Christian Emanuel Kefi
Contents
- 1 BIODATA DIRI
- 2 Pertemuan Mekanika Fluida-02
- 3 Pertemuan 1 : Selasa, 31 maret 2020
- 4 Pertemuan 2 : Rabu, 1 April 2020
- 5 Pertemuan 3 : Selasa, 7 April 2020
- 6 Pertemuan 4 : Rabu, 8 April 2020
- 7 Pertemuan 5 : Selasa, 14 April 2020
- 8 Pertemuan 6 : Rabu, 15 April 2020
- 9 Pertemuan 7 : Selasa, 21 April 2020
- 10 Pertemuan 8 : Rabu, 22 April 2020
- 11 Pertemuan 9 : selasa, 28 April 2020
- 12 Pertemuan 10 : Rabu, 29 April 2020
- 13 SINOPSIS TUGAS BESAR
- 14 Pertemuan 11 : Selasa, 5 Mei 2020
- 15 Pertemuan 12 : Rabu, 6 Mei 2020
BIODATA DIRI
Nama :Christian Emanuel Kefi
NPM :1906435460
Pendidikan terakhir : Diploma III
Pertemuan Mekanika Fluida-02
Pertemuan 1 : Selasa, 31 maret 2020
Pertemuan pertama setelah UTS ini menggunakan software Zoom untuk melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini dipandu oleh Bang Edo Syafei sebagai asisten dosen Mekanik Fluida.
Pertemuan pertama ini membahas tentang materi Aliran Viskos dalam pipa dan simulasi menggunakan CFD-SOF.
Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds, yaitu perbandingan antara gaya inersia fluida (gaya badan fluid) terhadap gaya viskosnya (gaya geseknya).
dengan rumus yang diberikan :
dimana,
v = kecepatan [m/s]
D = Diameter [m]
ρ = Density
µ = Viskositas dinamik
u = Viskositas kinematik
Bilangan Reynolds dapat menentukan jenis aliran fluida. Berikut ini adalah contoh aliran yang berada pada pipa. Ada 3 Jenis aliran fluida, yaitu :
1) Aliran Laminar = aliran yang memiliki bilangan Reynold (Re) kurang dari 2100. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton yaitu :
τ = µ du/dy
2) Aliran Transien = aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.Memiliki Re: 2100-4000
3) Aliran Transien = Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat acarak dan tidak beraturan karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran. Pada Aliran ini biasanya memiliki Re > 4000
Tutorial dalam menggunakan simulasi CFD-SOF sebagai berikut :
Simulasi CFD-SOF
Tahap pertama, membuat box pada sumbu x,y,z dan mengatur base mesh, generate mesh, check mesh, simulation model, fluid properties , dan boundary condition.
tahap selanjutnya adalah penentuan nilai p, dimana hasil menunjukan pada ujung inlet yang dekat dengan dinding menunjukan p aling tinggi dan pada bagian outlet menunjukan p paling rendah. seperti yang ditunjukan gambar berikut :
Grafik dari hasil simulasi dengan hubungan momentum residual vs waktu, dengan 65 iterasi yang dihasilkan. Run time dibuat dengan 1000 unit.
kemudian didapatkan hasil nilai U pada software paraview, hasil yang menunjukan kecepatan akan merata ketika sudah mencapai keadaan aliran berkembang sempurna
Pertanyaan:
1. Apa pengaruh viskositas dan pengaruh pressure drop dalam pipa?
Pressure drop adalah penurunan tekanan fluida akibat gesekan fluida pada dinding pipa. sementara viskositas berpengaruh pada gesekan pada pipa.
2. Apa yang dimaksud dengan entrance region?
Suatu wilayah atau daerah yang berada didekat dengan tempat masuknya fluida ke pipa. Atau bagian awal dari suatu empat aliran yang masuk dari suatu sumber. Contohnya Furnace
3. Jelaskan apa yang dimaksud entrance length?
panjang suatu aliran dari awal masuk pipa hingga mencapai kondisi dimana fully developed flow atau aliran yang berkembang sempurna.
4. Apa itu fully developed flow?
kondisi dimana profil kecepatan fluida akan menjadi tetap besarnya.
Pertemuan 2 : Rabu, 1 April 2020
Pada pertemuan kedua membahas tentang teori yang harus dipahami dalam pengaplikasian mekanika fluida. yaitu : konservasi masa, konservasi energi, dan konservasi momentum.
kemudian dibahas juga tentang enterance region, fully developed flow, dan pressure drop yang merupakan penurunan tekanan karena adanya gaya gesek dari fluida.
kemudian diberikan soal latihan :
a.1) Pada point a bagian 1 berdasarkan data-data yang ada dengan inlet velocity adalah 0,01 m/s dengan viskositas dinamik 0,00004 kg/m.s diperoleh Reynold numbers sebesar 30 dan entrance length adalah 0,18 m. Kemudian titik searah sumbu x yang digunakan untuk mengetahui perubahan kecepatan yang diperoleh adalah 0,01 m, 0,18 m(entrance length), 0,5 m dan 0,9 m dan Berikut adalah hasil grafik kecepatan dan tekanan yang diperoleh :
a.2) Pada point a bagian 2 berdasarkan data-data yang ada dengan inlet velocity adalah 0,01 m/s dengan viskositas dinamik 0,00001 kg/m.s diperoleh Reynold numbers sebesar 120 dan entrance length adalah 0,72 m. Kemudian titik searah sumbu x yang digunakan untuk mengetahui perubahan kecepatan yang diperoleh adalah 0,01 m, 0,72 m(entrance length), dan 0,95 m Berikut adalah hasil grafik kecepatan dan tekanan yang diperoleh :
Dari hasil simulasi CFDSOF yang disupport oleh software paraview pada point a bagian 1 dan 2, perubahan kecepatan pada entrance region lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan kecepatan setelah entrance region yang mana perubahan kecepatan jauh lebih kecil. Hal ini menguatkan teori bahwa perhitungan kecepatan pada daerah entrance region jauh lebih kompleks daripada perubahan kecepatan pada fully developed region yang mana perubahan kecepatan sangat kecil sehingga perhitungannya pun jauh lebih simpel.
Kemudian grafik tekanan dan kecepatan yang menggambarkan pengaruh viskositas pada suatu aliran fluida pada poin a adalah sebagai berikut :
b.1) untuk kasus ini sama dengan kasus pada a point 1
b.2) Pada point b bagian 2 berdasarkan data-data yang ada dengan inlet velocity adalah 0,04 m/s dengan viskositas dinamik 0,00004 kg/m.s diperoleh Reynold numbers sebesar 120 dan entrance length adalah 0,72 m. Kemudian titik searah sumbu x yang digunakan untuk mengetahui perubahan kecepatan yang diperoleh adalah 0,01 m, 0,72 m(entrance length), dan 0,95 m Berikut adalah hasil grafik kecepatan dan tekanan yang diperoleh :
Dari hasil simulasi CFDSOF yang disupport oleh software paraview pada point b bagian 1 dan 2, perubahan kecepatan pada entrance region lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan kecepatan setelah entrance region yang mana perubahan kecepatan jauh lebih kecil. Hal ini menguatkan teori bahwa perhitungan kecepatan pada daerah entrance region jauh lebih kompleks daripada perubahan kecepatan pada fully developed region yang mana perubahan kecepatan sangat kecil sehingga perhitungannya pun jauh lebih simpel.
Kemudian grafik tekanan dan kecepatan yang menggambarkan pengaruh viskositas pada suatu aliran fluida pada poin b adalah sebagai berikut :
Pertemuan 3 : Selasa, 7 April 2020
Pada pertemuan kali ini membahas tentang goverment equation, merupakan persamaan yang mengatur perilaku fluida. Seperti contohnya pada persamaan Re= inertia force / friction force maka dapat dikatakan semakin besar bilangan Reyold maka semakin besar inersia dan semakin kecil viskos nya. Pada aliran yang bersifat inviscid atau aliran pada enterance region viskos dapat diabaikan. sementara pada keadaan aliran fully development peranan gaya viskos lebih berpengaruh.
Peranan inersia penting dalam penentuan panjang enterance length. Semakin rendah inersia makan semakin mudah mencapai keadaan aliran erkembang sempurna. hal itu disebabkan karena inersia berbanding lurus dengan Reynold number sehingga jika dimasukkan dalam rumus (le = 0.06*Re*D) nilai le semakin kecil juga dan menyebabkan aliran semakin cepat mencapai aliran berkembang sempurna.
Sama halnya dengan inersia, efek viskos juga memiliki peranan penting dalam panjang enterance region. cairan yang lebih encer lebih lambat mencapai keadaan aliran berkembang sempurna karena cairan yang lebih encer memiliki viskositas yang kecil dan menyebabkan nilai Re semakin besar yang berpengaruh pada bertambahnya nilai le.
setelah itu dijelaskan tentang governing equation, persamaan yang mengatur tentang prilaku fluida, persamaan tersebut sebagai berikut :
(Governor Eq yang sudah disederhanakan untuk kasus aliran dua dimensi, steady flow, incompressible flow. Tidak ada perubahan massa jenis, kecepatan pada setiap titik, dan tidak ada aliran yang memotong tegak lurus.)
Pada aliran kita meninjau tiga gaya, yaitu : Gaya inersia, Gaya tekanan, dan Gaya gesekan.
Pertemuan 4 : Rabu, 8 April 2020
Pada pertemuan kali ini membahas tentang hubungan lapisan aliran fluida terhadap Reynold number. Jika menggunakan persamaan Re = inersia force/friction force, maka didapatkan bahwa semakin besar inersia maka semakin besar juga Rynold number yang didapatkan, sehingga semakin lama untuk mencapai keadaan fully development. Berkebalikan dengan itu, semakin besar viskositas maka semakin kecil bilangan Reynold dan semakin cepat mencapai keadaan aliran berkembang sempurna. dan hubungannya dengan jenis- jenis aliran adalah sebagai berikut :
-Laminar = Memiliki lapisan fluida berlapis-lapis yang tersusun secara parallel dan tidak bertabrakan satu sama lain (tidak terjadi perpotongan antar lapisan fluida).
-Transisi = Memiliki bentuk lapisan menyerupai osilasi dan terkadang terdapat perpotongan antar lapisan fluida akbat ketidakstabilan aliran. Aliran ini merupakan pembatas antara aliran laminar dan aliran turbolen.
-Turbolen = Terjadi ketidakteraturan pada aliran lapisan fluida yang mengakibatkan terjadi perpotongan antar lapisan.
Hubungan antara Reynold number (Re) dengan jenis aliran adalah, jika menggunakan fluida yang sama kecepatan aliran pada aliran turbolen akan lebih cepat dibandingkan dengan aliran laminar karena Reynold number pada aliran turbolen lebih besar. Pengaruh lain jenis aliran adalah gaya gesek pada turbolen lebih kecil karena viskos tidak terlalu berpengaruh karena peranannya dibanding dengan inersia, sehingga mengakibatkan Reynold number semakin besar.
Gambar disamping point (a) menunjukan bagaimana kondisi kecepatan aliran disuatu titik dalam satuan waktu pada aliran laminar. Kecepatan pada aliran laminar disuatu titik tidak mengalami perubahan magnitude terhadap waktu dan arah. Pada point (b) menunjukan bagaimana kondisi kecepatan aliran disuatu titik dalam satuan waktu pada aliran turbolen. Dalam aliran turbolen kecepatan berfluktuasi secara cepat atau rapid.ada 3 komponen yang mempengarugi velocity yaitu tekanan, gaya gesek, dan temperatur. Dalam aliran turbolen kecepatan berfluktuasi secara cepat dan acak terhadap waktu hal ini menyebabkan kerumitan dalam menyelesaikan persoalan secara analistik. Kecepatan pada aliran turbolen sangat bergantung pada tegangan geser. Untuk menemukan tegangan geser diperlukan besar gesekan yang terjadi pada fluida dan dinding, untuk mendapatkan besar gesekan terlebih dahulu harus mengetahui distribusi perubahan kecepatan, karena itu kita harus mempertimbangkan gesekan untuk mengetahui tegangan gesernya. Untuk mendapatkan tegangan geser harus mendapatkan keceatan lokal atau kecepatan sesaat (Va) terlebih dahulu. Kecepatan lokal memiliki rumus, Va= Vbar + V' , dimana Vbar adalah kecepatan rata-rata dan V' adalah kecepatan fluktuasi.
Dimana interval waktu, T, jauh lebih lama dari periode fluktuasi terpanjang, tetapi jauh lebih pendek dari ketidakstabilan kecepatan rata-rata.
tegangan geser dalam aliran turbulen tidak hanya sebanding dengan gradien dari kecepatan rata-rata waktu. itu juga mengandung kontribusi karena acak fluktuasi komponen kecepatan x dan y. Kepadatan terlibat karena momentum transfer cairan dalam pusaran acak (eddies). Meskipun besarnya relatif dibandingkan tegangan geser laminar ke tegangan geser turbolen adalah fungsi kompleks tergantung pada aliran spesifik yang terlibat.
Aliran didaerah yang paling dekat dengan dinding dinamakan, Viscous sublayer, laminar shear stresslebih dominan. didaerah yang mendekati centre line tegangan geser turbolen lebih dominan. pada aliran turbolen semakin intensif aliran turbolennya semakin besar energi gesekannya.
Pertemuan 5 : Selasa, 14 April 2020
Pada pertemua kali ini diadakan kuis pertama pada putaran 2. Kuis membahas tentang 6 nomor semuanya mengenai property aliran pada aliran laminar dan aliran turbolen. hasil dari kuis ini berupa artikel yang di upload pada wikipage.
1. Analytical solution of laminar flow through the parallel- plate pada teori laminar time (t) tidak diperhitungkan karena tidak ada perubahan terhadap waktu.
u = 0 ; pada y=H/2 atau centreline (no slip) : tidak ada slip. Kecepatan 0 terhadap dinding.
Dp/dx = 0 ; pada y=0 (symmetry) : gerak fluida tidak fluktuatif.
• Um = kecepatan rata-rata ; q = flowrate, flowrate memiliki hubungan dengan pressure drop dimana jika pressure drop besar berarti flowrate juga besar.
2. Peranan property terhadap aliran laminar untuk mencapai keadaan berkembang sempurna
Pada aliran laminar peranan viskos lebih berpengaruh daripada peranan density. Seperti contohnya pada persamaan Re= inertia force / friction force maka dapat dikatakan semakin besar bilangan Reyold maka semakin besar inersia dan semakin kecil viskos nya. Pada aliran yang bersifat inviscid atau aliran pada enterance region viskos dapat diabaikan. sementara pada keadaan aliran fully development peranan gaya viskos lebih berpengaruh.
Sama halnya dengan inersia, efek viskos juga memiliki peranan penting dalam panjang enterance region. cairan yang lebih encer lebih lambat mencapai keadaan aliran berkembang sempurna karena cairan yang lebih encer memiliki viskositas yang kecil dan menyebabkan nilai Re semakin besar yang berpengaruh pada bertambahnya nilai le.
3. Kondisi pada aliran turbolen
Tegangan geser pada aliran turbolen merupakan fungsi dari density. dalam aliran turbolen terdapat viscous sublayer yang merupakan aliran tipis pada aliran turbolen yang merupakan aliran laminar yang terletak pada dinding. Maka untuk mendapatkan ketebalan viscous sublayer maka digunakan tegangan geser dinding dan juga density karena pada aliran turbolen density sangat berpengaruh. Pada umumnya aliran turbolen memiliki bilangan reynold (Re) diatas 4000 karena memiliki kecepatan aliran yang lebihh tinggi daripada aliran laminar pada keadaan fully developed
4. membahas contoh soal 8.2
a. Untuk soal a mencari pressure drop. hal yang mempengaruhi pressure drop adalah viskos, Panjang dinding, debit, dan diameter. Semakin panjang pipa maka semakin besar pressure dropnya.
b. Mencari sudut untuk mengurangi pressure drop. tetapi hasil kenyataan tidak memungkinkan karena hasil sinnya tidak diantara 1 dan -1. Sehingga diameter dibesarkan agar memungkinkan. Jika pressure drop sudah sama dengan 0 pada posisi puncak, pada saat itu terjadi perubahan potensial energi yang jatuh dari puncak menjadi energi yang hilang karena viscous dissipation. Setelah mendapatkan besar sudut, perbedaan ketinggian pipa Δz bisa didapatkan dengan mengalikan pangjang pipa dan sin θ. Dengan Δz perubahan tekanan dapat dicari dengan rumus Δp = ρgΔz , dan bisa dibandingkan dengan perhitungan pada hasil di (a).
c. Jika pada soal (b) kondisi pressure drop sama dengan 0, maka p1 = p3 = 200 kPa. Sementara l tidak berpengaruh karena pressure drop sudah tidak ada.
5. viscous sublayer dan pressure drop
a. Mencari viscous sublayer: menggunakan rumus perbandingan friction velocity (u*) dan kecepatan aliran . untuk mendapatkan friction velocity terlebih dahulu tegangan geser pada wall. Wall shear stress (τw) berbanding lurus dengan pressure drop sehingga semakin tinggi pressue drop maka semakin rendah viscous sublayernya.
b. Mencari velocity pada centerline dengan cara mencari V = Q/A . Setelah itu mencari bilangan reynoldnya. Setelah itu mencari Vc, dalam mencari Vc ditemukan nilai n=8,4 ini dapat dilihat pada table grafik 8.17 yang terdapat pada buku munson.
c. Rasio tubolen dan laminar shear stress pada point ditengah- tengah centreline dan dinding pipa. Cukup mencari tegangan geser laminar dan tegangan geser total. Tegangan geser turbolen tidak dicari karena sangat rumit.
6. Perbandingan presure drop pada aliran turbolen dan aliran laminar
Perbedaan pertama terdapat pada rumus yang digunakan untuk mencari pressure drop jika di di aliran laminar melibatkan efek viskos makan pada aliran turbolen menggunakan density.
perbedaan kedua terletak pada rumus yang digunakan untuk mencari friction factor. pada aliran turbolen melibatkan kekasaran permukaan.
Pertemuan 6 : Rabu, 15 April 2020
Pertemuan ini membahas tentang head minor loss.
Pada aliran turbolen perhitungan sangat sulit dilakukan. Kebanyakan data didapatkan dari hasil percobaan dan rumus semi-empiris. Sering kali perlu untuk menentukan head loss yang terjadi dalam pipa, sehingga persamaan energi masuk dan energi keluar dapat digunakan. Head loss adalah kerugian tekanan atau pressure drop yang terjadi pada aliran internal dalam pipa. Head loss dibagi menjadi bagi menjadi 2 bagian besar yaitu head loss major dan head loss minor. Head loss yang terjadi akibat efek viskos pada aliran pipa lurus disebut head loss major, dimana mayor head loss sangat bergantung pada τw (wall shear stress).
Minor loses adalah penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi pada beberapa komponen pendukung saluran seperti fitting, valve ,elbow, inlet, outlet. Head loses minor dijumlahkan dengan Head loses mayor untuk mendapatkan minor loses total. Minor loss yang paling mudah diibaratkan adalah valve. Pada valve pola aliran, analisis teoritis untuk menentukan detail dari aliran masih belum memungkinkan. Jadi, untuk menentukan detail tersebut didapatkan dari data eksperimen. Metode yang umum digunakan adalah menggunakan rumus :
Pada kebanyakan kasus, aliran yang memiliki nilai Reynold number yang cukup besar inersianya lebih berpengaruh daripada viskositas dan pada kasus ini juga nilai pressure drop dan head loss berbanding lurus dengan tekanan dinamik sehingga koefisien loss tidak bergantung pada Reynold number. Karena itu koefisien loss hanya bergantung pada geometri , sehingga rumus minor head loss terkadang berhubungan dengan equivalent length (leq).
Tetapi pada buku ini lebih banyak menggunakan metode coefficient loss yang nilainya bergantung pada geometri. Bentuk atau geometri dari yang dimaksud dalam konteks ini adalah pada daerah minor pipa seperti contohnya pada daerah enterance region. Perubahan diameter pipa kadang tidak diperhitungkan dalam perhitungan head loss fully developed seperti contoh pada sistem pipa daerah inlet (dari reservoir ke pipa).
Perubahan diameter besar dan ke kecil kadang terjadi secara tiba-tiba dan kadang secara agak halus. Bentuk dari perubahan diameter itu yang mempengaruhi coefficient loss seperti yang terlihat pada gambar. Bentuk yang memiliki ujung yang lebih halus memiliki nilai coefficient loss yang lebih rendah, sementara jika ujungnya tajam, fluida akan berbelok secara tiba-tiba dan akan menyebabkan coeficient loss nya lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan ingin mengurangi head loss pada area enterance dan outlet maka dapat ditambahkan radius pada ujung perubahan diameter.
Pertemuan 7 : Selasa, 21 April 2020
Pada enterance yang memiliki ujung perubahan diameter lancip seperti pada gambar maka akan terterbentuk vena contracta region. Vena contracta region terbentuk akibat aliran fluida yang tidak dapat berbelok secara tajam pada batas diameter besar dan kecil. Velocity maksimum pada titik (2) lebih besar daripada titik (3). Jika kecepatan dapat diturunkan dengan baik maka energi kinetic dapat dikonversikan menjadi pressure, dan head loss akan menjadi 0.
Masalah pada kasus ini adalah, fluida tidak dengan mudah mengalami perlambatan. Jadi energi kinetic pada titik 2 menghilang karena viscous dissipation. Sehingga tekanan tidak Kembali secara aktual seperti pada grafik. Head loss (pressure drop) pada enterance disebabkan mayoritas karena efek inersia yang akhirnya hilang kerena shear stress antar fluida, dan hanya Sebagian kecil yang berpengaruh karena gesekan antara fluida dengan dinding.
Pertemuan 8 : Rabu, 22 April 2020
Pada pertemuan ini masing-masing mahasiswa menjelaskan tentang hal yang paling dipahami selama belajar mekanika fluida. saya menarik kesimpulan dari soal minor losses.
kesimpulan dari minor losses adalah, semakin kompleks enterance dari suatu sistem pipa maka semakin sulit juga aliran itu berbelok sehingga aliran terfokus ditengah, sementara didinding area enterance terbentuk separated flow yang mempersempit aliran pada titik enterance. Karena sempit maka aliran akan bertambah cepat dan tekanan berkuang. Setelah masuk tekanan tidak akan Kembali seperti semula melainkan mengalami pressure drop akibat dari nilai inersia yang semakin besar akibat akselerasi kecepatan. Sehingga semakin tajam belokan aliran maka semakin tinggi nilai inersia dan menyebabkan nilai dari coefficient factor semakin besar.
Pertemuan 9 : selasa, 28 April 2020
pada pertemuan ini pak Dai memberikan kesempatan mahasiswa untuk berkontribusi dalam wikipage. mahasiswa diminta menjelaskan hal yang paling dipahami selama proses pembelajaran.
Dalam pertemuan ini juga dijelaskan bab.9 tentang external flow. Contoh aplikasi external flow dalam kehidupan sehari-hari adalah aliran udara pada mobil dan pesawat yang bergerak dengan kecepatan tertntu dan bergesekan dengan udara yang akan menghasilkan boundary layer.
untuk penampang dengan batas panjang tertentu panjang penampang (l) dapat dijadikan sebagai characteristic length. sementara pada penampang yang tidak terbatas digunakan, x, jarak koordinat sepanjang pelat dari depan edge, sebagai panjang karakteristik dan menentukan angka Reynolds Re = Ux/v, jadi kecepatan aliran dan Reynold number akan besar pada boundary layer. Jika Reynold nuber besar maka efek viskos hanya akan berpengaruh pada lapisan dekat objek.
Pertemuan 10 : Rabu, 29 April 2020
Pertemuan ini melanjutkan pembahasan tentang external flow. pada kesempatan ini juga Bang Edo membahas cara simulasi dengan menggunakan software CFD untuk mengetahui aliran yang terjadi disekitar mobil. bahan simulasi sudah disiapkan berupa gambar 3D yang di extract dari solidwork. Fluid properties yang menggunakan aliran udara tersebut adalah : ρ = 1,22g kg/m3 ; v = 1,79 x 10^-5 Pa.s ; u = 1 m/s ; L = 3,5 m. Dari semua data yang tersedia dapat ditentukan Reynold number (Re) sebesar 239525,.. dimana aliran tersebut mengidentifikasikan turbolen. setelah itu masukan parameter kedalam aplikasi lalu dilakukan simulasi.
SINOPSIS TUGAS BESAR
Studi Analisis Pengaruh Diameter Pipa terhadap Daya yang Dihasilkan pada generator PLTA
Pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA) digunakan torak sebagai alat untuk mengubah gerakan linier menjadi gerakan putar. Gerakan putar ini menghasilkan energi kinetic yang dapat dikonversikan menjadi torsi lalu daya. Air sebagai media biasanya berasal dari bendungan dan dialirkan menggunakan pipa menuju torak, jadi inlet terletak pada bendungan dan outlet akan terletak pada torak.
Berdasarkan kombinasi dari hukum Bernoulli dan efek Venturi yang menyatakan bahwa ketika ukuran penampang (pipa) berkurang, untuk menghasilkan debit fluida yang tetap sama, maka kecepatan fluida harus bertambah dan disaat yang bersamaan tekanan fluida tersebut akan berkurang.
Pada tugas besar ini saya akan membahas tentang pengaruh diameter pipa terhadap kecepatan yang akan dihasilkan lalu dikonversikan menjadi daya. Akan dilakukan simulasi menggunakan aplikasi CFD dengan pipa berdiameter besar, kecil dan pipa yang menggunakan nosel. Berdasarkan teori perhitungan semakin besar kecepatan maka seakin besar juga kecepatan yang terjadi pada torak sehingga daya yang dihasilkan lebih besar. Hal ini ditujukan untuk menemukan diameter yang efisien untuk menghasilkan daya yang besar dengan keadaan aliran yang sama.
Pertemuan 11 : Selasa, 5 Mei 2020
Pertemuan kali ini masih memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempresentasikan hasil belajar selama putaran 2 ini. dala kesempatan ini juga muncul pertanyaan dari Rizza yang menanyakan tentang kaitan pressure drop dengan diameter pipa. Asumsinya kecepatan aliran sama.
pendapat : berdasarkan rumus pressure drop Δp = f . l/D . ρV^2/2 sehingga dalam membandingkan besar pressure drop dalam diameter yang berbeda dalam kecepatan yang sama dan density yang sama dapat diabaikan. sehingga faktor yang berpengaruh adalah gesekan. semakin sempit luas penampang maka akan semakin besar gesekan antar lapisan fluida yang terjadi dibanding pipa yang berdiameter besar. karena faktor gesekan berbanding lurus dengan pressure drop maka besar pressure drop lebih timggi pada diameter pipa yang kecil.
Pertemuan 12 : Rabu, 6 Mei 2020
Pada pertemuan kali ini masih membahas tentang pertanyaan dari Rizza tentang Semakin sempit pipa, maka akan semakin cepat laju aliran.
dalah hukum konservasi energi yang menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan namun dapat diubah menjadi bentuk yang lain, dalam pipa terdapat Energi kinetik (Ek), Energi potensial (Ep), dan energi tekanan. Dengan kata lain Tekanan + Ek + Ep = konstan . persamaan untuk aliran fluida yang mengalir pada suatu sistem perpipaan dapat ditulis sebagai berikut :