Difference between revisions of "Afrizal Riyantono"
Line 1: | Line 1: | ||
Nama : Afrizal Riyantono | Nama : Afrizal Riyantono | ||
+ | |||
NPM : 2406375466 | NPM : 2406375466 | ||
Revision as of 10:16, 4 November 2024
Nama : Afrizal Riyantono
NPM : 2406375466
Kuliah Pertama
Pak DAI menghimbau mahasiswa untuk berlatih menggunakan ChatGPT.
Saya bertanya : “Apa itu DAI5 Framework?”
ChatGPT Menjawab :
DAI5 Framework adalah sebuah kerangka kerja yang dikembangkan oleh Dr. Ahmad Indra Siswantara dari Universitas Indonesia untuk memfasilitasi proses pemecahan masalah, terutama dalam bidang teknik mesin dan analisis numerik.
DAI5 Framework terdiri dari lima tahapan utama:
1. **Intention (Niat):** Menetapkan tujuan dan maksud dari analisis atau simulasi yang akan dilakukan. 2. **Initial Thinking (Pemikiran Awal):** Mengumpulkan ide-ide awal dan memahami permasalahan secara umum. 3. **Idealization (Idealiasi):** Menyederhanakan permasalahan dengan membuat asumsi-asumsi yang masuk akal untuk memodelkan situasi secara matematis. 4. **Instruction (Instruksi):** Menyusun langkah-langkah atau algoritma untuk menyelesaikan permasalahan berdasarkan model yang telah dibuat. 5. **Implementation (Implementasi):** Melaksanakan instruksi yang telah disusun dan menganalisis hasilnya.
Framework ini telah digunakan dalam berbagai studi kasus, seperti analisis tegangan pipa menggunakan metode elemen hingga (Finite Element Method). Beberapa video tutorial dan penjelasan mengenai DAI5 Framework dapat ditemukan di YouTube, salah satunya adalah "DAI5 Framework - YouTube".
Selain itu, mahasiswa dan peneliti di Universitas Indonesia juga telah menerapkan DAI5 Framework dalam berbagai proyek dan tesis mereka. Sebagai contoh, Fadil Naufal Wahas menggunakan framework ini dalam analisis dinamika fluida komputasional (CFD) untuk kasus lid-driven cavity.
Terkait dengan Tesis saya mengenai WAAM, Saya bertanya kepada ChatGPT terkait dengan WAAM serta cara kerjanya.
Saya bertanya : Apa itu WAAM dan bagaimana cara kerjanya?
ChatGPT Menjawab :
WAAM (Wire Arc Additive Manufacturing) adalah teknologi manufaktur aditif yang menggabungkan pengelasan busur listrik dengan proses pencetakan 3D untuk membuat komponen logam. Proses ini menggunakan kawat logam sebagai bahan baku, yang dipanaskan dan dilelehkan menggunakan sumber panas (biasanya busur listrik), kemudian dideposisikan lapis demi lapis hingga terbentuk bentuk yang diinginkan.
Cara Kerja WAAM: Pengaturan dan Pemrograman: Desain dari model 3D dibuat menggunakan perangkat lunak CAD, lalu diubah menjadi instruksi untuk pergerakan mesin (G-code). Pembentukan Lapisan: Sumber panas (biasanya dari pengelasan MIG atau TIG) mencairkan kawat logam yang digunakan sebagai bahan dasar. Mesin kemudian akan mengontrol posisi dan arah deposit kawat ini. Penumpukan Material: Kawat logam yang sudah dilelehkan diletakkan lapis demi lapis, membentuk geometri sesuai desain CAD. Pendinginan dan Penyelesaian: Setelah bentuk dasar selesai, proses pendinginan akan terjadi. Seringkali, komponen ini perlu diproses lebih lanjut, seperti pemesinan atau pemolesan, untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai.
Kelebihan WAAM: Hemat Material: Karena hanya menambahkan bahan pada area yang diperlukan. Fleksibilitas Desain: Memungkinkan pembuatan komponen logam yang kompleks. Skala Besar: WAAM sangat cocok untuk pembuatan komponen logam besar yang sulit dibuat dengan teknik aditif lainnya.
Kekurangan WAAM: Kehalusan Permukaan: Permukaan hasil WAAM umumnya lebih kasar dibandingkan proses manufaktur tradisional. Distorsi Termal: Karena suhu tinggi selama proses, ada risiko distorsi atau retak pada komponen. WAAM sering digunakan dalam industri penerbangan, otomotif, dan maritim untuk membuat komponen besar dengan efisiensi tinggi dan biaya yang lebih rendah.