GREEN PROCUREMENT PADA PROYEK INFRASTRUKTUR JALAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. https://media.neliti.com/media/publications/143879-ID-kajian-penerapan-green-procurement-pada.pdf


Green Procurement Guideline. (2023). https://www.procurement.sa.gov.au/documents2/guidelines2/Green-Procurement-Guideline.pdf


Smith, J. M., & Jones, L. R. (2021). Environmental management and sustainability.


Shim, J. G. (2016). Experimental study on capture of carbon dioxide and production of sodium bicarbonate from sodium hydroxide. Journal of Environmental Engineering Research.


Dinul, F. I. (2023). Comparison of NAOH and NA2CO3 as absorbents for CO2 absorption in carbon capture and storage technology. Journal of Engineering Researcher and Lecturer.

Resume Perkuliahan (26/05/2023)

Perkuliahan bersama Pak DAI diawali dengan perkenalan diri beliau dengan menjelaskan asal-usul mengapa dirinya disebut Pak "DAI". Dilanjutkan dengan penggunaan ChatGPT untuk mendapatkan jawaban atau hasil yang konkret. Pak DAI menjelaskan kesukaannya terkait dengan mata kuliah Metode Numerik.

Beliau juga memberikan kami kejelasan dengan bagaimana cara kita berpikir dan menyadari bahwa siapa kita sebenarnya. Inti dari bahasan kemarin yaitu, kesadaran. Kesadaran sangat dibutuhkan dalam kondisi apapun, bahkan dalam menyelesaikan masalah Metode Numerik kesadaran itu sangat dibutuhkan.

Diberikan tugas kepada mahasiswa, untuk membuat desain tabung hidrogen dengan volume 1 liter, dengan maksimal biaya produksi 500 ribu. dan dicampurkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor untuk mendapatkan angka efisiensi BBM yang baik. pilih material sendiri, ukuran dibebaskan sesuai dengan volume.

Desain Optimasi Sistem Penyimpanan Hidrogen

Tugas yang diberikan dan diberitahukan data sebagai berikut:

Mendesain tanki hidrogen

Kapasitas : 1 Liter Tekanan Maks : 8 Bar Biaya produksi maksimal Rp 500.000

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memulai project yang diberikan:


1. Melakukan penelitian terhadap tujuan dari pembuatan project ini

Pada project ini, pembuatan tabung hidrogen ini untuk nantinya hidrogen akan dicampurkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor untuk mendapatkan angka efisiensi yang baik.


2. Pemilihan Material

Melakukan riset pada material yang cocok digunakan. Penggunaan material yang ringan, kuat, serta low-cost perlu dicari dengan melakukan riset terhadap beberapa material.


3. Desain Tabung

Mulai mendesain tabung dan memastikan ukuran tabung cukup dengan requirement yang telah ditentukan yaitu 1 liter.


4. Pengaturan Tekanan

Menggunakan sistem katup serta pengukur tekanan untuk mengetahui tekanan agar tidak berlebih dalam tabung yang nantinya akan berbahaya.


5. Keamanan

Kebocoran hidrogen akan membahayakan sekaligus merugikan pemilik. Oleh karena itu perlu dibuat sistem keamanan untuk menghindari kebocoran.


6. Testing

Melakukan pengecekan terhadap produk yang sudah jadi, melihat apakah terjadi kebocoran atau tidak, serta melihat tingkat tekanan apakah sudah berada di angka yang aman.


7. QC

Sebelum diedarkan, perlunya dilakukan quality control untuk setiap produknya agar memastikan produk tersebut aman dan bekerja dengan baik.


Semua tahapan diatas pasti memikirkan faktor "berapa cost yang dikeluarkan", sehingga bisa menggunakan bahan yang lowcost tetapi kuat dan menggunakan teknologi-teknologi yang canggih, tetapi ramah kantong. sehingga produk yang dibuat tidak melebihi Rp 500.000


Final Report of Hydrogen Tank

Melakukan beberapa tahapan dalam mendesain dan mengoptimasi sistem penyimpanan tanki, untuk mendapatkan kriteria yang diinginkan.

1. Menentukan ukuran plat material yang akan digunakan berdasarkan volume yang dibutuhkan, yaitu 1 liter.

import math
from scipy.optimize import minimize

def objective(x):
   radius, height = x
   return 2 * math.pi * radius ** 2 + 2 * math.pi * radius * height

def constraint(x):
   radius, height = x
   return math.pi * radius ** 2 * height - 1000

initial_guess = [1, 10]  # Initial guess for the height and radius

# Define the bounds for the height and radius
bounds = [(0, None), (0, None)]

# Define the volume constraint
volume_constraint = {'type': 'eq', 'fun': constraint}

# Minimize the surface area subject to the volume constraint
result = minimize(objective, initial_guess, method='SLSQP', bounds=bounds,
                 constraints=volume_constraint)

optimal_radius = result.x[0]
optimal_height = result.x[1]
min_surface_area = result.fun

print(f"\n\nRadius Optimal: {optimal_radius} cm")
print(f"Height Optimal: {optimal_height} cm")
print(f"Luas Permukaan Minimal: {min_surface_area} cm²\n\n")

dari perhitungan didapatkan hasil berikut:

Salim1.png.png


2. Selanjutkan melakukan perhitungan terkait anggaran dengan material Stainless Steel Plate (AISI 316), yaitu Rp 500.000. Penggunaan Python untuk memudahkan pengerjaan:

from scipy.optimize import minimize

# Harga dan kapasitas yang diperlukan
harga_per_unit = 500000  # Rupiah
kapasitas_per_unit = 1  # Liter

# Harga maksimal
harga_maksimal = 500000

# Fungsi Akhir
def fungsi_akhir(x):
   return -x * kapasitas_per_unit

# Kendala yang terjadi
def kendala(anggaran):
   return harga_maksimal - (harga_per_unit * anggaran)

kendala_anggaran = {'type': 'ineq', 'fun': kendala}

# Nilai awal
x0 = 0

# Batasan
batas = [(0, None)]

# Menyelesaikan masalah optimisasi
solusi = minimize(fungsi_akhir, x0, method='SLSQP', bounds=batas, constraints=[kendala_anggaran])

# Hasil
print("Status:", solusi.success and "Biaya Optimal" or "Tidak ditemukan solusi")
print("Jumlah unit:", solusi.x[0])
print("Total kapasitas tanki:", solusi.x[0] * kapasitas_per_unit, "liter")
print("Total anggaran:", solusi.x[0] * harga_per_unit, "Rupiah")

Hasilnya diperoleh sebagai berikut: Salim2.png

My Concious Effort on Numerical Method Learning and Its Application in Hydrogen Storage Design