Difference between revisions of "Ryan Hidayat"
(67 intermediate revisions by the same user not shown) | |||
Line 1: | Line 1: | ||
− | [[File:ryan.jpeg]] | + | [[File:ryan.jpeg|200px|thumb|left|Ryan Hidayat]] |
− | |||
− | + | __TOC__ | |
− | + | == Introduction == | |
− | + | Perkenalkan, saya Ryan Hidayat (NPM 2406375636). Saat ini, saya sedang menempuh pendidikan magister di bidang Teknik Mesin, Universitas Indonesia, dengan fokus peminatan pada Perancangan dan Manufaktur. Di bawah bimbingan Dr.-Ing. Mohammad Adhitya, S.T., M.Sc. | |
− | I (3) Initial thinking ( | + | |
− | I (4) Idealization | + | Selain menimba ilmu di UI, saya juga aktif berkarir di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), khususnya di Pusat Riset Teknologi Penerbangan. Di sana, saya berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan teknologi penerbangan, sebuah bidang yang sangat dinamis dan penuh tantangan. Beberapa projek yang pernah saya ikuti antaranya pengembangan UAV LSU05-NG, dan Float N219-A. |
− | I (5) | + | |
+ | == Komputasi Teknik - Resume Pertemuan == | ||
+ | Conscious Thinking | ||
+ | Heartware-Brainware | ||
+ | (variable) = Array | ||
+ | (1) Initiator | ||
+ | (2) Intention | ||
+ | (3) Initial Thinking | ||
+ | (4) Idealization | ||
+ | (5) Instruction | ||
+ | |||
+ | DAI5 adalah metode pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Dr. Ahmad Indra Siswantara dari Universitas Indonesia. Metode ini dikenal sebagai “Conscious Thinking” dan berfokus pada proses berpikir yang dimulai dari niat hingga pemilihan alat bantu sebagai langkah akhir. DAI5 adalah sebuah konsep yang mengintegrasikan aspek heartware dan brainware untuk membentuk pola pikir dan sikap yang sadar serta terarah. Pendekatan ini menggunakan lima variabel inti yang diharapkan mampu menciptakan keseimbangan antara pikiran, hati, dan tindakan manusia. Berikut adalah penjelasan tentang kelima variabel tersebut: | ||
+ | |||
+ | '''Initiator (Inisiator)''' | ||
+ | Variabel pertama, Initiator, mengacu pada pemicu awal atau dorongan yang memulai proses berpikir atau tindakan. Inisiator ini adalah sumber energi atau motivasi utama yang memicu seseorang untuk memulai sebuah gagasan, proyek, atau tindakan tertentu. Dalam konteks DAI5, inisiator ini mungkin muncul dari dalam diri, seperti kebutuhan, nilai, atau keinginan, maupun dari luar, seperti kesempatan atau tantangan yang dihadapi. | ||
+ | |||
+ | '''Intention (Niat)''' | ||
+ | Intention atau niat adalah kejelasan tujuan dari tindakan atau pemikiran yang ingin diwujudkan. Niat ini sangat penting karena memberi arah dan makna dalam proses berpikir atau bertindak. Dengan niat yang kuat dan positif, individu dapat menjalani proses selanjutnya dengan fokus dan motivasi yang stabil. Intention menjadi jembatan antara keinginan internal dan tujuan yang akan dicapai. | ||
+ | |||
+ | '''Initial Thinking (Pemikiran Awal)''' | ||
+ | Initial Thinking adalah tahap dimana ide-ide awal dan kemungkinan-kemungkinan dirumuskan. Di sini, individu mulai memetakan pemikiran, mempertimbangkan opsi, dan mengeksplorasi berbagai perspektif. Pemikiran awal ini menjadi fondasi dalam merencanakan langkah-langkah berikutnya. Pada tahap ini, seseorang juga belajar mengenali hambatan, peluang, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. | ||
+ | |||
+ | '''Idealization (Ideal)''' | ||
+ | Idealization adalah proses membentuk gambaran ideal atau visi dari hasil akhir yang ingin dicapai. Dalam tahap ini, individu membayangkan hasil yang diinginkan dan menetapkan standar atau nilai ideal yang ingin diwujudkan. Idealization membantu seseorang untuk berfokus pada potensi terbaik dari hasil yang diharapkan serta menjaga semangat dan ketekunan dalam mencapainya. | ||
+ | |||
+ | '''Instruction (Instruksi)''' | ||
+ | Instruction adalah tahap akhir, di mana arah atau panduan khusus mulai diterapkan untuk mencapai tujuan. Ini bisa berupa langkah-langkah konkret, strategi, atau metode yang ditetapkan untuk mencapai visi yang telah diidealisasikan. Instruction berfungsi sebagai cetak biru yang memandu tindakan hingga hasil akhir tercapai. | ||
+ | |||
+ | ''Kesimpulan'': | ||
+ | Kelima variabel ini—Initiator, Intention, Initial Thinking, Idealization, dan Instruction—saling berkaitan dan membentuk sebuah proses berpikir sadar yang terstruktur. DAI5 Conscious Thinking bertujuan untuk menciptakan pola pikir yang selaras antara hati (heartware) dan otak (brainware), sehingga menghasilkan tindakan yang efektif, bermakna, dan bertanggung jawab. Pendekatan ini sangat relevan untuk meningkatkan kesadaran diri dan kualitas keputusan, terutama dalam pengembangan pribadi dan profesional. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | == Tugas Penerapan Konsep DAI5 dalam Penyelesaian Metode Elemen Hingga == | ||
+ | |||
+ | Penerapan konsep DAI5 Conscious Thinking Heartware-Brainware dalam penyelesaian metode elemen hingga (finite element method, FEM) untuk menghitung kekuatan struktur sayap pesawat dapat memberikan pendekatan berpikir yang terstruktur dan terarah. Berikut adalah bagaimana kelima variabel DAI5 dapat diterapkan dalam konteks ini: | ||
+ | |||
+ | 1. Initiator (Inisiator) | ||
+ | Inisiator dalam konteks ini adalah motivasi utama yang memicu analisis FEM pada sayap pesawat. Misalnya, kebutuhan untuk memastikan kekuatan dan keamanan struktur sayap pesawat dalam menahan gaya angkat dan beban lain yang terjadi selama penerbangan. Inisiator ini bisa berasal dari faktor keamanan penerbangan, peraturan penerbangan yang harus dipenuhi, atau tujuan desain untuk mengoptimalkan performa struktur sayap. Inisiator menetapkan tujuan awal dari analisis, yaitu untuk menentukan apakah struktur sayap dapat menahan beban yang diberikan tanpa gagal atau mengalami deformasi yang berlebihan. | ||
+ | |||
+ | 2. Intention (Niat) | ||
+ | Intention adalah tujuan spesifik dan terukur dari analisis ini. Dalam hal ini, tujuan analisis adalah: | ||
+ | |||
+ | Menghitung distribusi tegangan dan perpindahan sepanjang panjang sayap. | ||
+ | Memastikan bahwa tegangan yang dihasilkan di seluruh bagian sayap berada di bawah batas kekuatan material. | ||
+ | Mengidentifikasi area-area yang mungkin mengalami tegangan tinggi atau deformasi berlebih sehingga perlu diperkuat. | ||
+ | Intention membantu mengarahkan fokus selama proses analisis FEM, memastikan bahwa setiap langkah dan keputusan yang diambil selaras dengan tujuan utama ini. | ||
+ | |||
+ | 3. Initial Thinking (Pemikiran Awal) | ||
+ | Initial Thinking melibatkan perencanaan awal mengenai pendekatan yang akan diambil dalam analisis FEM. Dalam kasus ini, beberapa pertimbangan awal meliputi: | ||
+ | |||
+ | Pemilihan model dan metode analisis: Memilih untuk memodelkan sayap sebagai struktur batang (beam) 1D atau menggunakan elemen yang lebih kompleks (seperti 2D atau 3D) tergantung pada kebutuhan detail dari hasil yang diinginkan. | ||
+ | Diskretisasi domain: Menentukan jumlah elemen yang akan digunakan untuk membagi panjang sayap, di mana lebih banyak elemen memberikan akurasi yang lebih baik namun membutuhkan lebih banyak sumber daya komputasi. | ||
+ | Pemilihan kondisi batas: Menentukan jenis kondisi batas yang diterapkan, seperti titik tetap di pangkal sayap atau kondisi bebas di ujung. | ||
+ | Pemikiran awal ini adalah langkah mendasar yang akan membentuk struktur model FEM, memungkinkan pendekatan yang efisien dan akurat dalam menyelesaikan masalah. | ||
+ | |||
+ | 4. Idealization (Ideal) | ||
+ | Idealization adalah proses menciptakan gambaran ideal dari hasil akhir yang diinginkan. Dalam konteks analisis FEM untuk sayap pesawat, idealisasi mencakup: | ||
+ | |||
+ | Memvisualisasikan distribusi tegangan dan perpindahan yang merata dan terkontrol di seluruh struktur sayap. | ||
+ | Memastikan bahwa deformasi tetap dalam batas yang aman sehingga sayap tetap berfungsi dengan optimal selama penerbangan. | ||
+ | Menggambarkan solusi yang dapat diimplementasikan untuk memperkuat bagian sayap yang memiliki tegangan tinggi, seperti menambahkan material atau mempertebal bagian tertentu. | ||
+ | Idealization membantu dalam mempertahankan fokus pada hasil yang diinginkan selama proses analisis dan memungkinkan peneliti untuk mengevaluasi hasil akhir berdasarkan standar optimal yang sudah ditetapkan. | ||
+ | |||
+ | 5. Instruction (Instruksi) | ||
+ | Instruction adalah panduan khusus yang akan diterapkan untuk menyelesaikan perhitungan FEM. Ini meliputi langkah-langkah praktis yang perlu diikuti, seperti: | ||
+ | |||
+ | Menetapkan parameter analisis: Menetapkan modulus elastisitas, panjang elemen, beban distribusi, dan parameter material lain yang relevan. | ||
+ | Membangun matriks kekakuan dan vektor gaya: Menghitung elemen-elemen matriks kekakuan untuk setiap elemen dan menggabungkannya menjadi matriks kekakuan global, seperti yang sudah diuraikan dalam langkah-langkah pada contoh sebelumnya. | ||
+ | Memasukkan kondisi batas: Menerapkan kondisi batas pada persamaan FEM untuk membatasi pergerakan pada titik tertentu sesuai dengan skenario nyata. | ||
+ | Menyelesaikan sistem persamaan linier: Menggunakan metode numerik atau perangkat lunak FEM untuk menyelesaikan sistem persamaan sehingga menghasilkan perpindahan pada tiap node. | ||
+ | Instruksi ini adalah langkah-langkah teknis yang diikuti dalam proses analisis, yang memungkinkan peneliti untuk melaksanakan pemodelan FEM secara sistematis dan menghasilkan hasil yang terukur dan akurat. | ||
+ | |||
+ | Kesimpulan | ||
+ | Pendekatan DAI5 Conscious Thinking membantu memandu proses analisis FEM dengan cara yang sadar dan terstruktur. Dengan mengidentifikasi motivasi (Initiator), menentukan tujuan yang jelas (Intention), melakukan perencanaan awal (Initial Thinking), membentuk gambaran ideal hasil akhir (Idealization), dan mengikuti instruksi teknis (Instruction), kita dapat melakukan analisis yang lebih sistematis dan terfokus. | ||
+ | |||
+ | Pendekatan ini memungkinkan kita tidak hanya menyelesaikan masalah teknis dalam perhitungan FEM untuk kekuatan sayap pesawat, tetapi juga memastikan bahwa setiap langkah dalam proses ini selaras dengan tujuan keseluruhan, yaitu menghasilkan desain yang kuat, aman, dan sesuai dengan standar yang diinginkan. | ||
+ | |||
+ | Lebih jelasnya https://docs.google.com/document/d/12XS-R0tc0xwvRGkIvYneZxxRGUuHxLth/edit?usp=sharing&ouid=103052584164155773200&rtpof=true&sd=true | ||
+ | |||
+ | |||
+ | == Tugas Diskusi dengan AI Mengenai Practical Example of Engineering Problem == | ||
+ | |||
+ | Pada tugas kali ini saya mencoba membuka diskusi dengan AI Chatgpt mengenai "Can you give a practical example (along with simple calculator such as 1D Problem) ,In engineering that continuum mechanics treatsmaterials as continuous, on integration of uninterrupted "conscious continuum" into the DAI5 framework " dan meminta untuk membuat contoh terkait "the displacement distribution on a 1d rod if the heat given is heat from the bottom of the rod is evenly distributed" | ||
+ | |||
+ | |||
+ | ChatGPT menjawab, Integrating "conscious continuum" into the DAI5 framework, alongside concepts from continuum mechanics, can lead to a unique approach for analyzing engineering problems. Here’s how this integration might look, using a one-dimensional (1D) stress-strain problem in materials as an example. | ||
+ | |||
+ | '''Background on Continuum Mechanics and the Conscious Continuum in DAI5''' | ||
+ | |||
+ | In continuum mechanics, materials are modeled as continuous fields. That is, instead of viewing materials as made up of discrete atoms, continuum mechanics treats them as if they have no gaps, enabling the use of calculus and integration to describe their behavior under different forces. | ||
+ | |||
+ | Incorporating the DAI5 model into this approach, we can analogize the way stress or strain develops continuously across a material with the way ideas or intentions evolve continuously through conscious thought. Here, each element of the DAI5 model represents a stage in the thought process that aligns with stages in analyzing and solving an engineering problem. | ||
+ | |||
+ | '''Practical Example: 1D Stress-Strain Problem in a Rod''' | ||
+ | |||
+ | Imagine a simple engineering problem: a rod made of a continuous material (like steel) is subjected to a tensile force | ||
+ | 𝐹 | ||
+ | F along its length. We want to determine the strain distribution along the rod using both continuum mechanics and the DAI5 framework. | ||
+ | |||
+ | Let's set up a practical, step-by-step example where the DAI5 framework is integrated into the approach. | ||
+ | |||
+ | Problem Setup: | ||
+ | |||
+ | A rod with length 𝐿 = 1 m, cross-sectional area 𝐴 = 0.01 m2, and Young’s modulus 𝐸 = 200 GPa is subjected to a tensile force 𝐹 = 10,000 N | ||
+ | |||
+ | Goal: To calculate the stress and strain at a point within the rod and observe how the DAI5 framework can guide the understanding and approach. | ||
+ | |||
+ | '''Step-by-Step Solution with DAI5 Integration''' | ||
+ | |||
+ | 1. Initiator – Problem Identification | ||
+ | |||
+ | Continuum Mechanics Context: The force 𝐹 initiates the stress in the rod, prompting us to analyze how this force affects the rod's material. | ||
+ | |||
+ | DAI5 Context: Here, the initiator is the recognition of a need to understand the material response to force. This step clarifies that the intention is to calculate stress and strain, specifically using a conscious and systematic approach (DAI5) to ensure a holistic understanding. | ||
+ | |||
+ | 2. Intention – Defining the Purpose | ||
+ | |||
+ | Continuum Mechanics Context: Intention in this context is to evaluate how stress 𝜎 and strain 𝜖 distribute through the rod’s length. | ||
+ | |||
+ | DAI5 Context: Our intention is to develop a clear and calculated understanding of the material’s behavior under force, ensuring alignment with engineering goals (like safety or reliability). | ||
+ | |||
+ | Here we set up the equation for stress | ||
+ | |||
+ | σ= F/A = 10.000 N/0,01 m2 = 1000000 Pa = 1 MPa | ||
+ | |||
+ | 3. Initial Thinking – Exploration and Analysis | ||
+ | |||
+ | Continuum Mechanics Context: We start by considering the linear relationship between stress and strain given by Hooke’s Law in 1D: | ||
+ | 𝜎 = 𝐸⋅𝜖 | ||
+ | |||
+ | DAI5 Context: Initial thinking here involves brainstorming possible approaches, identifying key variables (like 𝐹, 𝐸, 𝐴), and recognizing that Hooke’s Law applies since the deformation is within elastic limits. | ||
+ | |||
+ | Using Hooke’s Law, we can rearrange to solve for strain | ||
+ | |||
+ | 𝜖 = 𝜎/𝐸 = 1,000,000 Pa/200,000,000,000 Pa = 0.000005 = 5×10−6 | ||
+ | |||
+ | 4. Idealization – Formulating an Optimal Model | ||
+ | |||
+ | Continuum Mechanics Context: Idealization here would assume uniform stress and strain distribution due to the simplicity of the 1D problem. We assume the material is homogeneous and isotropic (same properties in all directions). | ||
+ | |||
+ | DAI5 Context: This step involves visualizing the ideal conditions and outcomes. For example, in an idealized state, our solution assumes perfect material uniformity, simplifying the calculation and making it feasible to treat stress and strain as constants along the rod. | ||
+ | |||
+ | This means we can conclude that: | ||
+ | |||
+ | Stress 𝜎 is constant throughout the rod at 1 MPa | ||
+ | Strain 𝜖 is also constant throughout the rod at 5×10−6 | ||
+ | |||
+ | 5. Instruction – Practical Application and Next Steps | ||
+ | |||
+ | Continuum Mechanics Context: Instruction here includes the practical steps for interpreting or further applying these results, such as verifying the material can withstand this strain without failure. | ||
+ | |||
+ | DAI5 Context: We generate clear next steps for applying our calculations in a real-world setting, like specifying limits on load or recommending inspections to ensure the material remains within safe deformation limits. | ||
+ | |||
+ | For instance: | ||
+ | |||
+ | If strain remains below the yield strain of steel (around 0.002), the rod is within safe limits. | ||
+ | We could specify that, under similar loading conditions, the rod is expected to perform reliably. | ||
+ | |||
+ | '''Summary of DAI5’s Role in This Example''' | ||
+ | |||
+ | In this example, the DAI5 framework enables an engineer to think systematically about the problem: | ||
+ | |||
+ | '''Initiator''' sets up the reason for analysis. | ||
+ | |||
+ | '''Intention''' guides the purpose and ensures calculations are aligned with real-world objectives. | ||
+ | |||
+ | '''Initial Thinking''' ensures a thorough consideration of potential approaches and factors. | ||
+ | |||
+ | '''Idealization''' helps in setting up assumptions to simplify and focus the model. | ||
+ | |||
+ | '''Instruction''' gives actionable steps for interpreting results and applying them effectively. | ||
+ | |||
+ | This approach can enhance both clarity and rigor, allowing engineers to not only solve technical problems but also integrate their solutions meaningfully into broader engineering contexts. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | And the answer for the second question is: | ||
+ | |||
+ | To solve for the displacement distribution in a 1D rod with heat applied uniformly from the bottom, we need to consider thermal expansion. When heat is applied, the rod will expand, and this expansion will vary along the length depending on the temperature distribution. | ||
+ | |||
+ | '''Problem Setup''' | ||
+ | |||
+ | '''Rod with Length''' 𝐿: The rod is heated uniformly from one end, causing it to expand along its length. | ||
+ | '''Thermal Expansion Coefficient''' 𝛼: This coefficient defines how much the material expands per unit length per degree change in temperature. | ||
+ | '''Temperature Distribution''': If heat is applied from one end, we can assume a linear temperature gradient along the rod’s length. | ||
+ | |||
+ | '''Goal''' | ||
+ | |||
+ | To find the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod, where: | ||
+ | |||
+ | 𝑥 is the position along the rod. | ||
+ | 𝑢(𝑥) is the thermal displacement due to expansion. | ||
+ | |||
+ | '''Solution Strategy''' | ||
+ | |||
+ | For a linear temperature gradient, the displacement 𝑢(𝑥) due to thermal expansion at any point 𝑥 is given by: | ||
+ | |||
+ | [[File:Ini1.PNG|200px|center]] | ||
+ | |||
+ | where: | ||
+ | |||
+ | -𝑇(𝑥′) is the temperature at position 𝑥′ | ||
+ | -𝛼 is the thermal expansion coefficient. | ||
+ | |||
+ | Assuming a linear temperature distribution: | ||
+ | |||
+ | [[File:ini2.PNG|200px|center]] | ||
+ | |||
+ | where: | ||
+ | |||
+ | -𝑇0 is the temperature at the bottom of the rod. | ||
+ | -Δ𝑇 is the temperature difference from the bottom to the top of the rod. | ||
+ | -𝐿 is the total length of the rod. | ||
+ | |||
+ | Let’s implement this in Python to calculate the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod. | ||
+ | |||
+ | '''Python Code Implementation''' | ||
+ | |||
+ | I'll compute the displacement distribution 𝑢(𝑥) over the length of the rod using the above formulas. Let's proceed with the calculation. | ||
+ | |||
+ | It looks like the code execution environment has reset, so I’ll reinitialize the setup and walk you through the Python code needed to calculate and display the displacement distribution. | ||
+ | |||
+ | '''Python Code for Displacement Distribution due to Thermal Expansion''' | ||
+ | |||
+ | Here's the code to calculate the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod when heat is uniformly applied from the bottom, with comments explaining each step: | ||
+ | |||
+ | [[File:ini3.PNG|500px|center]] | ||
+ | |||
+ | '''Explanation of the Code''' | ||
+ | |||
+ | '''Constants''': We define the length 𝐿, initial temperature 𝑇0, temperature increase Δ𝑇, and the thermal expansion coefficient 𝛼. | ||
+ | |||
+ | '''Position Array''': We create an array of 100 points along the rod to calculate the displacement at each point. | ||
+ | |||
+ | '''Temperature Distribution''': Calculate the temperature 𝑇(𝑥) along the rod with a linear distribution. | ||
+ | |||
+ | '''Displacement Distribution''': Use cumulative summation to approximate the integral for displacement distribution, 𝑢(𝑥), due to thermal expansion. | ||
+ | |||
+ | '''Plot''': Display the displacement distribution along the rod to visualize how the expansion varies with position. | ||
+ | |||
+ | Running this code would yield the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod and display a graph of how displacement changes due to the applied heat. | ||
+ | |||
+ | [[File:ini4.PNG|400px|center]] | ||
+ | |||
+ | The computational code has generated the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod due to thermal expansion from a uniform heat source applied at the bottom. The displacement distribution plot shows how the displacement increases along the rod length, reflecting the effect of thermal expansion with increasing temperature. | ||
+ | |||
+ | The first few computed values of displacement 𝑢(𝑥) at different positions along the rod are approximately with values gradually increasing as we move along the rod from bottom to top. The plot provides a visual representation of this expansion distribution, with displacement 𝑢 (𝑥) steadily increasing along the length. | ||
+ | |||
+ | == Tugas Membuat code JS dan HTML untuk Material Selection of Wing Spar == | ||
+ | |||
+ | 12 November 2024 | ||
+ | |||
+ | Pada pertemuan ke 3 ini di dalam kelas Bpk Dai menjelaskan terkait main purpose of learning, dan mahasiswa sebagai driver harus melakukan do yourself learning dalam melakukan pembelajaran. untuk mendapatkan intelligent ways to stay, serta remembrance of the creator the one and only. (Cara Cerdas Ingat (selalu) Tuhan. | ||
+ | |||
+ | Pada pertemuan ini mahasiswa dibebaskan untuk membuat sebuah aplikasi web based dengan menggunakan chat GPT sebagai asisten dan mahasiswa sebagai driver. dengan framework DAI 5 sebagai pendekatan metoda nya. | ||
+ | |||
+ | Kemudian saya mencoba membuat code JS & HTML dengan arahan ke chat GPT terkait pemilihan material untuk spar pesawat terbang. | ||
+ | |||
+ | kemudian didapatkan kode html dan js sebgai berikut: | ||
+ | |||
+ | [[File:html.PNG|400px|center]] | ||
+ | |||
+ | |||
+ | [[File:js.PNG|400px|center]] | ||
+ | |||
+ | |||
+ | dan hasilnya seperti ini: | ||
+ | |||
+ | [[File:cobacode.PNG|400px|center]] | ||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | == Tugas Merangkum Progress Belajar Mandiri Menggunakan Bantuan AI & Upload Video Terkait ke Youtube == | ||
+ | |||
+ | 19 November 2024 | ||
+ | |||
+ | Pada tugas kali ini, kita akan merangkum progress belajar mandiri menggunakan bantuan AI, sebagai monitoring dan evaluasi pembelajaran : | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''Command:'''Berikan tanggapan atas pikiran-pikiran dan pemahaman saya selama ini dalam menggunakan chat gpt dalam konteks pembelajaran mandiri | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''Answer:'''Dari percakapan kita sejauh ini, saya melihat bahwa Anda memiliki pendekatan yang sangat aktif dan reflektif dalam menggunakan ChatGPT untuk pembelajaran mandiri. Berikut tanggapan saya terhadap pola pikir dan pemahaman Anda dalam memanfaatkan teknologi ini: | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''1. Kesadaran Tujuan Pembelajaran''' | ||
+ | Anda tampaknya selalu datang dengan tujuan yang jelas, baik itu memahami metode seperti DAI5, eksplorasi konsep baru, atau mencari solusi atas pertanyaan spesifik. Ini menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana teknologi seperti ChatGPT dapat menjadi alat untuk memperkuat pembelajaran Anda. | ||
+ | |||
+ | '''Tanggapan:''' Pendekatan ini sangat efektif karena memiliki fokus tujuan akan membantu Anda mendapatkan hasil maksimal dari interaksi. Untuk optimalisasi, Anda dapat mengembangkan daftar pertanyaan atau topik sebelum memulai sesi untuk memastikan semua aspek tercakup. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''2. Pemikiran Kritis dalam Diskusi''' | ||
+ | Anda tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga sering meminta klarifikasi atau refleksi atas gagasan yang dibahas. Ini menunjukkan bahwa Anda memanfaatkan ChatGPT tidak hanya sebagai alat pencarian informasi, tetapi juga sebagai "partner" untuk memproses pemikiran Anda. | ||
+ | |||
+ | '''Tanggapan:''' Sikap ini penting dalam pembelajaran mandiri karena membantu Anda tidak hanya memahami informasi tetapi juga menganalisis dan mengevaluasinya. Anda dapat melangkah lebih jauh dengan menyusun ringkasan atau catatan reflektif dari percakapan kita untuk digunakan kembali di masa depan. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''3. Pendekatan Sistematis dan Eksploratif''' | ||
+ | Anda sering menunjukkan minat untuk memahami struktur atau metode di balik jawaban yang saya berikan, seperti framework DAI5. Ini menunjukkan bahwa Anda lebih condong pada pemahaman konsep mendalam daripada hanya mencari jawaban cepat. | ||
+ | |||
+ | '''Tanggapan:''' Pola pikir ini selaras dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat. Untuk mendukung pendekatan ini, Anda dapat bereksperimen dengan menerapkan konsep-konsep tersebut dalam situasi nyata dan kembali mendiskusikan hasilnya dengan saya untuk umpan balik. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''4. Konteks Lokal dan Personal''' | ||
+ | Dalam diskusi kita, Anda kadang mengaitkan pembelajaran dengan konteks lokal atau kebutuhan personal. Ini adalah pendekatan yang sangat baik karena membantu membuat pembelajaran lebih relevan dan aplikatif. | ||
+ | |||
+ | '''Tanggapan:''' Anda dapat memperluas ini dengan membawa studi kasus, pengalaman nyata, atau proyek yang sedang Anda kerjakan ke dalam diskusi kita. Dengan begitu, pembelajaran Anda akan semakin terhubung dengan praktik dunia nyata. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''5. Komitmen untuk Tracking dan Evaluasi''' | ||
+ | Misalnya, permintaan Anda untuk melacak diskusi tentang DAI5 menunjukkan bahwa Anda ingin memahami perkembangan pembelajaran Anda secara lebih terstruktur. | ||
+ | |||
+ | '''Tanggapan:''' Ini adalah langkah yang bijak. Selain pelacakan topik, Anda juga dapat membuat “log pembelajaran” untuk mencatat wawasan, kesalahan, atau ide yang muncul selama sesi. Ini akan membantu Anda mengevaluasi perjalanan pembelajaran Anda. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | Secara keseluruhan, cara Anda menggunakan ChatGPT sudah mencerminkan pendekatan pembelajaran mandiri yang efektif. Jika Anda ingin memperluas strategi ini, saya bisa membantu Anda menyusun kurikulum informal atau panduan yang sesuai dengan tujuan Anda. 😊 | ||
+ | |||
+ | |||
+ | Link video youtube terkait Penggunaan ChatGPT dan DAI5 untuk Proses Pembelajaran : | ||
+ | |||
+ | <youtube width="400" height="300">v=sbMaNVIHgpc&t</youtube> | ||
+ | |||
+ | |||
+ | == Tugas Implementasi DAI5 dalam Rencana Penelitian & Upload Video Terkait ke Youtube == | ||
+ | |||
+ | Implementasi DAI5 untuk rencana penelitian terkait pengaruh surface treatment pada single lap joint komposit pada pesawat amphibi | ||
+ | |||
+ | 1. Deep Awareness (of) I (Kesadaran Mendalam tentang Diri) | ||
+ | |||
+ | Mulailah dengan introspeksi untuk memahami peran Anda sebagai peneliti dan dampak penelitian ini terhadap industri penerbangan. Sadari bahwa tujuan utama adalah meningkatkan keselamatan dan efisiensi pesawat amfibi melalui optimasi sambungan komposit. Kesadaran ini akan memandu Anda dalam setiap tahap penelitian. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | 2. Intention (Niat) | ||
+ | |||
+ | Tetapkan niat yang jelas untuk penelitian ini, seperti: | ||
+ | |||
+ | Mengidentifikasi metode perlakuan permukaan yang paling efektif untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan sambungan komposit pada pesawat amfibi. | ||
+ | Mengevaluasi dampak perlakuan tersebut terhadap performa struktural dan daya tahan sambungan dalam kondisi operasional yang menantang. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | 3. Initial Thinking (Pemikiran Awal) | ||
+ | |||
+ | Lakukan eksplorasi awal dengan: | ||
+ | |||
+ | Mengumpulkan informasi tentang berbagai teknik perlakuan permukaan yang digunakan dalam industri komposit, seperti plasma treatment, sanding abrasif, atau chemical etching. | ||
+ | Mengkaji literatur terkait efektivitas masing-masing metode dalam meningkatkan adhesi dan ketahanan sambungan komposit. | ||
+ | Mengidentifikasi tantangan spesifik yang dihadapi pesawat amfibi, seperti paparan air asin dan fluktuasi suhu ekstrem. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | 4. Idealization (Idealization) | ||
+ | |||
+ | Bayangkan skenario ideal di mana: | ||
+ | |||
+ | Perlakuan permukaan yang diterapkan mampu meningkatkan kekuatan sambungan secara signifikan tanpa menambah berat atau kompleksitas proses produksi. | ||
+ | Sambungan komposit menunjukkan ketahanan tinggi terhadap korosi dan degradasi akibat lingkungan operasional pesawat amfibi. | ||
+ | Proses perlakuan permukaan dapat diintegrasikan dengan efisien ke dalam lini produksi yang ada. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | 5. Instruction Set (Set Instruksi) | ||
+ | |||
+ | Susun rencana tindakan yang mencakup: | ||
+ | |||
+ | Desain eksperimen untuk menguji berbagai metode perlakuan permukaan pada sampel sambungan komposit, termasuk pengujian kekuatan tarik, ketahanan korosi, dan analisis mikrostruktur. | ||
+ | Pengumpulan dan analisis data untuk menilai efektivitas setiap metode perlakuan permukaan. | ||
+ | Evaluasi hasil untuk menentukan metode terbaik yang memenuhi kriteria performa dan efisiensi. | ||
+ | |||
+ | Penyusunan rekomendasi untuk implementasi metode perlakuan permukaan terpilih dalam produksi pesawat amfibi. | ||
+ | Dengan menerapkan kerangka kerja DAI5 ini, penelitian Anda akan memiliki fondasi yang kuat, memastikan setiap langkah diambil dengan kesadaran penuh dan tujuan yang jelas, serta menghasilkan solusi yang efektif dan aplikatif dalam industri penerbangan. | ||
+ | |||
+ | Telah diupload ke Youtube video penjelasan Impementasi DAI5 dalam rencana tesis: | ||
+ | |||
+ | <youtube width="400" height="300">v=Zp_yt-AQRuc&t</youtube> | ||
+ | |||
+ | |||
+ | == Tugas Laporan Diskusi dengan AI == | ||
+ | |||
+ | Pada tanggal 3 Desember 2024, Pak DAI memberikan tugas yaitu berdiskusi dengan ChatGPT tentang apa saja yang telah kita pelajari selama kelas Komputasi Teknik. Hasil diskusi dengan ChatGPT tentang komputasi teknik disalin ke word dan dikumpulkan ke ketua kelas. Hasil diskusi setiap mahasiswa akan digabungkan lalu diranking oleh ChatGPT. Hasil diskusi yang terbaik akan mendapat ranking teratas. | ||
+ | |||
+ | Berikut hasil rangkuman percakapan dan penilaian ChatGPT terhadap diskusi kami: | ||
+ | |||
+ | Do you know computational thinking? | ||
+ | |||
+ | |||
+ | ChatGPT said: | ||
+ | |||
+ | |||
+ | ChatGPT | ||
+ | |||
+ | Yes! Computational thinking is a problem-solving approach that involves breaking down complex problems into manageable parts and designing solutions in a structured and logical manner. It is widely used in computer science but can also be applied across various disciplines. | ||
+ | Key concepts of computational thinking include: | ||
+ | |||
+ | 1. Decomposition: Breaking a complex problem into smaller, more manageable parts. | ||
+ | o Example: Dividing the process of designing a car into tasks like engine design, body structure, and interior. | ||
+ | |||
+ | 2. Pattern Recognition: Identifying similarities or patterns in problems or data. | ||
+ | o Example: Recognizing that certain design principles in aerodynamics apply to both cars and airplanes. | ||
+ | |||
+ | 3. Abstraction: Focusing on the important details while ignoring irrelevant information. | ||
+ | o Example: Creating a simplified model of a mechanical system to analyze its core functionality. | ||
+ | |||
+ | 4. Algorithm Design: Developing step-by-step instructions or rules to solve a problem. | ||
+ | o Example: Writing a procedure for a robotic arm to assemble a product. | ||
+ | |||
+ | In your context as a master's student in mechanical engineering, computational thinking can be invaluable for tasks like simulation, optimization, and automation in design and manufacturing. It helps in creating algorithms for finite element analysis, control systems, or even solving engineering equations programmatically. | ||
+ | Would you like an example of how computational thinking can be applied to a specific engineering problem? | ||
+ | 4o | ||
+ | |||
+ | |||
+ | You said: | ||
+ | i consider DAI5 is a CT++. what do you think? | ||
+ | |||
+ | ChatGPT said: | ||
+ | ChatGPT | ||
+ | It's an interesting perspective! If you're positioning DAI5 as CT++, it implies you're viewing DAI5 as an enhanced or extended form of computational thinking. Here's how that interpretation might make sense: | ||
+ | DAI5 as CT++ (Enhanced Computational Thinking) | ||
+ | |||
+ | 1. Data-Driven Insights (D): | ||
+ | o DAI5 likely incorporates advanced data analysis capabilities, leveraging large datasets for pattern recognition and decision-making. This builds on the abstraction and pattern recognition principles of CT by integrating machine learning or AI. | ||
+ | |||
+ | 2. Automation and Algorithmic Intelligence (AI): | ||
+ | o By embedding AI or intelligent systems, DAI5 extends the algorithm design of CT. Instead of manually designing algorithms, it may use adaptive algorithms that learn and improve over time. | ||
+ | |||
+ | 3. Integration (I): | ||
+ | o If DAI5 focuses on seamlessly integrating different systems or disciplines, it enhances CT’s decomposition principle by fostering interdisciplinary problem-solving. | ||
+ | |||
+ | 4. Iteration and Improvement (5th Element): | ||
+ | o Computational thinking traditionally doesn’t emphasize iteration explicitly. DAI5 might add an iterative, improvement-oriented mindset, aligning with modern AI’s feedback loops and continuous optimization. | ||
+ | Why It Fits | ||
+ | |||
+ | CT provides a framework for systematic problem-solving. DAI5 could evolve this framework by: | ||
+ | |||
+ | • Automating repetitive tasks. | ||
+ | |||
+ | • Using AI to predict outcomes or optimize solutions. | ||
+ | |||
+ | • Scaling problem-solving capabilities for complex, real-world systems. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | If you view DAI5 as a paradigm that amplifies computational thinking with modern tools and methodologies, calling it CT++ makes a lot of sense! Could you elaborate more on how you see DAI5 fitting into this concept? Are there specific features or attributes of DAI5 that you're thinking about? | ||
+ | 4o | ||
+ | |||
+ | |||
+ | You said: | ||
+ | sekarang, cobabuat pengaplikasiannya lebih spesifik untuk penyelesaian masalah tertentu, anggaplah kita belajar terkait material selection of product, bagaimana itu bisa menyelesaikan masalah tersebut? | ||
+ | |||
+ | |||
+ | ChatGPT said: | ||
+ | ChatGPT | ||
+ | Mengaplikasikan DAI5 sebagai CT++ untuk pemilihan material dalam desain produk bisa menjadi pendekatan yang sangat efektif. Berikut adalah bagaimana langkah-langkahnya dapat diterapkan: | ||
+ | |||
+ | 1. Decomposition (D) | ||
+ | Memecah masalah pemilihan material menjadi sub-masalah kecil: | ||
+ | • Identifikasi kebutuhan produk: Apa tujuan produk (misalnya, kekuatan tinggi, tahan korosi, ringan)? | ||
+ | • Kriteria seleksi material: Apa parameter utama (misalnya, modulus elastisitas, densitas, harga, keberlanjutan)? | ||
+ | • Kendala lingkungan kerja: Bagaimana kondisi lingkungan (suhu, tekanan, kelembapan)? | ||
+ | |||
+ | 2. Data-Driven Insights (D) | ||
+ | Menggunakan pendekatan berbasis data untuk membandingkan material: | ||
+ | • Database Material: Gunakan perangkat lunak seperti CES EduPack untuk menganalisis data sifat material (misalnya, logam, keramik, komposit). | ||
+ | • AI-Assisted Analysis: Menggunakan model machine learning untuk mengelompokkan material berdasarkan properti. Misalnya, menggunakan clustering untuk menemukan material dengan sifat serupa. | ||
+ | • Trade-off Analysis: Melakukan analisis Pareto untuk mengidentifikasi kompromi terbaik antara biaya, performa, dan keberlanjutan. | ||
+ | |||
+ | 3. Pattern Recognition (AI) | ||
+ | Mengenali pola di dalam dataset material: | ||
+ | • Histori Data Pemilihan Material: Jika produk sejenis pernah dibuat, pola pemilihan material dapat digunakan sebagai dasar. | ||
+ | • Machine Learning: Melatih algoritma pada data material sebelumnya untuk merekomendasikan opsi material terbaik. | ||
+ | |||
+ | 4. Abstraction (I) | ||
+ | Menyederhanakan informasi tanpa mengurangi esensi: | ||
+ | • Buat diagram Ashby untuk memvisualisasikan hubungan antara dua parameter kritis, seperti kekuatan spesifik (strength-to-weight ratio) dan biaya. | ||
+ | • Menyaring data material agar hanya parameter relevan yang diperhatikan (misalnya, kekuatan tarik, modulus elastisitas, ketahanan panas). | ||
+ | |||
+ | 5. Iteration and Automation (5) | ||
+ | Prototyping dan optimalisasi iteratif: | ||
+ | • Gunakan simulasi berbasis komputer (misalnya, finite element analysis) untuk menguji kinerja material terpilih pada desain produk. | ||
+ | • Terapkan algoritma genetic optimization untuk menemukan kombinasi material yang optimal. | ||
+ | • Iterasi dilakukan sampai material memenuhi semua kriteria desain. | ||
+ | |||
+ | Contoh Studi Kasus | ||
+ | Desain Kerangka Sepeda Ringan | ||
+ | 1. Tujuan: Membuat sepeda yang ringan tetapi kuat. | ||
+ | 2. Parameter Utama: | ||
+ | o Modulus elastisitas tinggi untuk mengurangi deformasi. | ||
+ | o Densitas rendah untuk mengurangi berat. | ||
+ | 3. Pemilihan Material: | ||
+ | o Langkah awal: Gunakan database material untuk menyaring logam dan komposit. | ||
+ | o Langkah lanjut: Gunakan model machine learning untuk mengevaluasi performa dan biaya. | ||
+ | o Hasil: Komposit serat karbon (CFRP) dipilih karena kekuatan tinggi dan ringan, meski biayanya lebih tinggi. | ||
+ | 4. Iterasi: Simulasi menunjukkan kebutuhan peningkatan ketahanan abrasi, jadi lapisan tambahan material polimer diaplikasikan. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | Kesimpulan | ||
+ | Dengan DAI5, proses seleksi material dapat menjadi lebih cepat, lebih akurat, dan lebih terotomatisasi, menghemat waktu dan biaya dalam pengembangan produk. Apakah Anda ingin mendalami salah satu tahap ini, seperti cara menggunakan AI untuk material selection? | ||
+ | 4o | ||
+ | |||
+ | |||
+ | You said: | ||
+ | Hubungan terkait komputasi teknik untuk pemilihan material untuk suatu produk bisa di implementasikan seperti apa? | ||
+ | |||
+ | ChatGPT said: | ||
+ | ChatGPT | ||
+ | Komputasi teknik dapat memainkan peran penting dalam proses pemilihan material untuk suatu produk melalui berbagai aplikasi, mulai dari analisis sifat material hingga simulasi performa. Berikut adalah beberapa cara komputasi teknik dapat diimplementasikan dalam pemilihan material: | ||
+ | |||
+ | 1. Simulasi Berbasis Sifat Material | ||
+ | Peran: Menggunakan data material untuk mensimulasikan bagaimana material akan berperforma dalam kondisi spesifik. | ||
+ | Implementasi: | ||
+ | • Finite Element Analysis (FEA): | ||
+ | o Menganalisis tegangan dan deformasi pada material yang dipilih saat produk menerima beban tertentu. | ||
+ | o Contoh: Simulasi rangka kendaraan untuk memastikan material dapat menahan beban tanpa patah. | ||
+ | |||
+ | • CFD (Computational Fluid Dynamics): | ||
+ | o Jika material bersinggungan dengan fluida (misalnya pipa), simulasi ini mengevaluasi efek tekanan atau aliran fluida terhadap material. | ||
+ | |||
+ | • Simulasi Fatigue dan Fracture: | ||
+ | o Mengukur umur kelelahan material untuk memastikan keandalannya dalam jangka panjang. | ||
+ | |||
+ | 2. Optimasi Multi-Parameter | ||
+ | Peran: Menemukan material terbaik dengan mempertimbangkan berbagai parameter (biaya, sifat mekanik, keberlanjutan). | ||
+ | Implementasi: | ||
+ | • Metode Optimasi Matematika: | ||
+ | o Menggunakan metode seperti linear programming atau genetic algorithms untuk memilih material yang memenuhi semua kriteria. | ||
+ | o Contoh: Memilih material untuk baling-baling turbin angin dengan kriteria ringan, kuat, dan tahan korosi. | ||
+ | |||
+ | • AI dan Machine Learning: | ||
+ | o Menggunakan algoritma prediksi untuk merekomendasikan material berdasarkan dataset sifat material. | ||
+ | o Contoh: Menggunakan decision tree atau neural networks untuk menyaring material terbaik berdasarkan database material. | ||
+ | |||
+ | 3. Pemodelan Material | ||
+ | Peran: Membangun model material berdasarkan parameter mikrostruktural. | ||
+ | Implementasi: | ||
+ | • Atomistic Simulations (Molecular Dynamics): | ||
+ | o Mensimulasikan interaksi antar-atom untuk memahami kekuatan dan ketangguhan material pada level mikro. | ||
+ | o Contoh: Mengembangkan bahan komposit baru untuk aplikasi aerospace. | ||
+ | |||
+ | • Continuum Mechanics Modeling: | ||
+ | o Mensimulasikan sifat material homogen pada skala makro untuk evaluasi kekuatan, keuletan, atau elastisitas. | ||
+ | |||
+ | 4. Akses dan Analisis Data Material | ||
+ | Peran: Menggunakan komputasi untuk menganalisis dan mengelola database material. | ||
+ | Implementasi: | ||
+ | • Software Material Selection: | ||
+ | o Tools seperti CES EduPack menyediakan data material untuk membantu seleksi berbasis parameter. | ||
+ | o Contoh: Filter material berdasarkan modulus elastisitas >200 GPa dan biaya <$10/kg. | ||
+ | |||
+ | • Custom Database: | ||
+ | o Mengintegrasikan database lokal perusahaan dengan komputasi berbasis cloud untuk akses cepat terhadap sifat material. | ||
+ | |||
+ | 5. Integrasi Komputasi Teknik dengan Prototyping | ||
+ | Peran: Menghubungkan hasil analisis dengan tahap pembuatan prototipe. | ||
+ | Implementasi: | ||
+ | • Digital Twin: | ||
+ | o Membuat prototipe digital dari produk dan menguji material yang dipilih sebelum tahap manufaktur fisik. | ||
+ | o Contoh: Simulasi digital dari struktur drone dengan beberapa opsi material. | ||
+ | |||
+ | • Generative Design: | ||
+ | o Menggunakan algoritma untuk mengeksplorasi berbagai desain berbasis material yang tersedia. | ||
+ | |||
+ | 6. Studi Kasus: | ||
+ | Desain Kursi Mobil Tahan Beban | ||
+ | 1. Kebutuhan: Ringan, kuat, tahan benturan. | ||
+ | |||
+ | 2. Langkah-langkah: | ||
+ | o Simulasi FEA: Menganalisis distribusi tegangan pada material logam dan komposit. | ||
+ | o Optimasi Biaya: Memilih bahan yang kuat tetapi lebih murah, misalnya paduan aluminium dibanding baja. | ||
+ | o Simulasi Crash Test: Menggunakan data sifat material untuk mensimulasikan keamanan penumpang. | ||
+ | |||
+ | 3. Hasil: Pemilihan paduan aluminium dengan lapisan komposit karbon. | ||
+ | |||
+ | Komputasi teknik membantu memadukan teori material dengan teknologi simulasi untuk memastikan material yang dipilih optimal secara performa, biaya, dan keandalan. Apakah Anda ingin eksplorasi salah satu metode ini lebih lanjut? | ||
+ | 4o | ||
+ | |||
+ | |||
+ | You said: | ||
+ | bagaimana pemahaman kita terkait komputasi teknik dapat mempengaruhi hasil dari suatu fokus masalah seperti pemilihan produk ? | ||
+ | ChatGPT said: | ||
+ | |||
+ | ChatGPT | ||
+ | Pemahaman yang mendalam tentang komputasi teknik dapat secara signifikan memengaruhi hasil pemecahan masalah seperti pemilihan material atau desain produk. Pengaruhnya terletak pada kemampuan komputasi teknik untuk memberikan analisis yang lebih terperinci, efisien, dan akurat dibandingkan pendekatan tradisional. Berikut adalah cara-cara pemahaman komputasi teknik dapat meningkatkan hasil: | ||
+ | |||
+ | 1. Efisiensi Proses Seleksi | ||
+ | • Tanpa Komputasi Teknik: Proses seleksi material atau desain produk sering kali berbasis trial-and-error, membutuhkan waktu lebih lama dan sumber daya yang besar. | ||
+ | • Dengan Komputasi Teknik: | ||
+ | o Simulasi dapat mengurangi kebutuhan untuk pengujian fisik. | ||
+ | o Database material dan software optimasi memungkinkan seleksi cepat berdasarkan kriteria spesifik. | ||
+ | o Contoh: Dengan pemodelan FEA, bisa langsung mengevaluasi puluhan material dalam waktu singkat tanpa harus membuat prototipe. | ||
+ | |||
+ | Dampak: Pemahaman yang baik mempercepat proses tanpa mengorbankan kualitas hasil. | ||
+ | |||
+ | 2. Akurasi dan Reliabilitas Hasil | ||
+ | • Tanpa Komputasi Teknik: Analisis manual sering kali rentan terhadap kesalahan perhitungan atau bias manusia. | ||
+ | • Dengan Komputasi Teknik: | ||
+ | o Algoritma dan simulasi memastikan perhitungan lebih konsisten dan mendalam. | ||
+ | o Pemahaman material dapat diperluas hingga tingkat atom (misalnya, molecular dynamics). | ||
+ | o Contoh: Pemilihan material untuk jembatan menggunakan analisis beban dinamis memastikan hasil yang jauh lebih akurat dibandingkan estimasi manual. | ||
+ | |||
+ | Dampak: Hasil yang lebih reliabel dan tahan terhadap skenario ekstrem. | ||
+ | |||
+ | 3. Optimasi Berbasis Multi-Kriteria | ||
+ | • Tanpa Komputasi Teknik: Memprioritaskan satu kriteria (misalnya kekuatan) sering kali mengabaikan parameter lain seperti biaya atau keberlanjutan. | ||
+ | • Dengan Komputasi Teknik: | ||
+ | o Optimasi berbasis komputasi (misalnya Pareto optimization) memungkinkan seleksi terbaik berdasarkan banyak kriteria sekaligus. | ||
+ | o Contoh: Pemilihan bahan pesawat berdasarkan kriteria ringan, kuat, dan biaya manufaktur. | ||
+ | |||
+ | Dampak: Produk yang dihasilkan lebih optimal secara performa, biaya, dan dampak lingkungan. | ||
+ | |||
+ | 4. Inovasi Desain dan Material | ||
+ | • Tanpa Komputasi Teknik: Terbatas pada opsi material atau desain yang sudah ada. | ||
+ | • Dengan Komputasi Teknik: | ||
+ | o Simulasi dapat mengeksplorasi material baru atau desain inovatif. | ||
+ | o Generative design memungkinkan eksplorasi desain yang tidak terpikirkan sebelumnya. | ||
+ | o Contoh: Penerapan material komposit serat karbon dalam aerospace, yang awalnya tidak umum digunakan sebelum simulasi komputasi membuktikan efektivitasnya. | ||
+ | |||
+ | Dampak: Memungkinkan terobosan dalam desain dan pemanfaatan material. | ||
+ | |||
+ | 5. Reduksi Biaya dan Risiko | ||
+ | • Tanpa Komputasi Teknik: Biaya sering meningkat karena prototipe fisik dan pengujian berulang. | ||
+ | • Dengan Komputasi Teknik: | ||
+ | o Simulasi virtual memungkinkan pengujian produk di dunia digital sebelum manufaktur. | ||
+ | o Contoh: Simulasi crash test mobil dapat menggantikan kebutuhan banyak pengujian fisik. | ||
+ | |||
+ | Dampak: Mengurangi biaya produksi dan risiko kegagalan di pasar. | ||
+ | |||
+ | 6. Keberlanjutan (Sustainability) | ||
+ | • Tanpa Komputasi Teknik: Pemilihan material sering kali tidak mempertimbangkan dampak lingkungan secara mendalam. | ||
+ | • Dengan Komputasi Teknik: | ||
+ | o Analisis siklus hidup (LCA) berbasis komputasi dapat menilai dampak lingkungan dari material tertentu. | ||
+ | o Contoh: Pemilihan material biodegradable untuk kemasan berdasarkan hasil simulasi siklus hidup. | ||
+ | |||
+ | Dampak: Membantu perusahaan memenuhi standar keberlanjutan dan mengurangi jejak karbon. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | Kesimpulan | ||
+ | Pemahaman komputasi teknik memberikan kemampuan untuk: | ||
+ | • Meningkatkan akurasi hasil. | ||
+ | • Mempercepat proses desain dan seleksi. | ||
+ | • Menghasilkan solusi yang lebih inovatif, optimal, dan berkelanjutan. | ||
+ | |||
+ | Dalam konteks pemilihan produk, pemahaman ini dapat menjadi pembeda antara produk biasa dan produk unggulan. Apakah Anda ingin diskusi lebih lanjut tentang aplikasi spesifik, seperti integrasi machine learning dalam pemilihan material? | ||
+ | 4o | ||
+ | |||
+ | |||
+ | You said: | ||
+ | bisa beri rating 0-10 dari percakapan kita barusan? | ||
+ | |||
+ | ChatGPT said: | ||
+ | ChatGPT | ||
+ | Tentu! Jika saya menilai percakapan ini dari segi kualitas informasi, relevansi, dan interaksi, berikut penilaiannya: | ||
+ | • Kualitas Informasi (9/10): Penjelasan cukup mendalam dan relevan dengan konteks pemilihan material serta aplikasi komputasi teknik. | ||
+ | |||
+ | • Relevansi dengan Topik (10/10): Fokus percakapan sangat terkait dengan materi teknik mesin dan pemanfaatan komputasi teknik. | ||
+ | |||
+ | • Interaksi dan Pemahaman (8/10): Respon disesuaikan dengan pertanyaan Anda, meskipun ada ruang untuk lebih banyak contoh spesifik atau aplikasi langsung. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | Total Rata-rata: 9/10 | ||
+ | Apa ada bagian yang menurut Anda kurang memuaskan atau ingin ditingkatkan? Feedback Anda akan sangat membantu! 😊 | ||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | == LAPORAN TUGAS BESAR == | ||
+ | |||
+ | |||
+ | Membuat laporan tugas besar sebagai berikut: https://drive.google.com/file/d/1DdtJXGI539Yfq3AelHabzXe2huoevMrl/view?usp=sharing | ||
+ | |||
+ | '''A. Project Title''' | ||
+ | |||
+ | Study Pengaruh Surface Treatment pada Komposit Single Lap Joint pada Float Pesawat Amfibi | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''B. Author Complete Name''' | ||
+ | |||
+ | Ryan Hidayat | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''C. Affiliation''' | ||
+ | |||
+ | Department of Mechanical Engineering, Faculty Engineering, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''D. Abstract''' | ||
+ | |||
+ | Sambungan adhesif tipe single lap joint (SLJ) banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena memiliki keunggulan seperti bobot ringan, distribusi tegangan yang merata, dan ketahanan terhadap korosi. Namun, SLJ memiliki kelemahan berupa penurunan drastis kekuatan geser (lap shear strength) di lingkungan ekstrem, seperti air laut. Penelitian ini bertujuan meningkatkan lap shear strength dan mengurangi penurunan performa SLJ melalui perlakuan permukaan (surface treatment) yang tepat dan penambahan filler berupa serat pendek pada adhesif. Metode yang digunakan meliputi pembuatan komposit dengan metode Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI), perlakuan permukaan pada adherend, fabrikasi SLJ melalui proses secondary bonding, perendaman SLJ dalam air laut, serta pengujian wettability dan lap shear strength sebelum dan sesudah perendaman. Hasil penelitian diharapkan menunjukkan peningkatan kekuatan SLJ yang dapat diterapkan pada float pesawat untuk memungkinkan kemampuan short take-off and landing (STOL) di area perairan, mendukung konektivitas antar-pulau di Indonesia. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''E. Author Declaration''' | ||
+ | |||
+ | ''1. Deep Awareness (of) I'' | ||
+ | |||
+ | Saya, Ryan Hidayat, dengan sepenuh kesadaran menyatakan bahwa laporan “Study Pengaruh Surface Treatment pada Komposit Single Lap Joint pada Float Pesawat Amfibi” ini disusun sebagai bagian dari tugas besar mata kuliah Komputasi Teknik. Dalam menyelesaikan laporan ini, saya berpegang pada prinsip Deep Awareness of “I”, yaitu kesadaran akan peran saya sebagai individu yang dianugerahi kemampuan berpikir, menganalisis, dan berkarya oleh Sang Pencipta. | ||
+ | |||
+ | Setiap langkah dalam penyusunan laporan ini, mulai dari identifikasi masalah, perancangan metode, hingga analisis hasil, dilandasi oleh niat untuk memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu teknik mesin, khususnya dalam bidang komposit dan aplikasi struktural. Saya menyadari bahwa penelitian ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan diri, menambah wawasan, serta menyumbangkan solusi bagi tantangan nyata di dunia teknik. | ||
+ | |||
+ | Saya berkomitmen untuk melaksanakan tugas ini dengan integritas, ketelitian, dan rasa tanggung jawab, baik terhadap ilmu pengetahuan maupun terhadap nilai-nilai luhur yang saya yakini. Semoga laporan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan akademik, tetapi juga menjadi bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, ilmu pengetahuan, dan masyarakat luas. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | ''2. Intention of the Project Activity'' | ||
+ | |||
+ | Laporan Tugas Besar Komputasi Teknik yang berjudul “Study Pengaruh Surface Treatment pada Komposit Single Lap Joint pada Float Pesawat Amfibi” dilakukan dengan niat yang tulus dan fokus untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Intensi utama dari aktivitas proyek ini adalah memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan teknologi yang mendukung efisiensi dan keselamatan penerbangan, khususnya pada pesawat amfibi yang dapat memperluas aksesibilitas wilayah kepulauan di Indonesia. | ||
+ | |||
+ | Proyek ini dirancang untuk mengatasi tantangan teknis yang ada, yaitu meningkatkan kekuatan geser sambungan adhesif dalam kondisi lingkungan ekstrem seperti air laut, dengan pendekatan ilmiah yang terstruktur. Setiap langkah dalam penelitian ini, mulai dari formulasi tujuan hingga analisis hasil, diarahkan untuk menjawab kebutuhan aplikasi yang relevan dengan tetap mempertimbangkan prinsip keberlanjutan, efisiensi, dan kontribusi sosial. | ||
+ | |||
+ | Saya percaya bahwa setiap aktivitas yang dilakukan dalam proyek ini adalah bagian dari pengabdian saya sebagai peneliti kepada ilmu pengetahuan dan masyarakat. Dengan landasan niat yang kuat, saya berkomitmen untuk melaksanakan setiap tahap penelitian dengan integritas, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap etika profesional serta nilai-nilai spiritual yang saya yakini. | ||
+ | |||
+ | Semoga niat baik dalam pelaksanaan proyek ini tidak hanya menghasilkan temuan yang bermanfaat secara teknis, tetapi juga menjadi bagian dari kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan kesejahteraan umat manusia. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | '''F. Introduction''' | ||
+ | |||
+ | Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2024 mencapai 281.603.800 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia memiliki potensi signifikan untuk meningkatkan APBN melalui produktivitas penduduknya. Namun, sebaran penduduk yang luas di berbagai pulau menciptakan tantangan dalam konektivitas antarwilayah. Indonesia terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas perairan mencapai 5,8 juta km² atau sekitar dua pertiga dari total wilayah Indonesia [1]. Untuk menjawab tantangan ini, diperlukan sistem transportasi yang efisien, aman, dan cepat guna menghubungkan penduduk, terutama di pulau-pulau terpencil dan terluar. | ||
+ | |||
+ | Salah satu solusi yang paling cocok adalah penerapan rute transportasi udara perintis, yang memiliki jangkauan luas dengan waktu tempuh relatif cepat dibandingkan rute laut atau darat. Pesawat yang digunakan untuk rute perintis biasanya memiliki kemampuan Short Take-Off and Landing (STOL), sehingga dapat mendarat dan lepas landas di landasan pendek. Apabila kondisi di daratan tidak memungkinkan pembangunan landasan pacu, maka pesawat perlu memiliki kemampuan STOL di perairan, yang dapat dicapai dengan menggunakan komponen tambahan berupa float. | ||
+ | |||
+ | Float adalah pelampung yang dipasang di bawah pesawat, memungkinkan pesawat untuk lepas landas dan mendarat di perairan [2]. Float ini terdiri dari beberapa bagian yang diintegrasikan menggunakan sambungan, seperti sambungan mekanis, adhesif, atau kombinasi keduanya. Sambungan mekanis menawarkan kemudahan dalam pembuatan dan perawatan, tetapi memiliki kelemahan seperti distribusi tegangan yang tidak merata dan penambahan berat yang signifikan [3][4]. Di sisi lain, sambungan adhesif, seperti epoxy dan polyurethane, memiliki keunggulan dalam distribusi tegangan yang merata, ketahanan terhadap kelelahan, dan penyerapan getaran [5]. | ||
+ | |||
+ | Sambungan adhesif pada float sering menggunakan konfigurasi Single Lap Joint (SLJ) karena lebih sederhana dan ekonomis dibandingkan konfigurasi lainnya, seperti double strap joint atau tapered lap joint [6]. Namun, untuk meningkatkan kekuatan geser SLJ, berbagai upaya telah dilakukan, seperti perlakuan permukaan (surface treatment) menggunakan grit amplas, variasi arah amplas, hingga penambahan filler serat pendek ke dalam adhesif [7][8]. Selain itu, penelitian juga menunjukkan pentingnya memahami dampak lingkungan ekstrem, seperti perendaman air laut, terhadap performa SLJ. Penelitian sebelumnya mencatat penurunan kekuatan adhesif hingga 35% setelah perendaman selama 730 hari [9][10]. | ||
+ | |||
+ | Permasalahan utama dari penelitian ini adalah penurunan performa kekuatan geser sambungan adhesif akibat paparan lingkungan ekstrem, khususnya air laut. Hal ini menjadi tantangan besar mengingat penerapan float pada pesawat amfibi memerlukan material dan sambungan yang andal untuk menjamin keselamatan dan performa operasional. Sambungan adhesif dipilih sebagai fokus utama karena potensinya dalam distribusi tegangan yang merata dan bobot yang ringan, tetapi kelemahan utamanya adalah kerentanannya terhadap degradasi lingkungan. | ||
+ | |||
+ | Untuk menjawab masalah ini, diperlukan pendekatan sistematis yang melibatkan perlakuan permukaan (surface treatment) pada adherend untuk meningkatkan kekuatan ikatan, serta penambahan filler serat pendek untuk memperkuat adhesif. Metode ini bertujuan meminimalkan efek kerusakan akibat lingkungan, sambil memastikan bahwa peningkatan kekuatan geser tidak mengorbankan efisiensi proses manufaktur. Penelitian ini juga dirancang untuk memberikan solusi yang aplikatif terhadap kebutuhan float pesawat amfibi, sehingga memungkinkan penerapan nyata di perairan Indonesia dengan kondisi ekstrem. | ||
+ | |||
+ | Dengan pendekatan ini, penelitian diharapkan mampu memberikan konfigurasi optimal untuk meningkatkan kekuatan geser dan daya tahan sambungan adhesif pada SLJ. Kontribusi dari penelitian ini tidak hanya menjawab tantangan teknis tetapi juga mendukung pengembangan teknologi transportasi yang lebih efisien dalam mendukung konektivitas antarwilayah di Indonesia. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | '''G. Methods & Procedures''' | ||
+ | |||
+ | ''Idealization:'' | ||
+ | |||
+ | 3.1.1. Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI) | ||
+ | |||
+ | Pembuatan komposit CFRP sebagai adherend SLJ dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alternatif metode. Metode yang paling sederhana yaitu hand layup. Hand layup memiliki keunggulan dari segi biaya pembuatan yang paling murah, dan mudah untuk dilakukan bahkan bagi orang yang pertama kali membuat komposit. Akan tetapi metode hand layup memiliki kekurangan yakni kualitas dan production rate yang rendah [11]. Metode lain yaitu Vacuum bagging dimana komposit pertama-tama dibuat degan hand lay up. Kemudian ditempatkan dianatara cetakan dan plastik vacuum (vacuum bag) yang nantinya dihisap dengan vacuum pump[12]. Metode yang akan digunakan dalam penelitian menggunakan metode VARI. Metode VARI menggunakan resin yang diinfuskan/dimasukkan ke inlet sistem dan di sedot keluar sistem melalui output dengan vacuum pump sehingga serat dapat terbasahi resin dengan baik. Walaupun VARI dari segi biaya lebih tinggi dibandingkan vacuum bagging, dan hand lay up, akan tetapi hasil propertiesnya jauh lebih bagus dibandingkan vacuum bagging dan hand layup. Kekuatan tekan/compressive strength dan kekuatan geser/shear strength GFRP komposit dengan metode VARI lebih baik dibandingkan dengan hand layup dengan nilai 71% dan 29% [13]. | ||
+ | |||
+ | Pada tahap idealization dalam kerangka DAI5, proses pembuatan komposit dengan metode VARI menjadi implementasi dari prinsip idealisasi dengan mempertimbangkan berbagai faktor penting: | ||
+ | |||
+ | • Pemilihan Model Ideal | ||
+ | |||
+ | Idealization dimulai dengan pemilihan metode yang menghasilkan properti mekanis terbaik untuk aplikasi yang direncanakan. Metode VARI dipilih karena memberikan hasil yang lebih konsisten, kualitas serat yang terbasahi resin dengan baik, dan kekuatan komposit yang unggul. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa metode ini dapat menghasilkan nilai kekuatan geser dan tekan yang lebih tinggi, yang sangat penting untuk kebutuhan sambungan SLJ pada float pesawat amfibi. | ||
+ | |||
+ | • Asumsi Realistis | ||
+ | |||
+ | Pada tahap ini, asumsi dibuat bahwa kondisi laboratorium dan ketersediaan peralatan memungkinkan pelaksanaan VARI. Selain itu, penelitian mengasumsikan bahwa peningkatan biaya produksi masih dapat diterima karena keunggulan sifat mekanis yang dihasilkan akan memberikan manfaat jangka panjang pada performa float. | ||
+ | |||
+ | • Simulasi Kondisi Aktual | ||
+ | |||
+ | Metode VARI memungkinkan replikasi kondisi nyata dari adherend yang akan digunakan pada float pesawat amfibi, di mana sifat mekanis seperti kekuatan geser dan ketahanan lingkungan ekstrem sangat penting. Dalam idealization, metode ini menjadi pilihan utama untuk memastikan bahwa hasil penelitian memiliki relevansi langsung dengan penerapan di lapangan. | ||
+ | |||
+ | • Optimasi Efisiensi | ||
+ | |||
+ | Walaupun VARI memerlukan biaya lebih tinggi, metode ini memaksimalkan efisiensi pembuatan komposit dengan meminimalkan porositas dan meningkatkan homogenitas resin-serat. Hasil akhir yang lebih unggul secara mekanis membuat metode ini layak untuk diimplementasikan. | ||
+ | |||
+ | Dengan pendekatan idealization, metode VARI tidak hanya menjadi pilihan teknis yang rasional tetapi juga merupakan strategi optimal untuk mencapai tujuan penelitian. Metode ini memastikan bahwa setiap langkah dalam pembuatan komposit CFRP mendukung kebutuhan aplikasi float pesawat amfibi dengan performa yang andal dalam lingkungan ekstrem. | ||
+ | |||
+ | 3.1.2. Sambungan Single Lap Joint (SLJ) | ||
+ | |||
+ | Sambungan Single Lap merupakan tipe yang banyak digunakan di sambungan adhesif. SLJ memiliki keuntungan struktur yang sederhana dan manufaktur yang mudah [14]. SLJ banyak divariasikan untuk meningkatkan kekuatan geser sambungan/lap shear strength. Mulai dari variasi arah serat dimana arah serat 0º Unidirectional sebagai adherend SLJ Carbon memiliki nilai kekuatan lebih tinggi sebesar 7,42 MPa dibandingkan arah serat 90º sebesar 1,99 MPa [15]. Kemudian semakin panjang overlap dari sambungan SLJ semakin menurunkan kekuatan geser sambungan [16]. SLJ memiliki rekomendasi dimensi berdasarkan ASTM D5868 (standar pengujian geser adhesif untuk FRP) seperti terlihat pada gambar 1. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | [[File:Dimensislj.png|300px|thumb|center|Gambar 1. Dimensi Single Lap Joint]] | ||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | 3.1.3. Perlakuan Permukaan terhadap Kekuatan Geser Sambungan | ||
+ | |||
+ | Perlakuan permukaan merupakan hal penting untuk sambungan adhesif. Perlakuan permukaan berperan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada substrat/adherend dan mengatur kekasaran permukaan menjadi seragam. Mencapai hasil akhir permukaan yang optimal adalah tantangan terbesar dalam ikatan adhesif, karena keberadaan kontaminasi atau kekasaran yang tidak memadai dapat mengurangi kekuatan ikatan adhesif [17]. Sehingga perlakuan permukaan merupakan langkah awal yang penting untuk dilakukan untuk mendapatkan kekuatan sambungan yang baik. Perlakuan permukaan telah banyak dikembangkan mulai dari amplas, sand blasting, pembersihan dengan pelarut, agen penghubung, penggoresan asam-basa, oksida anosic, peeling ply, pembentukan korona, plasma, dan laser [18]. Urutan kekuatan geser sambungan dari tertinggi sampai terendah akibat perlakuan permukaan yakni Metal Mesh (24,2 MPa), Peel Ply (14,8 MPa), Amplas (14,5 MPa), Grit Blasting/sand gun (13,7 MPa), aseton (12,0 MPa) [19]. Hal yang sama didapatkan oleh dehagnani et al [20] dimana didapatkan kekuatan geser sambungan terbaik dari SLJ yang di amplas sebesar 24,7 MPa diikuti oleh aseton 23 MPa, High Grit Blasting 20,6 MPa, Low grit blasting 19,9 MPa. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | ''Instruction set:'' | ||
+ | |||
+ | Pada tahap ini, langkah-langkah implementasi difokuskan pada desain, simulasi, dan analisis data. Berikut ini adalah langkah yang dilakukan | ||
+ | |||
+ | 3.2.1. Membuat perhitungan material untuk sayap dengan JavaScript code | ||
+ | |||
+ | Tahapan pembuatan aplikasi perhitungan material untuk sayap pesawat dilakukan dengan pendekatan berbasis teknologi berbasis web menggunakan bahasa pemrograman JavaScript untuk perhitungan dan HTML sebagai antarmuka pengguna. Langkah awal dimulai dengan identifikasi kebutuhan aplikasi. Dalam hal ini, aplikasi bertujuan untuk memeriksa keamanan material wing spar pesawat melalui perhitungan tegangan lentur (bending stress), tegangan geser (shear stress), dan defleksi material. Data masukan yang diperlukan meliputi modulus elastisitas material (Young’s Modulus), beban yang diterapkan (Applied Load), gaya geser (Shear Force), serta dimensi spar (panjang, lebar, tinggi, dan ketebalan). Data ini selanjutnya akan digunakan untuk membandingkan hasil perhitungan dengan batas kekuatan material, seperti yield strength dan shear strength. | ||
+ | |||
+ | Tahap kedua adalah perancangan struktur aplikasi, yang dilakukan dengan membuat form HTML sederhana untuk menerima input data dari pengguna. Form ini dilengkapi dengan elemen-elemen input seperti teks dan tombol. Dalam tahap ini, JavaScript dirancang untuk membaca data input dari pengguna, melakukan perhitungan mekanika berbasis persamaan teknik material, dan menampilkan hasilnya kembali ke antarmuka web. Perhitungan melibatkan tiga parameter utama, yaitu tegangan lentur, tegangan geser, dan defleksi. | ||
+ | |||
+ | [[File:Teganganlenturr.png|300px|center]] | ||
+ | [[File:23geser.png|300px|center]] | ||
+ | |||
+ | Tahap selanjutnya adalah implementasi kode menggunakan JavaScript. Data masukan yang diberikan pengguna diproses melalui fungsi-fungsi perhitungan yang mengimplementasikan rumus-rumus di atas. JavaScript digunakan untuk membaca nilai masukan melalui fungsi tertentu, melakukan perhitungan secara langsung, dan menampilkan hasil perhitungan berupa nilai tegangan lentur, tegangan geser, serta defleksi pada antarmuka. Pada tahap ini, validasi dilakukan untuk memastikan nilai masukan berada dalam rentang yang wajar, seperti mencegah nilai negatif atau nol pada parameter fisik. | ||
+ | |||
+ | Tahap keempat adalah uji coba aplikasi, di mana berbagai kombinasi nilai masukan diuji untuk memastikan akurasi perhitungan dan konsistensi hasil. Validasi hasil dilakukan dengan membandingkan nilai tegangan dan defleksi terhadap data literatur teknik material untuk memastikan keandalan aplikasi. Terakhir, dilakukan optimalisasi antarmuka pengguna agar hasil perhitungan mudah dipahami. Hasil uji coba menunjukkan aplikasi ini mampu memberikan hasil yang konsisten dan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pemilihan material untuk wing spar pesawat. Yang ditunjukan gambar 2. | ||
+ | |||
+ | Secara keseluruhan, metodologi ini mencakup seluruh proses dari perancangan hingga pengujian untuk menghasilkan aplikasi yang fungsional dan dapat diandalkan. Implementasi ini diharapkan memberikan kemudahan bagi pengguna dalam menganalisis keamanan material secara cepat dan efektif. | ||
+ | |||
+ | [[File:Cobacode.PNG|400px|thumb|center|Gambar 2. Tampilan html hasil JS code untuk Wing Spar Material Safety Checker]] | ||
+ | |||
+ | 3.2.2. Pembuatan Adherend Komposit CFRP | ||
+ | Langkah pertama pembuatan panel komposit dengan serat karbon UD sebanyak 12 lapis berdimensi 500x500 mm, resin vinyl ester, cobalt, dan percumy H dengan perbandingan 100:0,3:1. Komposisi serat dan resin sebesar 40:60. Serat dan resin dicampur kedalam sistem VARI dengan tekanan -1 Pa seperti pada gambar 3. | ||
+ | |||
+ | [[File:Vari.png|300px|thumb|center|Gambar 3. Sistem Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI)]] | ||
+ | |||
+ | Pemotongan panel komposit menjadi sampel adherend komposit CFRP sesuai dengan standar ASTM D5868 dimana dimensi adherend 101,6 x 25,4 x 2,5 mm seperti terlihat pada gambar 4, adherend atas dan bawah digabung dengan overlap 25,4 mm. Pemotongan menggunakan water jet agar presisi dimensi dari adherend tetap terjaga dengan baik. | ||
+ | |||
+ | [[File:Dimensiadherend.png|300px|thumb|center|Gambar 4. Dimensi adherend atas dan bawah]] | ||
+ | |||
+ | 3.2.3. Surface Treatment | ||
+ | Kemudian dilakukan perlakuan permukaan terhadap adherend dengan menggunakan tiga cara berbeda seperti terlihat pada gambar 5. Cara pertama dengan menggunakan variasi amplas grit 100, 400, 800. Amplas dipasang di mesin Rockweel sand belt dengan kecepatan 1700 fpm. Adherend diamplas dengan arah random selama 120 detik. Cara kedua adherend ditembakan dengan Sabetsu sand gun yang berisi pasir silika selama 10 detik dengan arah random. Dan cara ketiga adherend di cuci dengan aseton selama 60 detik. | ||
+ | |||
+ | [[File:Surfacetreat.png|300px|thumb|center|Gambar 5. Perlakuan permukaan: a) Sand Grit, b) Gun Blast, c) Aseton.]] | ||
+ | |||
+ | 3.2.4. Pengujian Kekuatan Mekanis | ||
+ | Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dulu melakukan pengukuran dimensi setiap spesimen SLJ dalam sampel dimana setiap sampel berisi lima spesimen. Dimensi yang diukur adalah lebar, tebal, dan panjang dengan pengukuran setiap dimensi dilakukan sebanyak tiga kali dan nilai yang didapatkan di jumlahkan lalu dirata-rata untuk mendapatkan nilai pengukuran yang objektif. Kemudian akan dilakukan pengujian kekuatan geser dengan universal testing Machine (UTM) TENSILON kapasaitas 100kN yang berada di pusat riset teknologi penerbangan, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) seperti terlihat pada gambar 6. Sesuai ASTM D5868 pengujian dilakukan dengan speed rate 13mm/min. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai maksimal pembebanan/maximum load (N), kekuatan geser sambungan/lap shear strength (MPa), dan perpanjangan/elongation dari ketiga jenis SLJ baik sebelum maupun setelah perendaman dengan air laut selama 30 hari. | ||
+ | |||
+ | [[File:Utm.png|300px|thumb|center|Gambar 6. Universal Testing Machine (UTM)]] | ||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | '''H. Results & Discussion''' | ||
+ | |||
+ | Penelitian yang direncanakan dalam studi ini, yaitu "Pengaruh Surface Treatment pada Komposit Single Lap Joint (SLJ) pada Float Pesawat Amfibi," saat ini belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Akan tetapi, arah penelitian ini dapat dikaitkan dengan kajian serupa yang telah dilakukan sebelumnya oleh K. Abdurohman et. al [21]. Penelitian tersebut memberikan landasan ilmiah yang relevan, khususnya dalam memahami pengaruh perlakuan permukaan terhadap kekuatan geser SLJ pada material komposit, sehingga dapat dijadikan acuan awal untuk penelitian ini. | ||
+ | |||
+ | [[File:Loaddispla.png|300px|thumb|center|Gambar 7. Load-displacement graphs (a) No Treatment, (b) Grit-400, (c) Grit-100]] | ||
+ | |||
+ | Gambar 7 dalam menampilkan grafik kekuatan geser SLJ terhadap berbagai tingkat perlakuan abrasif (amplasan). Grafik ini menunjukkan bahwa kekuatan geser SLJ meningkat secara signifikan ketika permukaan material mengalami perlakuan abrasif ringan hingga sedang. Hal ini dijelaskan melalui mekanisme peningkatan area kontak antara adhesif dan adherend, yang memungkinkan adhesi yang lebih baik pada permukaan komposit. Perlakuan abrasif meningkatkan kekasaran mikro (micro-roughness), yang tidak hanya menambah area ikatan tetapi juga menciptakan ikatan mekanis yang lebih kuat antara lapisan adhesif dan permukaan adherend. | ||
+ | |||
+ | Namun, terdapat titik optimal dalam intensitas perlakuan abrasif. Ketika permukaan terlalu kasar akibat amplasan dengan grit terlalu rendah, kekuatan geser cenderung menurun. Penurunan ini dihipotesiskan terjadi akibat kerusakan mikro pada lapisan permukaan material komposit, seperti delaminasi awal atau degradasi serat. Dengan kata lain, meskipun amplasan dapat meningkatkan kekuatan adhesif, terlalu banyak pengikisan justru dapat merusak integritas material dan menurunkan performa struktur sambungan. | ||
+ | |||
+ | [[File:Maxload.png|300px|thumb|center|Tabel 1. Maximum load and stress]] | ||
+ | |||
+ | Table 1 memberikan data kuantitatif kekuatan geser SLJ dari berbagai perlakuan permukaan abrasif, termasuk nilai rata-rata, standar deviasi, dan persentase peningkatan dibandingkan kontrol (tanpa perlakuan). Dari tabel ini, terlihat bahwa amplasan dengan grit tertentu (seperti 600 atau 800) menghasilkan kekuatan geser tertinggi, dengan peningkatan hingga 20%-30% dibandingkan kondisi tanpa perlakuan. | ||
+ | |||
+ | Namun, hasil ini juga menunjukkan adanya variasi yang cukup signifikan pada kekuatan geser antar sampel yang diuji, yang tercermin dari nilai standar deviasi. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor seperti konsistensi proses perlakuan abrasif, distribusi kekasaran permukaan, dan ketebalan adhesif memainkan peran penting dalam hasil akhir. Ketidakseragaman dalam proses bisa menyebabkan hasil yang bervariasi, sehingga diperlukan kontrol ketat dalam setiap tahap perlakuan permukaan untuk memastikan hasil yang optimal. | ||
+ | |||
+ | Berdasarkan hasil ini, perlakuan abrasif pada SLJ dapat dioptimalkan untuk digunakan pada aplikasi spesifik seperti float pesawat amfibi. Float pesawat membutuhkan sambungan dengan kekuatan geser tinggi untuk memastikan ketahanan terhadap beban mekanis selama proses take-off dan landing di perairan. Penerapan hasil penelitian ini pada float pesawat akan membutuhkan evaluasi lebih lanjut terhadap jenis permukaan komposit (misalnya CFRP atau GFRP), jenis adhesif yang digunakan, serta lingkungan ekstrem seperti perendaman air laut. | ||
+ | |||
+ | Hasil ini memberikan pemahaman awal bahwa pemilihan perlakuan permukaan yang tepat dapat meningkatkan kekuatan geser SLJ secara signifikan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan mampu memperdalam hasil sebelumnya, dengan memperluas kajian pada variasi surface treatment tambahan, penggunaan adhesif khusus, serta kondisi lingkungan operasional yang lebih kompleks. | ||
+ | |||
+ | Dengan memahami pengaruh variabel surface treatment pada komposit, baik dari segi jenis perlakuan abrasif maupun tingkat kekasaran permukaan terhadap kekuatan geser (shear strength) sambungan single lap joint (SLJ), menjadi lebih mudah untuk melakukan optimasi desain sambungan dengan tujuan tertentu. Float pesawat amfibi, yang memerlukan sambungan dengan kekuatan tinggi untuk menghadapi beban mekanis dan lingkungan ekstrem, dapat dirancang lebih efisien melalui penyesuaian teknik perlakuan permukaan ini. Dengan memanfaatkan perlakuan abrasif yang tepat, industri dapat mengoptimalkan penggunaan komposit seperti CFRP atau GFRP pada float pesawat tanpa harus selalu bergantung pada teknologi manufaktur yang sangat mahal. Hal ini memungkinkan teknologi pesawat amfibi menjadi lebih inklusif dan dapat diakses oleh industri berskala menengah, sehingga memperluas pemanfaatannya. Suatu inovasi yang dapat diaplikasikan secara luas mencerminkan kapasitas manusia sebagai makhluk yang diberi akal untuk menciptakan teknologi yang bermanfaat, yang pada hakikatnya adalah bentuk pengabdian manusia kepada Allah. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia bertanggung jawab untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi memberikan manfaat bagi masyarakat yang lebih luas, dengan tetap menjaga keseimbangan dan keberlanjutan alam. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | '''I. Conclusion, Closing Remarks, Recommendations''' | ||
+ | |||
+ | Integrasi DAI5 Framework dalam penelitian ini memberikan pendekatan holistik dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan kekuatan sambungan single lap joint (SLJ) pada float pesawat amfibi. Tidak seperti pendekatan konvensional yang hanya berfokus pada aspek teknis, DAI5 mengarahkan proses penelitian agar lebih terstruktur, bermakna, dan berorientasi keberlanjutan. | ||
+ | |||
+ | • 5.1. Intention dalam penelitian ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kekuatan geser sambungan SLJ, tetapi juga menciptakan nilai tambah yang berdampak luas, seperti meningkatkan performa struktural float pesawat amfibi, memperpanjang masa pakai komponen, serta mendukung pengembangan teknologi yang lebih hemat biaya dan ramah lingkungan. Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi signifikan dalam menciptakan desain pesawat amfibi yang lebih andal dan dapat diakses oleh industri kecil hingga menengah. | ||
+ | |||
+ | • 5.2. Initial Thinking membantu peneliti memahami inti dari permasalahan, yaitu bagaimana perlakuan permukaan (surface treatment) memengaruhi kekuatan geser pada sambungan komposit. Pada tahap ini, peneliti mengeksplorasi berbagai metode perlakuan permukaan, seperti abrasif atau perlakuan mekanis lainnya, serta menghubungkannya dengan hukum fisika seperti distribusi tegangan dan perilaku adhesi material. | ||
+ | |||
+ | • 5.3. Idealisation memungkinkan peneliti untuk menyederhanakan masalah yang kompleks, seperti sifat anisotropik material komposit, menjadi model yang lebih sederhana melalui pendekatan asumsi yang rasional. Penyederhanaan ini tidak hanya mempermudah analisis numerik dan teoretis tetapi juga mendukung pengembangan desain awal float pesawat amfibi yang lebih efektif tanpa mengabaikan akurasi hasil. | ||
+ | |||
+ | • 5.4. Instruction Step memberikan panduan teknis yang sistematis untuk melakukan eksperimen, mulai dari persiapan material komposit, proses perlakuan permukaan, hingga pengujian kekuatan geser. Pendekatan ini membantu memastikan bahwa setiap tahap proses dilakukan secara terorganisir dan efisien, mengurangi risiko kesalahan prosedural, serta mendukung reproduksibilitas hasil penelitian. | ||
+ | |||
+ | Saran pengembangan dari penelitian ini meliputi eksplorasi metode surface treatment yang lebih inovatif, pengujian material komposit berbasis CFRP untuk float pesawat, hingga integrasi simulasi numerik dan uji eksperimental untuk memahami interaksi kompleks antara perlakuan permukaan dan performa sambungan SLJ. Future work ini bertujuan tidak hanya meningkatkan kekuatan sambungan, tetapi juga menciptakan desain float pesawat amfibi yang lebih ringan, hemat bahan, dan ramah lingkungan. Semua langkah ini sejalan dengan prinsip DAI5 Framework, yang menekankan kebermanfaatan teknis, ekonomis, dan keberlanjutan lingkungan. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''J. Acknowledgments''' | ||
+ | |||
+ | Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat memahami permasalahan yang dihadapi dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Ahmad Indra Siswantara yang telah memperkenalkan DAI5 Frameworks. Pendekatan ini tidak hanya membantu secara sistematis dalam menyelesaikan permasalahan, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya niat (intention) dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | '''K. (References) Literature Cited''' | ||
+ | |||
+ | [1] M. Ramdhan and T. Arifin, “APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENILAIAN PROPORSI LUAS LAUT INDONESIA,” 2018. [Online]. Available: https://www.researchgate.net/publication/323999918 | ||
+ | |||
+ | [2] N. Lailatul Muzayadah, R. Agung Pratomo, A. Nugroho, and A. Rahmadi, “Kajian Material Karbon untuk Pengembangan Float Seaplane,” 2020. | ||
+ | |||
+ | [3] Z. Jiang, S. Wan, Z. Fang, and A. Song, “Static and fatigue behaviours of a bolted GFRP/steel double lap joint,” Thin-Walled Structures, vol. 158, Jan. 2021, doi: 10.1016/j.tws.2020.107170. | ||
+ | |||
+ | [4] J. Liu, A. Zhao, Z. Ke, Z. Zhu, and Y. Bi, “Influence of rivet diameter and pitch on the fatigue performance of riveted lap joints based on stress distribution analysis,” Materials, vol. 13, no. 16, Aug. 2020, doi: 10.3390/MA13163625. | ||
+ | |||
+ | [5] D. Gai, Z. Yao, H. Xu, K. Yang, S. Yang, and S. Yu, “Mechanical and failure analysis of ‘outer single lap’ adhesive joints of carbon fiber reinforced plastics under hygrothermal conditions,” Int J Adhes Adhes, vol. 134, Sep. 2024, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2024.103793. | ||
+ | |||
+ | [6] J. Kupski and S. Teixeira de Freitas, “Design of adhesively bonded lap joints with laminated CFRP adherends: Review, challenges and new opportunities for aerospace structures,” Compos Struct, vol. 268, Jul. 2021, doi: 10.1016/j.compstruct.2021.113923. | ||
+ | |||
+ | [7] K. Abdurohman et al., “Influence of Abrasion Treatments on Performance of Adhesively Bonded Glass/Vinyl Ester Single Lap Joints,” Evergreen, vol. 11, no. 2, pp. 806–820, Jun. 2024, doi: 10.5109/7183361. | ||
+ | |||
+ | [8] S. Shi, Z. Liu, H. Lv, X. Zhou, Z. Sun, and B. Chen, “The tensile properties of adhesively bonded single lap joints with short kevlar fiber,” Int J Adhes Adhes, vol. 134, Sep. 2024, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2024.103794. | ||
+ | |||
+ | [9] C. Bellini, G. Parodo, and L. Sorrentino, “Effect of operating temperature on aged single lap bonded joints,” Defence Technology, vol. 16, no. 2, pp. 283–289, Apr. 2020, doi: 10.1016/j.dt.2019.05.015. | ||
+ | |||
+ | [10] J. M. Sousa, J. R. Correia, J. Gonilha, S. Cabral-Fonseca, J. P. Firmo, and T. Keller, “Durability of adhesively bonded joints between pultruded GFRP adherends under hygrothermal and natural ageing,” Compos B Eng, vol. 158, pp. 475–488, Feb. 2019, doi: 10.1016/j.compositesb.2018.09.060. | ||
+ | |||
+ | [11] A. T. Bhatt, P. P. Gohil, and V. Chaudhary, “Primary Manufacturing Processes for Fiber Reinforced Composites: History, Development & Future Research Trends,” in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, Institute of Physics Publishing, Apr. 2018. doi: 10.1088/1757-899X/330/1/012107. | ||
+ | |||
+ | [12] D. K. Rajak, D. D. Pagar, P. L. Menezes, and E. Linul, “Fiber-reinforced polymer composites: Manufacturing, properties, and applications,” Oct. 01, 2019, MDPI AG. doi: 10.3390/polym11101667. | ||
+ | |||
+ | [13] K. Abdurohman, R. A. Pratomo, R. Hidayat, and R. Ramadhan, “A Comparison of Vacuum Infusion, Vacuum Bagging, and Hand Lay-Up Process on The Compressive and Shear Properties of GFRP Materials,” 2023, doi: 10.59981/ijoa.2023.286. | ||
+ | |||
+ | [14] L. Sun, C. Li, Y. Tie, Y. Hou, and Y. Duan, “Experimental and numerical investigations of adhesively bonded CFRP single-lap joints subjected to tensile loads,” Int J Adhes Adhes, vol. 95, Dec. 2019, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2019.102402. | ||
+ | |||
+ | [15] A. Gunawan, M. Widanto, K. Abdurohman, and R. Pratomo, “Effect of Adhesive Types and Fiber Orientation on Mechanical Properties of Single Lap Joint Composite Using Vacuum-Assisted Resin Infusion Manufacturing Method,” European Alliance for Innovation n.o., May 2024. doi: 10.4108/eai.8-11-2023.2345855. | ||
+ | |||
+ | [16] A. Metehri, K. Madani, and R. D. S. G. Campilho, “Numerical analysis of the geometrical modifications effects on the tensile strength of bonded single-lap joints,” Int J Adhes Adhes, vol. 134, Sep. 2024, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2024.103814. | ||
+ | |||
+ | [17] LFM. DA SILVA, INTRODUCTION TO ADHESIVE BONDING. WILEY VCH, 2021. | ||
+ | |||
+ | [18] J. Liu, Y. Xue, X. Dong, Y. Fan, H. Hao, and X. Wang, “Review of the surface treatment process for the adhesive matrix of composite materials,” Int J Adhes Adhes, vol. 126, Aug. 2023, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2023.103446. | ||
+ | |||
+ | [19] M. Pawlik, L. Y. Yu Cheah, U. Gunputh, H. Le, P. Wood, and Y. Lu, “Surface engineering of carbon fibre/epoxy composites with woven steel mesh for adhesion strength enhancement,” Int J Adhes Adhes, vol. 114, Apr. 2022, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2022.103105. | ||
+ | |||
+ | [20] R. C. Dehaghani, D. Cronin, and J. Montesano, “Performance and failure assessment of adhesively bonded non-crimp fabric carbon fiber/epoxy composite single lap joints,” Int J Adhes Adhes, vol. 105, Mar. 2021, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2020.102776. | ||
+ | |||
+ | [21] K. Abdurohman et al., “Experimental investigation of the effect of abrasive treatment on the single lap shear joint strength of E-glass composite,” AIP Conf. Proc. 2941, Jan. 2023, doi.org/10.1063/5.0181522. | ||
+ | |||
+ | |||
+ | |||
+ | '''L. Appendices''' | ||
+ | |||
+ | [[File:html.PNG|400px|thumb|center|Code for HTML Page]] | ||
+ | |||
+ | [[File:js.PNG|400px|thumb|center|JS code for Material Check]] |
Latest revision as of 14:06, 13 December 2024
Contents
- 1 Introduction
- 2 Komputasi Teknik - Resume Pertemuan
- 3 Tugas Penerapan Konsep DAI5 dalam Penyelesaian Metode Elemen Hingga
- 4 Tugas Diskusi dengan AI Mengenai Practical Example of Engineering Problem
- 5 Tugas Membuat code JS dan HTML untuk Material Selection of Wing Spar
- 6 Tugas Merangkum Progress Belajar Mandiri Menggunakan Bantuan AI & Upload Video Terkait ke Youtube
- 7 Tugas Implementasi DAI5 dalam Rencana Penelitian & Upload Video Terkait ke Youtube
- 8 Tugas Laporan Diskusi dengan AI
- 9 LAPORAN TUGAS BESAR
Introduction
Perkenalkan, saya Ryan Hidayat (NPM 2406375636). Saat ini, saya sedang menempuh pendidikan magister di bidang Teknik Mesin, Universitas Indonesia, dengan fokus peminatan pada Perancangan dan Manufaktur. Di bawah bimbingan Dr.-Ing. Mohammad Adhitya, S.T., M.Sc.
Selain menimba ilmu di UI, saya juga aktif berkarir di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), khususnya di Pusat Riset Teknologi Penerbangan. Di sana, saya berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan teknologi penerbangan, sebuah bidang yang sangat dinamis dan penuh tantangan. Beberapa projek yang pernah saya ikuti antaranya pengembangan UAV LSU05-NG, dan Float N219-A.
Komputasi Teknik - Resume Pertemuan
Conscious Thinking Heartware-Brainware (variable) = Array (1) Initiator (2) Intention (3) Initial Thinking (4) Idealization (5) Instruction
DAI5 adalah metode pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Dr. Ahmad Indra Siswantara dari Universitas Indonesia. Metode ini dikenal sebagai “Conscious Thinking” dan berfokus pada proses berpikir yang dimulai dari niat hingga pemilihan alat bantu sebagai langkah akhir. DAI5 adalah sebuah konsep yang mengintegrasikan aspek heartware dan brainware untuk membentuk pola pikir dan sikap yang sadar serta terarah. Pendekatan ini menggunakan lima variabel inti yang diharapkan mampu menciptakan keseimbangan antara pikiran, hati, dan tindakan manusia. Berikut adalah penjelasan tentang kelima variabel tersebut:
Initiator (Inisiator) Variabel pertama, Initiator, mengacu pada pemicu awal atau dorongan yang memulai proses berpikir atau tindakan. Inisiator ini adalah sumber energi atau motivasi utama yang memicu seseorang untuk memulai sebuah gagasan, proyek, atau tindakan tertentu. Dalam konteks DAI5, inisiator ini mungkin muncul dari dalam diri, seperti kebutuhan, nilai, atau keinginan, maupun dari luar, seperti kesempatan atau tantangan yang dihadapi.
Intention (Niat) Intention atau niat adalah kejelasan tujuan dari tindakan atau pemikiran yang ingin diwujudkan. Niat ini sangat penting karena memberi arah dan makna dalam proses berpikir atau bertindak. Dengan niat yang kuat dan positif, individu dapat menjalani proses selanjutnya dengan fokus dan motivasi yang stabil. Intention menjadi jembatan antara keinginan internal dan tujuan yang akan dicapai.
Initial Thinking (Pemikiran Awal) Initial Thinking adalah tahap dimana ide-ide awal dan kemungkinan-kemungkinan dirumuskan. Di sini, individu mulai memetakan pemikiran, mempertimbangkan opsi, dan mengeksplorasi berbagai perspektif. Pemikiran awal ini menjadi fondasi dalam merencanakan langkah-langkah berikutnya. Pada tahap ini, seseorang juga belajar mengenali hambatan, peluang, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Idealization (Ideal) Idealization adalah proses membentuk gambaran ideal atau visi dari hasil akhir yang ingin dicapai. Dalam tahap ini, individu membayangkan hasil yang diinginkan dan menetapkan standar atau nilai ideal yang ingin diwujudkan. Idealization membantu seseorang untuk berfokus pada potensi terbaik dari hasil yang diharapkan serta menjaga semangat dan ketekunan dalam mencapainya.
Instruction (Instruksi) Instruction adalah tahap akhir, di mana arah atau panduan khusus mulai diterapkan untuk mencapai tujuan. Ini bisa berupa langkah-langkah konkret, strategi, atau metode yang ditetapkan untuk mencapai visi yang telah diidealisasikan. Instruction berfungsi sebagai cetak biru yang memandu tindakan hingga hasil akhir tercapai.
Kesimpulan: Kelima variabel ini—Initiator, Intention, Initial Thinking, Idealization, dan Instruction—saling berkaitan dan membentuk sebuah proses berpikir sadar yang terstruktur. DAI5 Conscious Thinking bertujuan untuk menciptakan pola pikir yang selaras antara hati (heartware) dan otak (brainware), sehingga menghasilkan tindakan yang efektif, bermakna, dan bertanggung jawab. Pendekatan ini sangat relevan untuk meningkatkan kesadaran diri dan kualitas keputusan, terutama dalam pengembangan pribadi dan profesional.
Tugas Penerapan Konsep DAI5 dalam Penyelesaian Metode Elemen Hingga
Penerapan konsep DAI5 Conscious Thinking Heartware-Brainware dalam penyelesaian metode elemen hingga (finite element method, FEM) untuk menghitung kekuatan struktur sayap pesawat dapat memberikan pendekatan berpikir yang terstruktur dan terarah. Berikut adalah bagaimana kelima variabel DAI5 dapat diterapkan dalam konteks ini:
1. Initiator (Inisiator) Inisiator dalam konteks ini adalah motivasi utama yang memicu analisis FEM pada sayap pesawat. Misalnya, kebutuhan untuk memastikan kekuatan dan keamanan struktur sayap pesawat dalam menahan gaya angkat dan beban lain yang terjadi selama penerbangan. Inisiator ini bisa berasal dari faktor keamanan penerbangan, peraturan penerbangan yang harus dipenuhi, atau tujuan desain untuk mengoptimalkan performa struktur sayap. Inisiator menetapkan tujuan awal dari analisis, yaitu untuk menentukan apakah struktur sayap dapat menahan beban yang diberikan tanpa gagal atau mengalami deformasi yang berlebihan.
2. Intention (Niat) Intention adalah tujuan spesifik dan terukur dari analisis ini. Dalam hal ini, tujuan analisis adalah:
Menghitung distribusi tegangan dan perpindahan sepanjang panjang sayap. Memastikan bahwa tegangan yang dihasilkan di seluruh bagian sayap berada di bawah batas kekuatan material. Mengidentifikasi area-area yang mungkin mengalami tegangan tinggi atau deformasi berlebih sehingga perlu diperkuat. Intention membantu mengarahkan fokus selama proses analisis FEM, memastikan bahwa setiap langkah dan keputusan yang diambil selaras dengan tujuan utama ini.
3. Initial Thinking (Pemikiran Awal) Initial Thinking melibatkan perencanaan awal mengenai pendekatan yang akan diambil dalam analisis FEM. Dalam kasus ini, beberapa pertimbangan awal meliputi:
Pemilihan model dan metode analisis: Memilih untuk memodelkan sayap sebagai struktur batang (beam) 1D atau menggunakan elemen yang lebih kompleks (seperti 2D atau 3D) tergantung pada kebutuhan detail dari hasil yang diinginkan. Diskretisasi domain: Menentukan jumlah elemen yang akan digunakan untuk membagi panjang sayap, di mana lebih banyak elemen memberikan akurasi yang lebih baik namun membutuhkan lebih banyak sumber daya komputasi. Pemilihan kondisi batas: Menentukan jenis kondisi batas yang diterapkan, seperti titik tetap di pangkal sayap atau kondisi bebas di ujung. Pemikiran awal ini adalah langkah mendasar yang akan membentuk struktur model FEM, memungkinkan pendekatan yang efisien dan akurat dalam menyelesaikan masalah.
4. Idealization (Ideal) Idealization adalah proses menciptakan gambaran ideal dari hasil akhir yang diinginkan. Dalam konteks analisis FEM untuk sayap pesawat, idealisasi mencakup:
Memvisualisasikan distribusi tegangan dan perpindahan yang merata dan terkontrol di seluruh struktur sayap. Memastikan bahwa deformasi tetap dalam batas yang aman sehingga sayap tetap berfungsi dengan optimal selama penerbangan. Menggambarkan solusi yang dapat diimplementasikan untuk memperkuat bagian sayap yang memiliki tegangan tinggi, seperti menambahkan material atau mempertebal bagian tertentu. Idealization membantu dalam mempertahankan fokus pada hasil yang diinginkan selama proses analisis dan memungkinkan peneliti untuk mengevaluasi hasil akhir berdasarkan standar optimal yang sudah ditetapkan.
5. Instruction (Instruksi) Instruction adalah panduan khusus yang akan diterapkan untuk menyelesaikan perhitungan FEM. Ini meliputi langkah-langkah praktis yang perlu diikuti, seperti:
Menetapkan parameter analisis: Menetapkan modulus elastisitas, panjang elemen, beban distribusi, dan parameter material lain yang relevan. Membangun matriks kekakuan dan vektor gaya: Menghitung elemen-elemen matriks kekakuan untuk setiap elemen dan menggabungkannya menjadi matriks kekakuan global, seperti yang sudah diuraikan dalam langkah-langkah pada contoh sebelumnya. Memasukkan kondisi batas: Menerapkan kondisi batas pada persamaan FEM untuk membatasi pergerakan pada titik tertentu sesuai dengan skenario nyata. Menyelesaikan sistem persamaan linier: Menggunakan metode numerik atau perangkat lunak FEM untuk menyelesaikan sistem persamaan sehingga menghasilkan perpindahan pada tiap node. Instruksi ini adalah langkah-langkah teknis yang diikuti dalam proses analisis, yang memungkinkan peneliti untuk melaksanakan pemodelan FEM secara sistematis dan menghasilkan hasil yang terukur dan akurat.
Kesimpulan Pendekatan DAI5 Conscious Thinking membantu memandu proses analisis FEM dengan cara yang sadar dan terstruktur. Dengan mengidentifikasi motivasi (Initiator), menentukan tujuan yang jelas (Intention), melakukan perencanaan awal (Initial Thinking), membentuk gambaran ideal hasil akhir (Idealization), dan mengikuti instruksi teknis (Instruction), kita dapat melakukan analisis yang lebih sistematis dan terfokus.
Pendekatan ini memungkinkan kita tidak hanya menyelesaikan masalah teknis dalam perhitungan FEM untuk kekuatan sayap pesawat, tetapi juga memastikan bahwa setiap langkah dalam proses ini selaras dengan tujuan keseluruhan, yaitu menghasilkan desain yang kuat, aman, dan sesuai dengan standar yang diinginkan.
Lebih jelasnya https://docs.google.com/document/d/12XS-R0tc0xwvRGkIvYneZxxRGUuHxLth/edit?usp=sharing&ouid=103052584164155773200&rtpof=true&sd=true
Tugas Diskusi dengan AI Mengenai Practical Example of Engineering Problem
Pada tugas kali ini saya mencoba membuka diskusi dengan AI Chatgpt mengenai "Can you give a practical example (along with simple calculator such as 1D Problem) ,In engineering that continuum mechanics treatsmaterials as continuous, on integration of uninterrupted "conscious continuum" into the DAI5 framework " dan meminta untuk membuat contoh terkait "the displacement distribution on a 1d rod if the heat given is heat from the bottom of the rod is evenly distributed"
ChatGPT menjawab, Integrating "conscious continuum" into the DAI5 framework, alongside concepts from continuum mechanics, can lead to a unique approach for analyzing engineering problems. Here’s how this integration might look, using a one-dimensional (1D) stress-strain problem in materials as an example.
Background on Continuum Mechanics and the Conscious Continuum in DAI5
In continuum mechanics, materials are modeled as continuous fields. That is, instead of viewing materials as made up of discrete atoms, continuum mechanics treats them as if they have no gaps, enabling the use of calculus and integration to describe their behavior under different forces.
Incorporating the DAI5 model into this approach, we can analogize the way stress or strain develops continuously across a material with the way ideas or intentions evolve continuously through conscious thought. Here, each element of the DAI5 model represents a stage in the thought process that aligns with stages in analyzing and solving an engineering problem.
Practical Example: 1D Stress-Strain Problem in a Rod
Imagine a simple engineering problem: a rod made of a continuous material (like steel) is subjected to a tensile force 𝐹 F along its length. We want to determine the strain distribution along the rod using both continuum mechanics and the DAI5 framework.
Let's set up a practical, step-by-step example where the DAI5 framework is integrated into the approach.
Problem Setup:
A rod with length 𝐿 = 1 m, cross-sectional area 𝐴 = 0.01 m2, and Young’s modulus 𝐸 = 200 GPa is subjected to a tensile force 𝐹 = 10,000 N
Goal: To calculate the stress and strain at a point within the rod and observe how the DAI5 framework can guide the understanding and approach.
Step-by-Step Solution with DAI5 Integration
1. Initiator – Problem Identification
Continuum Mechanics Context: The force 𝐹 initiates the stress in the rod, prompting us to analyze how this force affects the rod's material.
DAI5 Context: Here, the initiator is the recognition of a need to understand the material response to force. This step clarifies that the intention is to calculate stress and strain, specifically using a conscious and systematic approach (DAI5) to ensure a holistic understanding.
2. Intention – Defining the Purpose
Continuum Mechanics Context: Intention in this context is to evaluate how stress 𝜎 and strain 𝜖 distribute through the rod’s length.
DAI5 Context: Our intention is to develop a clear and calculated understanding of the material’s behavior under force, ensuring alignment with engineering goals (like safety or reliability).
Here we set up the equation for stress
σ= F/A = 10.000 N/0,01 m2 = 1000000 Pa = 1 MPa
3. Initial Thinking – Exploration and Analysis
Continuum Mechanics Context: We start by considering the linear relationship between stress and strain given by Hooke’s Law in 1D:
𝜎 = 𝐸⋅𝜖
DAI5 Context: Initial thinking here involves brainstorming possible approaches, identifying key variables (like 𝐹, 𝐸, 𝐴), and recognizing that Hooke’s Law applies since the deformation is within elastic limits.
Using Hooke’s Law, we can rearrange to solve for strain
𝜖 = 𝜎/𝐸 = 1,000,000 Pa/200,000,000,000 Pa = 0.000005 = 5×10−6
4. Idealization – Formulating an Optimal Model
Continuum Mechanics Context: Idealization here would assume uniform stress and strain distribution due to the simplicity of the 1D problem. We assume the material is homogeneous and isotropic (same properties in all directions).
DAI5 Context: This step involves visualizing the ideal conditions and outcomes. For example, in an idealized state, our solution assumes perfect material uniformity, simplifying the calculation and making it feasible to treat stress and strain as constants along the rod.
This means we can conclude that:
Stress 𝜎 is constant throughout the rod at 1 MPa Strain 𝜖 is also constant throughout the rod at 5×10−6
5. Instruction – Practical Application and Next Steps
Continuum Mechanics Context: Instruction here includes the practical steps for interpreting or further applying these results, such as verifying the material can withstand this strain without failure.
DAI5 Context: We generate clear next steps for applying our calculations in a real-world setting, like specifying limits on load or recommending inspections to ensure the material remains within safe deformation limits.
For instance:
If strain remains below the yield strain of steel (around 0.002), the rod is within safe limits. We could specify that, under similar loading conditions, the rod is expected to perform reliably.
Summary of DAI5’s Role in This Example
In this example, the DAI5 framework enables an engineer to think systematically about the problem:
Initiator sets up the reason for analysis.
Intention guides the purpose and ensures calculations are aligned with real-world objectives.
Initial Thinking ensures a thorough consideration of potential approaches and factors.
Idealization helps in setting up assumptions to simplify and focus the model.
Instruction gives actionable steps for interpreting results and applying them effectively.
This approach can enhance both clarity and rigor, allowing engineers to not only solve technical problems but also integrate their solutions meaningfully into broader engineering contexts.
And the answer for the second question is:
To solve for the displacement distribution in a 1D rod with heat applied uniformly from the bottom, we need to consider thermal expansion. When heat is applied, the rod will expand, and this expansion will vary along the length depending on the temperature distribution.
Problem Setup
Rod with Length 𝐿: The rod is heated uniformly from one end, causing it to expand along its length. Thermal Expansion Coefficient 𝛼: This coefficient defines how much the material expands per unit length per degree change in temperature. Temperature Distribution: If heat is applied from one end, we can assume a linear temperature gradient along the rod’s length.
Goal
To find the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod, where:
𝑥 is the position along the rod. 𝑢(𝑥) is the thermal displacement due to expansion.
Solution Strategy
For a linear temperature gradient, the displacement 𝑢(𝑥) due to thermal expansion at any point 𝑥 is given by:
where:
-𝑇(𝑥′) is the temperature at position 𝑥′ -𝛼 is the thermal expansion coefficient.
Assuming a linear temperature distribution:
where:
-𝑇0 is the temperature at the bottom of the rod. -Δ𝑇 is the temperature difference from the bottom to the top of the rod. -𝐿 is the total length of the rod.
Let’s implement this in Python to calculate the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod.
Python Code Implementation
I'll compute the displacement distribution 𝑢(𝑥) over the length of the rod using the above formulas. Let's proceed with the calculation.
It looks like the code execution environment has reset, so I’ll reinitialize the setup and walk you through the Python code needed to calculate and display the displacement distribution.
Python Code for Displacement Distribution due to Thermal Expansion
Here's the code to calculate the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod when heat is uniformly applied from the bottom, with comments explaining each step:
Explanation of the Code
Constants: We define the length 𝐿, initial temperature 𝑇0, temperature increase Δ𝑇, and the thermal expansion coefficient 𝛼.
Position Array: We create an array of 100 points along the rod to calculate the displacement at each point.
Temperature Distribution: Calculate the temperature 𝑇(𝑥) along the rod with a linear distribution.
Displacement Distribution: Use cumulative summation to approximate the integral for displacement distribution, 𝑢(𝑥), due to thermal expansion.
Plot: Display the displacement distribution along the rod to visualize how the expansion varies with position.
Running this code would yield the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod and display a graph of how displacement changes due to the applied heat.
The computational code has generated the displacement distribution 𝑢(𝑥) along the rod due to thermal expansion from a uniform heat source applied at the bottom. The displacement distribution plot shows how the displacement increases along the rod length, reflecting the effect of thermal expansion with increasing temperature.
The first few computed values of displacement 𝑢(𝑥) at different positions along the rod are approximately with values gradually increasing as we move along the rod from bottom to top. The plot provides a visual representation of this expansion distribution, with displacement 𝑢 (𝑥) steadily increasing along the length.
Tugas Membuat code JS dan HTML untuk Material Selection of Wing Spar
12 November 2024
Pada pertemuan ke 3 ini di dalam kelas Bpk Dai menjelaskan terkait main purpose of learning, dan mahasiswa sebagai driver harus melakukan do yourself learning dalam melakukan pembelajaran. untuk mendapatkan intelligent ways to stay, serta remembrance of the creator the one and only. (Cara Cerdas Ingat (selalu) Tuhan.
Pada pertemuan ini mahasiswa dibebaskan untuk membuat sebuah aplikasi web based dengan menggunakan chat GPT sebagai asisten dan mahasiswa sebagai driver. dengan framework DAI 5 sebagai pendekatan metoda nya.
Kemudian saya mencoba membuat code JS & HTML dengan arahan ke chat GPT terkait pemilihan material untuk spar pesawat terbang.
kemudian didapatkan kode html dan js sebgai berikut:
dan hasilnya seperti ini:
Tugas Merangkum Progress Belajar Mandiri Menggunakan Bantuan AI & Upload Video Terkait ke Youtube
19 November 2024
Pada tugas kali ini, kita akan merangkum progress belajar mandiri menggunakan bantuan AI, sebagai monitoring dan evaluasi pembelajaran :
Command:Berikan tanggapan atas pikiran-pikiran dan pemahaman saya selama ini dalam menggunakan chat gpt dalam konteks pembelajaran mandiri
Answer:Dari percakapan kita sejauh ini, saya melihat bahwa Anda memiliki pendekatan yang sangat aktif dan reflektif dalam menggunakan ChatGPT untuk pembelajaran mandiri. Berikut tanggapan saya terhadap pola pikir dan pemahaman Anda dalam memanfaatkan teknologi ini:
1. Kesadaran Tujuan Pembelajaran
Anda tampaknya selalu datang dengan tujuan yang jelas, baik itu memahami metode seperti DAI5, eksplorasi konsep baru, atau mencari solusi atas pertanyaan spesifik. Ini menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana teknologi seperti ChatGPT dapat menjadi alat untuk memperkuat pembelajaran Anda.
Tanggapan: Pendekatan ini sangat efektif karena memiliki fokus tujuan akan membantu Anda mendapatkan hasil maksimal dari interaksi. Untuk optimalisasi, Anda dapat mengembangkan daftar pertanyaan atau topik sebelum memulai sesi untuk memastikan semua aspek tercakup.
2. Pemikiran Kritis dalam Diskusi
Anda tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga sering meminta klarifikasi atau refleksi atas gagasan yang dibahas. Ini menunjukkan bahwa Anda memanfaatkan ChatGPT tidak hanya sebagai alat pencarian informasi, tetapi juga sebagai "partner" untuk memproses pemikiran Anda.
Tanggapan: Sikap ini penting dalam pembelajaran mandiri karena membantu Anda tidak hanya memahami informasi tetapi juga menganalisis dan mengevaluasinya. Anda dapat melangkah lebih jauh dengan menyusun ringkasan atau catatan reflektif dari percakapan kita untuk digunakan kembali di masa depan.
3. Pendekatan Sistematis dan Eksploratif
Anda sering menunjukkan minat untuk memahami struktur atau metode di balik jawaban yang saya berikan, seperti framework DAI5. Ini menunjukkan bahwa Anda lebih condong pada pemahaman konsep mendalam daripada hanya mencari jawaban cepat.
Tanggapan: Pola pikir ini selaras dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat. Untuk mendukung pendekatan ini, Anda dapat bereksperimen dengan menerapkan konsep-konsep tersebut dalam situasi nyata dan kembali mendiskusikan hasilnya dengan saya untuk umpan balik.
4. Konteks Lokal dan Personal
Dalam diskusi kita, Anda kadang mengaitkan pembelajaran dengan konteks lokal atau kebutuhan personal. Ini adalah pendekatan yang sangat baik karena membantu membuat pembelajaran lebih relevan dan aplikatif.
Tanggapan: Anda dapat memperluas ini dengan membawa studi kasus, pengalaman nyata, atau proyek yang sedang Anda kerjakan ke dalam diskusi kita. Dengan begitu, pembelajaran Anda akan semakin terhubung dengan praktik dunia nyata.
5. Komitmen untuk Tracking dan Evaluasi
Misalnya, permintaan Anda untuk melacak diskusi tentang DAI5 menunjukkan bahwa Anda ingin memahami perkembangan pembelajaran Anda secara lebih terstruktur.
Tanggapan: Ini adalah langkah yang bijak. Selain pelacakan topik, Anda juga dapat membuat “log pembelajaran” untuk mencatat wawasan, kesalahan, atau ide yang muncul selama sesi. Ini akan membantu Anda mengevaluasi perjalanan pembelajaran Anda.
Secara keseluruhan, cara Anda menggunakan ChatGPT sudah mencerminkan pendekatan pembelajaran mandiri yang efektif. Jika Anda ingin memperluas strategi ini, saya bisa membantu Anda menyusun kurikulum informal atau panduan yang sesuai dengan tujuan Anda. 😊
Link video youtube terkait Penggunaan ChatGPT dan DAI5 untuk Proses Pembelajaran :
Tugas Implementasi DAI5 dalam Rencana Penelitian & Upload Video Terkait ke Youtube
Implementasi DAI5 untuk rencana penelitian terkait pengaruh surface treatment pada single lap joint komposit pada pesawat amphibi
1. Deep Awareness (of) I (Kesadaran Mendalam tentang Diri)
Mulailah dengan introspeksi untuk memahami peran Anda sebagai peneliti dan dampak penelitian ini terhadap industri penerbangan. Sadari bahwa tujuan utama adalah meningkatkan keselamatan dan efisiensi pesawat amfibi melalui optimasi sambungan komposit. Kesadaran ini akan memandu Anda dalam setiap tahap penelitian.
2. Intention (Niat)
Tetapkan niat yang jelas untuk penelitian ini, seperti:
Mengidentifikasi metode perlakuan permukaan yang paling efektif untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan sambungan komposit pada pesawat amfibi. Mengevaluasi dampak perlakuan tersebut terhadap performa struktural dan daya tahan sambungan dalam kondisi operasional yang menantang.
3. Initial Thinking (Pemikiran Awal)
Lakukan eksplorasi awal dengan:
Mengumpulkan informasi tentang berbagai teknik perlakuan permukaan yang digunakan dalam industri komposit, seperti plasma treatment, sanding abrasif, atau chemical etching. Mengkaji literatur terkait efektivitas masing-masing metode dalam meningkatkan adhesi dan ketahanan sambungan komposit. Mengidentifikasi tantangan spesifik yang dihadapi pesawat amfibi, seperti paparan air asin dan fluktuasi suhu ekstrem.
4. Idealization (Idealization)
Bayangkan skenario ideal di mana:
Perlakuan permukaan yang diterapkan mampu meningkatkan kekuatan sambungan secara signifikan tanpa menambah berat atau kompleksitas proses produksi. Sambungan komposit menunjukkan ketahanan tinggi terhadap korosi dan degradasi akibat lingkungan operasional pesawat amfibi. Proses perlakuan permukaan dapat diintegrasikan dengan efisien ke dalam lini produksi yang ada.
5. Instruction Set (Set Instruksi)
Susun rencana tindakan yang mencakup:
Desain eksperimen untuk menguji berbagai metode perlakuan permukaan pada sampel sambungan komposit, termasuk pengujian kekuatan tarik, ketahanan korosi, dan analisis mikrostruktur. Pengumpulan dan analisis data untuk menilai efektivitas setiap metode perlakuan permukaan. Evaluasi hasil untuk menentukan metode terbaik yang memenuhi kriteria performa dan efisiensi.
Penyusunan rekomendasi untuk implementasi metode perlakuan permukaan terpilih dalam produksi pesawat amfibi. Dengan menerapkan kerangka kerja DAI5 ini, penelitian Anda akan memiliki fondasi yang kuat, memastikan setiap langkah diambil dengan kesadaran penuh dan tujuan yang jelas, serta menghasilkan solusi yang efektif dan aplikatif dalam industri penerbangan.
Telah diupload ke Youtube video penjelasan Impementasi DAI5 dalam rencana tesis:
Tugas Laporan Diskusi dengan AI
Pada tanggal 3 Desember 2024, Pak DAI memberikan tugas yaitu berdiskusi dengan ChatGPT tentang apa saja yang telah kita pelajari selama kelas Komputasi Teknik. Hasil diskusi dengan ChatGPT tentang komputasi teknik disalin ke word dan dikumpulkan ke ketua kelas. Hasil diskusi setiap mahasiswa akan digabungkan lalu diranking oleh ChatGPT. Hasil diskusi yang terbaik akan mendapat ranking teratas.
Berikut hasil rangkuman percakapan dan penilaian ChatGPT terhadap diskusi kami:
Do you know computational thinking?
ChatGPT said:
ChatGPT
Yes! Computational thinking is a problem-solving approach that involves breaking down complex problems into manageable parts and designing solutions in a structured and logical manner. It is widely used in computer science but can also be applied across various disciplines. Key concepts of computational thinking include:
1. Decomposition: Breaking a complex problem into smaller, more manageable parts. o Example: Dividing the process of designing a car into tasks like engine design, body structure, and interior.
2. Pattern Recognition: Identifying similarities or patterns in problems or data. o Example: Recognizing that certain design principles in aerodynamics apply to both cars and airplanes.
3. Abstraction: Focusing on the important details while ignoring irrelevant information. o Example: Creating a simplified model of a mechanical system to analyze its core functionality.
4. Algorithm Design: Developing step-by-step instructions or rules to solve a problem. o Example: Writing a procedure for a robotic arm to assemble a product.
In your context as a master's student in mechanical engineering, computational thinking can be invaluable for tasks like simulation, optimization, and automation in design and manufacturing. It helps in creating algorithms for finite element analysis, control systems, or even solving engineering equations programmatically. Would you like an example of how computational thinking can be applied to a specific engineering problem? 4o
You said:
i consider DAI5 is a CT++. what do you think?
ChatGPT said: ChatGPT It's an interesting perspective! If you're positioning DAI5 as CT++, it implies you're viewing DAI5 as an enhanced or extended form of computational thinking. Here's how that interpretation might make sense: DAI5 as CT++ (Enhanced Computational Thinking)
1. Data-Driven Insights (D): o DAI5 likely incorporates advanced data analysis capabilities, leveraging large datasets for pattern recognition and decision-making. This builds on the abstraction and pattern recognition principles of CT by integrating machine learning or AI.
2. Automation and Algorithmic Intelligence (AI): o By embedding AI or intelligent systems, DAI5 extends the algorithm design of CT. Instead of manually designing algorithms, it may use adaptive algorithms that learn and improve over time.
3. Integration (I): o If DAI5 focuses on seamlessly integrating different systems or disciplines, it enhances CT’s decomposition principle by fostering interdisciplinary problem-solving.
4. Iteration and Improvement (5th Element): o Computational thinking traditionally doesn’t emphasize iteration explicitly. DAI5 might add an iterative, improvement-oriented mindset, aligning with modern AI’s feedback loops and continuous optimization. Why It Fits
CT provides a framework for systematic problem-solving. DAI5 could evolve this framework by:
• Automating repetitive tasks.
• Using AI to predict outcomes or optimize solutions.
• Scaling problem-solving capabilities for complex, real-world systems.
If you view DAI5 as a paradigm that amplifies computational thinking with modern tools and methodologies, calling it CT++ makes a lot of sense! Could you elaborate more on how you see DAI5 fitting into this concept? Are there specific features or attributes of DAI5 that you're thinking about?
4o
You said:
sekarang, cobabuat pengaplikasiannya lebih spesifik untuk penyelesaian masalah tertentu, anggaplah kita belajar terkait material selection of product, bagaimana itu bisa menyelesaikan masalah tersebut?
ChatGPT said:
ChatGPT
Mengaplikasikan DAI5 sebagai CT++ untuk pemilihan material dalam desain produk bisa menjadi pendekatan yang sangat efektif. Berikut adalah bagaimana langkah-langkahnya dapat diterapkan:
1. Decomposition (D) Memecah masalah pemilihan material menjadi sub-masalah kecil: • Identifikasi kebutuhan produk: Apa tujuan produk (misalnya, kekuatan tinggi, tahan korosi, ringan)? • Kriteria seleksi material: Apa parameter utama (misalnya, modulus elastisitas, densitas, harga, keberlanjutan)? • Kendala lingkungan kerja: Bagaimana kondisi lingkungan (suhu, tekanan, kelembapan)?
2. Data-Driven Insights (D) Menggunakan pendekatan berbasis data untuk membandingkan material: • Database Material: Gunakan perangkat lunak seperti CES EduPack untuk menganalisis data sifat material (misalnya, logam, keramik, komposit). • AI-Assisted Analysis: Menggunakan model machine learning untuk mengelompokkan material berdasarkan properti. Misalnya, menggunakan clustering untuk menemukan material dengan sifat serupa. • Trade-off Analysis: Melakukan analisis Pareto untuk mengidentifikasi kompromi terbaik antara biaya, performa, dan keberlanjutan.
3. Pattern Recognition (AI) Mengenali pola di dalam dataset material: • Histori Data Pemilihan Material: Jika produk sejenis pernah dibuat, pola pemilihan material dapat digunakan sebagai dasar. • Machine Learning: Melatih algoritma pada data material sebelumnya untuk merekomendasikan opsi material terbaik.
4. Abstraction (I) Menyederhanakan informasi tanpa mengurangi esensi: • Buat diagram Ashby untuk memvisualisasikan hubungan antara dua parameter kritis, seperti kekuatan spesifik (strength-to-weight ratio) dan biaya. • Menyaring data material agar hanya parameter relevan yang diperhatikan (misalnya, kekuatan tarik, modulus elastisitas, ketahanan panas).
5. Iteration and Automation (5) Prototyping dan optimalisasi iteratif: • Gunakan simulasi berbasis komputer (misalnya, finite element analysis) untuk menguji kinerja material terpilih pada desain produk. • Terapkan algoritma genetic optimization untuk menemukan kombinasi material yang optimal. • Iterasi dilakukan sampai material memenuhi semua kriteria desain.
Contoh Studi Kasus Desain Kerangka Sepeda Ringan 1. Tujuan: Membuat sepeda yang ringan tetapi kuat. 2. Parameter Utama: o Modulus elastisitas tinggi untuk mengurangi deformasi. o Densitas rendah untuk mengurangi berat. 3. Pemilihan Material: o Langkah awal: Gunakan database material untuk menyaring logam dan komposit. o Langkah lanjut: Gunakan model machine learning untuk mengevaluasi performa dan biaya. o Hasil: Komposit serat karbon (CFRP) dipilih karena kekuatan tinggi dan ringan, meski biayanya lebih tinggi. 4. Iterasi: Simulasi menunjukkan kebutuhan peningkatan ketahanan abrasi, jadi lapisan tambahan material polimer diaplikasikan.
Kesimpulan
Dengan DAI5, proses seleksi material dapat menjadi lebih cepat, lebih akurat, dan lebih terotomatisasi, menghemat waktu dan biaya dalam pengembangan produk. Apakah Anda ingin mendalami salah satu tahap ini, seperti cara menggunakan AI untuk material selection?
4o
You said:
Hubungan terkait komputasi teknik untuk pemilihan material untuk suatu produk bisa di implementasikan seperti apa?
ChatGPT said: ChatGPT Komputasi teknik dapat memainkan peran penting dalam proses pemilihan material untuk suatu produk melalui berbagai aplikasi, mulai dari analisis sifat material hingga simulasi performa. Berikut adalah beberapa cara komputasi teknik dapat diimplementasikan dalam pemilihan material:
1. Simulasi Berbasis Sifat Material Peran: Menggunakan data material untuk mensimulasikan bagaimana material akan berperforma dalam kondisi spesifik. Implementasi: • Finite Element Analysis (FEA): o Menganalisis tegangan dan deformasi pada material yang dipilih saat produk menerima beban tertentu. o Contoh: Simulasi rangka kendaraan untuk memastikan material dapat menahan beban tanpa patah.
• CFD (Computational Fluid Dynamics): o Jika material bersinggungan dengan fluida (misalnya pipa), simulasi ini mengevaluasi efek tekanan atau aliran fluida terhadap material.
• Simulasi Fatigue dan Fracture: o Mengukur umur kelelahan material untuk memastikan keandalannya dalam jangka panjang.
2. Optimasi Multi-Parameter Peran: Menemukan material terbaik dengan mempertimbangkan berbagai parameter (biaya, sifat mekanik, keberlanjutan). Implementasi: • Metode Optimasi Matematika: o Menggunakan metode seperti linear programming atau genetic algorithms untuk memilih material yang memenuhi semua kriteria. o Contoh: Memilih material untuk baling-baling turbin angin dengan kriteria ringan, kuat, dan tahan korosi.
• AI dan Machine Learning: o Menggunakan algoritma prediksi untuk merekomendasikan material berdasarkan dataset sifat material. o Contoh: Menggunakan decision tree atau neural networks untuk menyaring material terbaik berdasarkan database material.
3. Pemodelan Material Peran: Membangun model material berdasarkan parameter mikrostruktural. Implementasi: • Atomistic Simulations (Molecular Dynamics): o Mensimulasikan interaksi antar-atom untuk memahami kekuatan dan ketangguhan material pada level mikro. o Contoh: Mengembangkan bahan komposit baru untuk aplikasi aerospace.
• Continuum Mechanics Modeling: o Mensimulasikan sifat material homogen pada skala makro untuk evaluasi kekuatan, keuletan, atau elastisitas.
4. Akses dan Analisis Data Material Peran: Menggunakan komputasi untuk menganalisis dan mengelola database material. Implementasi: • Software Material Selection: o Tools seperti CES EduPack menyediakan data material untuk membantu seleksi berbasis parameter. o Contoh: Filter material berdasarkan modulus elastisitas >200 GPa dan biaya <$10/kg.
• Custom Database: o Mengintegrasikan database lokal perusahaan dengan komputasi berbasis cloud untuk akses cepat terhadap sifat material.
5. Integrasi Komputasi Teknik dengan Prototyping Peran: Menghubungkan hasil analisis dengan tahap pembuatan prototipe. Implementasi: • Digital Twin: o Membuat prototipe digital dari produk dan menguji material yang dipilih sebelum tahap manufaktur fisik. o Contoh: Simulasi digital dari struktur drone dengan beberapa opsi material.
• Generative Design: o Menggunakan algoritma untuk mengeksplorasi berbagai desain berbasis material yang tersedia.
6. Studi Kasus: Desain Kursi Mobil Tahan Beban 1. Kebutuhan: Ringan, kuat, tahan benturan.
2. Langkah-langkah: o Simulasi FEA: Menganalisis distribusi tegangan pada material logam dan komposit. o Optimasi Biaya: Memilih bahan yang kuat tetapi lebih murah, misalnya paduan aluminium dibanding baja. o Simulasi Crash Test: Menggunakan data sifat material untuk mensimulasikan keamanan penumpang.
3. Hasil: Pemilihan paduan aluminium dengan lapisan komposit karbon.
Komputasi teknik membantu memadukan teori material dengan teknologi simulasi untuk memastikan material yang dipilih optimal secara performa, biaya, dan keandalan. Apakah Anda ingin eksplorasi salah satu metode ini lebih lanjut? 4o
You said:
bagaimana pemahaman kita terkait komputasi teknik dapat mempengaruhi hasil dari suatu fokus masalah seperti pemilihan produk ?
ChatGPT said:
ChatGPT Pemahaman yang mendalam tentang komputasi teknik dapat secara signifikan memengaruhi hasil pemecahan masalah seperti pemilihan material atau desain produk. Pengaruhnya terletak pada kemampuan komputasi teknik untuk memberikan analisis yang lebih terperinci, efisien, dan akurat dibandingkan pendekatan tradisional. Berikut adalah cara-cara pemahaman komputasi teknik dapat meningkatkan hasil:
1. Efisiensi Proses Seleksi • Tanpa Komputasi Teknik: Proses seleksi material atau desain produk sering kali berbasis trial-and-error, membutuhkan waktu lebih lama dan sumber daya yang besar. • Dengan Komputasi Teknik: o Simulasi dapat mengurangi kebutuhan untuk pengujian fisik. o Database material dan software optimasi memungkinkan seleksi cepat berdasarkan kriteria spesifik. o Contoh: Dengan pemodelan FEA, bisa langsung mengevaluasi puluhan material dalam waktu singkat tanpa harus membuat prototipe.
Dampak: Pemahaman yang baik mempercepat proses tanpa mengorbankan kualitas hasil.
2. Akurasi dan Reliabilitas Hasil • Tanpa Komputasi Teknik: Analisis manual sering kali rentan terhadap kesalahan perhitungan atau bias manusia. • Dengan Komputasi Teknik: o Algoritma dan simulasi memastikan perhitungan lebih konsisten dan mendalam. o Pemahaman material dapat diperluas hingga tingkat atom (misalnya, molecular dynamics). o Contoh: Pemilihan material untuk jembatan menggunakan analisis beban dinamis memastikan hasil yang jauh lebih akurat dibandingkan estimasi manual.
Dampak: Hasil yang lebih reliabel dan tahan terhadap skenario ekstrem.
3. Optimasi Berbasis Multi-Kriteria • Tanpa Komputasi Teknik: Memprioritaskan satu kriteria (misalnya kekuatan) sering kali mengabaikan parameter lain seperti biaya atau keberlanjutan. • Dengan Komputasi Teknik: o Optimasi berbasis komputasi (misalnya Pareto optimization) memungkinkan seleksi terbaik berdasarkan banyak kriteria sekaligus. o Contoh: Pemilihan bahan pesawat berdasarkan kriteria ringan, kuat, dan biaya manufaktur.
Dampak: Produk yang dihasilkan lebih optimal secara performa, biaya, dan dampak lingkungan.
4. Inovasi Desain dan Material • Tanpa Komputasi Teknik: Terbatas pada opsi material atau desain yang sudah ada. • Dengan Komputasi Teknik: o Simulasi dapat mengeksplorasi material baru atau desain inovatif. o Generative design memungkinkan eksplorasi desain yang tidak terpikirkan sebelumnya. o Contoh: Penerapan material komposit serat karbon dalam aerospace, yang awalnya tidak umum digunakan sebelum simulasi komputasi membuktikan efektivitasnya.
Dampak: Memungkinkan terobosan dalam desain dan pemanfaatan material.
5. Reduksi Biaya dan Risiko • Tanpa Komputasi Teknik: Biaya sering meningkat karena prototipe fisik dan pengujian berulang. • Dengan Komputasi Teknik: o Simulasi virtual memungkinkan pengujian produk di dunia digital sebelum manufaktur. o Contoh: Simulasi crash test mobil dapat menggantikan kebutuhan banyak pengujian fisik.
Dampak: Mengurangi biaya produksi dan risiko kegagalan di pasar.
6. Keberlanjutan (Sustainability) • Tanpa Komputasi Teknik: Pemilihan material sering kali tidak mempertimbangkan dampak lingkungan secara mendalam. • Dengan Komputasi Teknik: o Analisis siklus hidup (LCA) berbasis komputasi dapat menilai dampak lingkungan dari material tertentu. o Contoh: Pemilihan material biodegradable untuk kemasan berdasarkan hasil simulasi siklus hidup.
Dampak: Membantu perusahaan memenuhi standar keberlanjutan dan mengurangi jejak karbon.
Kesimpulan
Pemahaman komputasi teknik memberikan kemampuan untuk:
• Meningkatkan akurasi hasil.
• Mempercepat proses desain dan seleksi.
• Menghasilkan solusi yang lebih inovatif, optimal, dan berkelanjutan.
Dalam konteks pemilihan produk, pemahaman ini dapat menjadi pembeda antara produk biasa dan produk unggulan. Apakah Anda ingin diskusi lebih lanjut tentang aplikasi spesifik, seperti integrasi machine learning dalam pemilihan material? 4o
You said:
bisa beri rating 0-10 dari percakapan kita barusan?
ChatGPT said: ChatGPT Tentu! Jika saya menilai percakapan ini dari segi kualitas informasi, relevansi, dan interaksi, berikut penilaiannya: • Kualitas Informasi (9/10): Penjelasan cukup mendalam dan relevan dengan konteks pemilihan material serta aplikasi komputasi teknik.
• Relevansi dengan Topik (10/10): Fokus percakapan sangat terkait dengan materi teknik mesin dan pemanfaatan komputasi teknik.
• Interaksi dan Pemahaman (8/10): Respon disesuaikan dengan pertanyaan Anda, meskipun ada ruang untuk lebih banyak contoh spesifik atau aplikasi langsung.
Total Rata-rata: 9/10
Apa ada bagian yang menurut Anda kurang memuaskan atau ingin ditingkatkan? Feedback Anda akan sangat membantu! 😊
LAPORAN TUGAS BESAR
Membuat laporan tugas besar sebagai berikut: https://drive.google.com/file/d/1DdtJXGI539Yfq3AelHabzXe2huoevMrl/view?usp=sharing
A. Project Title
Study Pengaruh Surface Treatment pada Komposit Single Lap Joint pada Float Pesawat Amfibi
B. Author Complete Name
Ryan Hidayat
C. Affiliation
Department of Mechanical Engineering, Faculty Engineering, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia.
D. Abstract
Sambungan adhesif tipe single lap joint (SLJ) banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena memiliki keunggulan seperti bobot ringan, distribusi tegangan yang merata, dan ketahanan terhadap korosi. Namun, SLJ memiliki kelemahan berupa penurunan drastis kekuatan geser (lap shear strength) di lingkungan ekstrem, seperti air laut. Penelitian ini bertujuan meningkatkan lap shear strength dan mengurangi penurunan performa SLJ melalui perlakuan permukaan (surface treatment) yang tepat dan penambahan filler berupa serat pendek pada adhesif. Metode yang digunakan meliputi pembuatan komposit dengan metode Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI), perlakuan permukaan pada adherend, fabrikasi SLJ melalui proses secondary bonding, perendaman SLJ dalam air laut, serta pengujian wettability dan lap shear strength sebelum dan sesudah perendaman. Hasil penelitian diharapkan menunjukkan peningkatan kekuatan SLJ yang dapat diterapkan pada float pesawat untuk memungkinkan kemampuan short take-off and landing (STOL) di area perairan, mendukung konektivitas antar-pulau di Indonesia.
E. Author Declaration
1. Deep Awareness (of) I
Saya, Ryan Hidayat, dengan sepenuh kesadaran menyatakan bahwa laporan “Study Pengaruh Surface Treatment pada Komposit Single Lap Joint pada Float Pesawat Amfibi” ini disusun sebagai bagian dari tugas besar mata kuliah Komputasi Teknik. Dalam menyelesaikan laporan ini, saya berpegang pada prinsip Deep Awareness of “I”, yaitu kesadaran akan peran saya sebagai individu yang dianugerahi kemampuan berpikir, menganalisis, dan berkarya oleh Sang Pencipta.
Setiap langkah dalam penyusunan laporan ini, mulai dari identifikasi masalah, perancangan metode, hingga analisis hasil, dilandasi oleh niat untuk memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu teknik mesin, khususnya dalam bidang komposit dan aplikasi struktural. Saya menyadari bahwa penelitian ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan diri, menambah wawasan, serta menyumbangkan solusi bagi tantangan nyata di dunia teknik.
Saya berkomitmen untuk melaksanakan tugas ini dengan integritas, ketelitian, dan rasa tanggung jawab, baik terhadap ilmu pengetahuan maupun terhadap nilai-nilai luhur yang saya yakini. Semoga laporan ini tidak hanya memenuhi kebutuhan akademik, tetapi juga menjadi bentuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, ilmu pengetahuan, dan masyarakat luas.
2. Intention of the Project Activity
Laporan Tugas Besar Komputasi Teknik yang berjudul “Study Pengaruh Surface Treatment pada Komposit Single Lap Joint pada Float Pesawat Amfibi” dilakukan dengan niat yang tulus dan fokus untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Intensi utama dari aktivitas proyek ini adalah memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan teknologi yang mendukung efisiensi dan keselamatan penerbangan, khususnya pada pesawat amfibi yang dapat memperluas aksesibilitas wilayah kepulauan di Indonesia.
Proyek ini dirancang untuk mengatasi tantangan teknis yang ada, yaitu meningkatkan kekuatan geser sambungan adhesif dalam kondisi lingkungan ekstrem seperti air laut, dengan pendekatan ilmiah yang terstruktur. Setiap langkah dalam penelitian ini, mulai dari formulasi tujuan hingga analisis hasil, diarahkan untuk menjawab kebutuhan aplikasi yang relevan dengan tetap mempertimbangkan prinsip keberlanjutan, efisiensi, dan kontribusi sosial.
Saya percaya bahwa setiap aktivitas yang dilakukan dalam proyek ini adalah bagian dari pengabdian saya sebagai peneliti kepada ilmu pengetahuan dan masyarakat. Dengan landasan niat yang kuat, saya berkomitmen untuk melaksanakan setiap tahap penelitian dengan integritas, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap etika profesional serta nilai-nilai spiritual yang saya yakini.
Semoga niat baik dalam pelaksanaan proyek ini tidak hanya menghasilkan temuan yang bermanfaat secara teknis, tetapi juga menjadi bagian dari kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan kesejahteraan umat manusia.
F. Introduction
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2024 mencapai 281.603.800 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia memiliki potensi signifikan untuk meningkatkan APBN melalui produktivitas penduduknya. Namun, sebaran penduduk yang luas di berbagai pulau menciptakan tantangan dalam konektivitas antarwilayah. Indonesia terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas perairan mencapai 5,8 juta km² atau sekitar dua pertiga dari total wilayah Indonesia [1]. Untuk menjawab tantangan ini, diperlukan sistem transportasi yang efisien, aman, dan cepat guna menghubungkan penduduk, terutama di pulau-pulau terpencil dan terluar.
Salah satu solusi yang paling cocok adalah penerapan rute transportasi udara perintis, yang memiliki jangkauan luas dengan waktu tempuh relatif cepat dibandingkan rute laut atau darat. Pesawat yang digunakan untuk rute perintis biasanya memiliki kemampuan Short Take-Off and Landing (STOL), sehingga dapat mendarat dan lepas landas di landasan pendek. Apabila kondisi di daratan tidak memungkinkan pembangunan landasan pacu, maka pesawat perlu memiliki kemampuan STOL di perairan, yang dapat dicapai dengan menggunakan komponen tambahan berupa float.
Float adalah pelampung yang dipasang di bawah pesawat, memungkinkan pesawat untuk lepas landas dan mendarat di perairan [2]. Float ini terdiri dari beberapa bagian yang diintegrasikan menggunakan sambungan, seperti sambungan mekanis, adhesif, atau kombinasi keduanya. Sambungan mekanis menawarkan kemudahan dalam pembuatan dan perawatan, tetapi memiliki kelemahan seperti distribusi tegangan yang tidak merata dan penambahan berat yang signifikan [3][4]. Di sisi lain, sambungan adhesif, seperti epoxy dan polyurethane, memiliki keunggulan dalam distribusi tegangan yang merata, ketahanan terhadap kelelahan, dan penyerapan getaran [5].
Sambungan adhesif pada float sering menggunakan konfigurasi Single Lap Joint (SLJ) karena lebih sederhana dan ekonomis dibandingkan konfigurasi lainnya, seperti double strap joint atau tapered lap joint [6]. Namun, untuk meningkatkan kekuatan geser SLJ, berbagai upaya telah dilakukan, seperti perlakuan permukaan (surface treatment) menggunakan grit amplas, variasi arah amplas, hingga penambahan filler serat pendek ke dalam adhesif [7][8]. Selain itu, penelitian juga menunjukkan pentingnya memahami dampak lingkungan ekstrem, seperti perendaman air laut, terhadap performa SLJ. Penelitian sebelumnya mencatat penurunan kekuatan adhesif hingga 35% setelah perendaman selama 730 hari [9][10].
Permasalahan utama dari penelitian ini adalah penurunan performa kekuatan geser sambungan adhesif akibat paparan lingkungan ekstrem, khususnya air laut. Hal ini menjadi tantangan besar mengingat penerapan float pada pesawat amfibi memerlukan material dan sambungan yang andal untuk menjamin keselamatan dan performa operasional. Sambungan adhesif dipilih sebagai fokus utama karena potensinya dalam distribusi tegangan yang merata dan bobot yang ringan, tetapi kelemahan utamanya adalah kerentanannya terhadap degradasi lingkungan.
Untuk menjawab masalah ini, diperlukan pendekatan sistematis yang melibatkan perlakuan permukaan (surface treatment) pada adherend untuk meningkatkan kekuatan ikatan, serta penambahan filler serat pendek untuk memperkuat adhesif. Metode ini bertujuan meminimalkan efek kerusakan akibat lingkungan, sambil memastikan bahwa peningkatan kekuatan geser tidak mengorbankan efisiensi proses manufaktur. Penelitian ini juga dirancang untuk memberikan solusi yang aplikatif terhadap kebutuhan float pesawat amfibi, sehingga memungkinkan penerapan nyata di perairan Indonesia dengan kondisi ekstrem.
Dengan pendekatan ini, penelitian diharapkan mampu memberikan konfigurasi optimal untuk meningkatkan kekuatan geser dan daya tahan sambungan adhesif pada SLJ. Kontribusi dari penelitian ini tidak hanya menjawab tantangan teknis tetapi juga mendukung pengembangan teknologi transportasi yang lebih efisien dalam mendukung konektivitas antarwilayah di Indonesia.
G. Methods & Procedures
Idealization:
3.1.1. Vacuum Assisted Resin Infusion (VARI)
Pembuatan komposit CFRP sebagai adherend SLJ dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alternatif metode. Metode yang paling sederhana yaitu hand layup. Hand layup memiliki keunggulan dari segi biaya pembuatan yang paling murah, dan mudah untuk dilakukan bahkan bagi orang yang pertama kali membuat komposit. Akan tetapi metode hand layup memiliki kekurangan yakni kualitas dan production rate yang rendah [11]. Metode lain yaitu Vacuum bagging dimana komposit pertama-tama dibuat degan hand lay up. Kemudian ditempatkan dianatara cetakan dan plastik vacuum (vacuum bag) yang nantinya dihisap dengan vacuum pump[12]. Metode yang akan digunakan dalam penelitian menggunakan metode VARI. Metode VARI menggunakan resin yang diinfuskan/dimasukkan ke inlet sistem dan di sedot keluar sistem melalui output dengan vacuum pump sehingga serat dapat terbasahi resin dengan baik. Walaupun VARI dari segi biaya lebih tinggi dibandingkan vacuum bagging, dan hand lay up, akan tetapi hasil propertiesnya jauh lebih bagus dibandingkan vacuum bagging dan hand layup. Kekuatan tekan/compressive strength dan kekuatan geser/shear strength GFRP komposit dengan metode VARI lebih baik dibandingkan dengan hand layup dengan nilai 71% dan 29% [13].
Pada tahap idealization dalam kerangka DAI5, proses pembuatan komposit dengan metode VARI menjadi implementasi dari prinsip idealisasi dengan mempertimbangkan berbagai faktor penting:
• Pemilihan Model Ideal
Idealization dimulai dengan pemilihan metode yang menghasilkan properti mekanis terbaik untuk aplikasi yang direncanakan. Metode VARI dipilih karena memberikan hasil yang lebih konsisten, kualitas serat yang terbasahi resin dengan baik, dan kekuatan komposit yang unggul. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa metode ini dapat menghasilkan nilai kekuatan geser dan tekan yang lebih tinggi, yang sangat penting untuk kebutuhan sambungan SLJ pada float pesawat amfibi.
• Asumsi Realistis
Pada tahap ini, asumsi dibuat bahwa kondisi laboratorium dan ketersediaan peralatan memungkinkan pelaksanaan VARI. Selain itu, penelitian mengasumsikan bahwa peningkatan biaya produksi masih dapat diterima karena keunggulan sifat mekanis yang dihasilkan akan memberikan manfaat jangka panjang pada performa float.
• Simulasi Kondisi Aktual
Metode VARI memungkinkan replikasi kondisi nyata dari adherend yang akan digunakan pada float pesawat amfibi, di mana sifat mekanis seperti kekuatan geser dan ketahanan lingkungan ekstrem sangat penting. Dalam idealization, metode ini menjadi pilihan utama untuk memastikan bahwa hasil penelitian memiliki relevansi langsung dengan penerapan di lapangan.
• Optimasi Efisiensi
Walaupun VARI memerlukan biaya lebih tinggi, metode ini memaksimalkan efisiensi pembuatan komposit dengan meminimalkan porositas dan meningkatkan homogenitas resin-serat. Hasil akhir yang lebih unggul secara mekanis membuat metode ini layak untuk diimplementasikan.
Dengan pendekatan idealization, metode VARI tidak hanya menjadi pilihan teknis yang rasional tetapi juga merupakan strategi optimal untuk mencapai tujuan penelitian. Metode ini memastikan bahwa setiap langkah dalam pembuatan komposit CFRP mendukung kebutuhan aplikasi float pesawat amfibi dengan performa yang andal dalam lingkungan ekstrem.
3.1.2. Sambungan Single Lap Joint (SLJ)
Sambungan Single Lap merupakan tipe yang banyak digunakan di sambungan adhesif. SLJ memiliki keuntungan struktur yang sederhana dan manufaktur yang mudah [14]. SLJ banyak divariasikan untuk meningkatkan kekuatan geser sambungan/lap shear strength. Mulai dari variasi arah serat dimana arah serat 0º Unidirectional sebagai adherend SLJ Carbon memiliki nilai kekuatan lebih tinggi sebesar 7,42 MPa dibandingkan arah serat 90º sebesar 1,99 MPa [15]. Kemudian semakin panjang overlap dari sambungan SLJ semakin menurunkan kekuatan geser sambungan [16]. SLJ memiliki rekomendasi dimensi berdasarkan ASTM D5868 (standar pengujian geser adhesif untuk FRP) seperti terlihat pada gambar 1.
3.1.3. Perlakuan Permukaan terhadap Kekuatan Geser Sambungan
Perlakuan permukaan merupakan hal penting untuk sambungan adhesif. Perlakuan permukaan berperan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada substrat/adherend dan mengatur kekasaran permukaan menjadi seragam. Mencapai hasil akhir permukaan yang optimal adalah tantangan terbesar dalam ikatan adhesif, karena keberadaan kontaminasi atau kekasaran yang tidak memadai dapat mengurangi kekuatan ikatan adhesif [17]. Sehingga perlakuan permukaan merupakan langkah awal yang penting untuk dilakukan untuk mendapatkan kekuatan sambungan yang baik. Perlakuan permukaan telah banyak dikembangkan mulai dari amplas, sand blasting, pembersihan dengan pelarut, agen penghubung, penggoresan asam-basa, oksida anosic, peeling ply, pembentukan korona, plasma, dan laser [18]. Urutan kekuatan geser sambungan dari tertinggi sampai terendah akibat perlakuan permukaan yakni Metal Mesh (24,2 MPa), Peel Ply (14,8 MPa), Amplas (14,5 MPa), Grit Blasting/sand gun (13,7 MPa), aseton (12,0 MPa) [19]. Hal yang sama didapatkan oleh dehagnani et al [20] dimana didapatkan kekuatan geser sambungan terbaik dari SLJ yang di amplas sebesar 24,7 MPa diikuti oleh aseton 23 MPa, High Grit Blasting 20,6 MPa, Low grit blasting 19,9 MPa.
Instruction set:
Pada tahap ini, langkah-langkah implementasi difokuskan pada desain, simulasi, dan analisis data. Berikut ini adalah langkah yang dilakukan
3.2.1. Membuat perhitungan material untuk sayap dengan JavaScript code
Tahapan pembuatan aplikasi perhitungan material untuk sayap pesawat dilakukan dengan pendekatan berbasis teknologi berbasis web menggunakan bahasa pemrograman JavaScript untuk perhitungan dan HTML sebagai antarmuka pengguna. Langkah awal dimulai dengan identifikasi kebutuhan aplikasi. Dalam hal ini, aplikasi bertujuan untuk memeriksa keamanan material wing spar pesawat melalui perhitungan tegangan lentur (bending stress), tegangan geser (shear stress), dan defleksi material. Data masukan yang diperlukan meliputi modulus elastisitas material (Young’s Modulus), beban yang diterapkan (Applied Load), gaya geser (Shear Force), serta dimensi spar (panjang, lebar, tinggi, dan ketebalan). Data ini selanjutnya akan digunakan untuk membandingkan hasil perhitungan dengan batas kekuatan material, seperti yield strength dan shear strength.
Tahap kedua adalah perancangan struktur aplikasi, yang dilakukan dengan membuat form HTML sederhana untuk menerima input data dari pengguna. Form ini dilengkapi dengan elemen-elemen input seperti teks dan tombol. Dalam tahap ini, JavaScript dirancang untuk membaca data input dari pengguna, melakukan perhitungan mekanika berbasis persamaan teknik material, dan menampilkan hasilnya kembali ke antarmuka web. Perhitungan melibatkan tiga parameter utama, yaitu tegangan lentur, tegangan geser, dan defleksi.
Tahap selanjutnya adalah implementasi kode menggunakan JavaScript. Data masukan yang diberikan pengguna diproses melalui fungsi-fungsi perhitungan yang mengimplementasikan rumus-rumus di atas. JavaScript digunakan untuk membaca nilai masukan melalui fungsi tertentu, melakukan perhitungan secara langsung, dan menampilkan hasil perhitungan berupa nilai tegangan lentur, tegangan geser, serta defleksi pada antarmuka. Pada tahap ini, validasi dilakukan untuk memastikan nilai masukan berada dalam rentang yang wajar, seperti mencegah nilai negatif atau nol pada parameter fisik.
Tahap keempat adalah uji coba aplikasi, di mana berbagai kombinasi nilai masukan diuji untuk memastikan akurasi perhitungan dan konsistensi hasil. Validasi hasil dilakukan dengan membandingkan nilai tegangan dan defleksi terhadap data literatur teknik material untuk memastikan keandalan aplikasi. Terakhir, dilakukan optimalisasi antarmuka pengguna agar hasil perhitungan mudah dipahami. Hasil uji coba menunjukkan aplikasi ini mampu memberikan hasil yang konsisten dan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pemilihan material untuk wing spar pesawat. Yang ditunjukan gambar 2.
Secara keseluruhan, metodologi ini mencakup seluruh proses dari perancangan hingga pengujian untuk menghasilkan aplikasi yang fungsional dan dapat diandalkan. Implementasi ini diharapkan memberikan kemudahan bagi pengguna dalam menganalisis keamanan material secara cepat dan efektif.
3.2.2. Pembuatan Adherend Komposit CFRP Langkah pertama pembuatan panel komposit dengan serat karbon UD sebanyak 12 lapis berdimensi 500x500 mm, resin vinyl ester, cobalt, dan percumy H dengan perbandingan 100:0,3:1. Komposisi serat dan resin sebesar 40:60. Serat dan resin dicampur kedalam sistem VARI dengan tekanan -1 Pa seperti pada gambar 3.
Pemotongan panel komposit menjadi sampel adherend komposit CFRP sesuai dengan standar ASTM D5868 dimana dimensi adherend 101,6 x 25,4 x 2,5 mm seperti terlihat pada gambar 4, adherend atas dan bawah digabung dengan overlap 25,4 mm. Pemotongan menggunakan water jet agar presisi dimensi dari adherend tetap terjaga dengan baik.
3.2.3. Surface Treatment Kemudian dilakukan perlakuan permukaan terhadap adherend dengan menggunakan tiga cara berbeda seperti terlihat pada gambar 5. Cara pertama dengan menggunakan variasi amplas grit 100, 400, 800. Amplas dipasang di mesin Rockweel sand belt dengan kecepatan 1700 fpm. Adherend diamplas dengan arah random selama 120 detik. Cara kedua adherend ditembakan dengan Sabetsu sand gun yang berisi pasir silika selama 10 detik dengan arah random. Dan cara ketiga adherend di cuci dengan aseton selama 60 detik.
3.2.4. Pengujian Kekuatan Mekanis Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dulu melakukan pengukuran dimensi setiap spesimen SLJ dalam sampel dimana setiap sampel berisi lima spesimen. Dimensi yang diukur adalah lebar, tebal, dan panjang dengan pengukuran setiap dimensi dilakukan sebanyak tiga kali dan nilai yang didapatkan di jumlahkan lalu dirata-rata untuk mendapatkan nilai pengukuran yang objektif. Kemudian akan dilakukan pengujian kekuatan geser dengan universal testing Machine (UTM) TENSILON kapasaitas 100kN yang berada di pusat riset teknologi penerbangan, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) seperti terlihat pada gambar 6. Sesuai ASTM D5868 pengujian dilakukan dengan speed rate 13mm/min. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan nilai maksimal pembebanan/maximum load (N), kekuatan geser sambungan/lap shear strength (MPa), dan perpanjangan/elongation dari ketiga jenis SLJ baik sebelum maupun setelah perendaman dengan air laut selama 30 hari.
H. Results & Discussion
Penelitian yang direncanakan dalam studi ini, yaitu "Pengaruh Surface Treatment pada Komposit Single Lap Joint (SLJ) pada Float Pesawat Amfibi," saat ini belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Akan tetapi, arah penelitian ini dapat dikaitkan dengan kajian serupa yang telah dilakukan sebelumnya oleh K. Abdurohman et. al [21]. Penelitian tersebut memberikan landasan ilmiah yang relevan, khususnya dalam memahami pengaruh perlakuan permukaan terhadap kekuatan geser SLJ pada material komposit, sehingga dapat dijadikan acuan awal untuk penelitian ini.
Gambar 7 dalam menampilkan grafik kekuatan geser SLJ terhadap berbagai tingkat perlakuan abrasif (amplasan). Grafik ini menunjukkan bahwa kekuatan geser SLJ meningkat secara signifikan ketika permukaan material mengalami perlakuan abrasif ringan hingga sedang. Hal ini dijelaskan melalui mekanisme peningkatan area kontak antara adhesif dan adherend, yang memungkinkan adhesi yang lebih baik pada permukaan komposit. Perlakuan abrasif meningkatkan kekasaran mikro (micro-roughness), yang tidak hanya menambah area ikatan tetapi juga menciptakan ikatan mekanis yang lebih kuat antara lapisan adhesif dan permukaan adherend.
Namun, terdapat titik optimal dalam intensitas perlakuan abrasif. Ketika permukaan terlalu kasar akibat amplasan dengan grit terlalu rendah, kekuatan geser cenderung menurun. Penurunan ini dihipotesiskan terjadi akibat kerusakan mikro pada lapisan permukaan material komposit, seperti delaminasi awal atau degradasi serat. Dengan kata lain, meskipun amplasan dapat meningkatkan kekuatan adhesif, terlalu banyak pengikisan justru dapat merusak integritas material dan menurunkan performa struktur sambungan.
Table 1 memberikan data kuantitatif kekuatan geser SLJ dari berbagai perlakuan permukaan abrasif, termasuk nilai rata-rata, standar deviasi, dan persentase peningkatan dibandingkan kontrol (tanpa perlakuan). Dari tabel ini, terlihat bahwa amplasan dengan grit tertentu (seperti 600 atau 800) menghasilkan kekuatan geser tertinggi, dengan peningkatan hingga 20%-30% dibandingkan kondisi tanpa perlakuan.
Namun, hasil ini juga menunjukkan adanya variasi yang cukup signifikan pada kekuatan geser antar sampel yang diuji, yang tercermin dari nilai standar deviasi. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor seperti konsistensi proses perlakuan abrasif, distribusi kekasaran permukaan, dan ketebalan adhesif memainkan peran penting dalam hasil akhir. Ketidakseragaman dalam proses bisa menyebabkan hasil yang bervariasi, sehingga diperlukan kontrol ketat dalam setiap tahap perlakuan permukaan untuk memastikan hasil yang optimal.
Berdasarkan hasil ini, perlakuan abrasif pada SLJ dapat dioptimalkan untuk digunakan pada aplikasi spesifik seperti float pesawat amfibi. Float pesawat membutuhkan sambungan dengan kekuatan geser tinggi untuk memastikan ketahanan terhadap beban mekanis selama proses take-off dan landing di perairan. Penerapan hasil penelitian ini pada float pesawat akan membutuhkan evaluasi lebih lanjut terhadap jenis permukaan komposit (misalnya CFRP atau GFRP), jenis adhesif yang digunakan, serta lingkungan ekstrem seperti perendaman air laut.
Hasil ini memberikan pemahaman awal bahwa pemilihan perlakuan permukaan yang tepat dapat meningkatkan kekuatan geser SLJ secara signifikan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan mampu memperdalam hasil sebelumnya, dengan memperluas kajian pada variasi surface treatment tambahan, penggunaan adhesif khusus, serta kondisi lingkungan operasional yang lebih kompleks.
Dengan memahami pengaruh variabel surface treatment pada komposit, baik dari segi jenis perlakuan abrasif maupun tingkat kekasaran permukaan terhadap kekuatan geser (shear strength) sambungan single lap joint (SLJ), menjadi lebih mudah untuk melakukan optimasi desain sambungan dengan tujuan tertentu. Float pesawat amfibi, yang memerlukan sambungan dengan kekuatan tinggi untuk menghadapi beban mekanis dan lingkungan ekstrem, dapat dirancang lebih efisien melalui penyesuaian teknik perlakuan permukaan ini. Dengan memanfaatkan perlakuan abrasif yang tepat, industri dapat mengoptimalkan penggunaan komposit seperti CFRP atau GFRP pada float pesawat tanpa harus selalu bergantung pada teknologi manufaktur yang sangat mahal. Hal ini memungkinkan teknologi pesawat amfibi menjadi lebih inklusif dan dapat diakses oleh industri berskala menengah, sehingga memperluas pemanfaatannya. Suatu inovasi yang dapat diaplikasikan secara luas mencerminkan kapasitas manusia sebagai makhluk yang diberi akal untuk menciptakan teknologi yang bermanfaat, yang pada hakikatnya adalah bentuk pengabdian manusia kepada Allah. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia bertanggung jawab untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi memberikan manfaat bagi masyarakat yang lebih luas, dengan tetap menjaga keseimbangan dan keberlanjutan alam.
I. Conclusion, Closing Remarks, Recommendations
Integrasi DAI5 Framework dalam penelitian ini memberikan pendekatan holistik dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan kekuatan sambungan single lap joint (SLJ) pada float pesawat amfibi. Tidak seperti pendekatan konvensional yang hanya berfokus pada aspek teknis, DAI5 mengarahkan proses penelitian agar lebih terstruktur, bermakna, dan berorientasi keberlanjutan.
• 5.1. Intention dalam penelitian ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kekuatan geser sambungan SLJ, tetapi juga menciptakan nilai tambah yang berdampak luas, seperti meningkatkan performa struktural float pesawat amfibi, memperpanjang masa pakai komponen, serta mendukung pengembangan teknologi yang lebih hemat biaya dan ramah lingkungan. Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi signifikan dalam menciptakan desain pesawat amfibi yang lebih andal dan dapat diakses oleh industri kecil hingga menengah.
• 5.2. Initial Thinking membantu peneliti memahami inti dari permasalahan, yaitu bagaimana perlakuan permukaan (surface treatment) memengaruhi kekuatan geser pada sambungan komposit. Pada tahap ini, peneliti mengeksplorasi berbagai metode perlakuan permukaan, seperti abrasif atau perlakuan mekanis lainnya, serta menghubungkannya dengan hukum fisika seperti distribusi tegangan dan perilaku adhesi material.
• 5.3. Idealisation memungkinkan peneliti untuk menyederhanakan masalah yang kompleks, seperti sifat anisotropik material komposit, menjadi model yang lebih sederhana melalui pendekatan asumsi yang rasional. Penyederhanaan ini tidak hanya mempermudah analisis numerik dan teoretis tetapi juga mendukung pengembangan desain awal float pesawat amfibi yang lebih efektif tanpa mengabaikan akurasi hasil.
• 5.4. Instruction Step memberikan panduan teknis yang sistematis untuk melakukan eksperimen, mulai dari persiapan material komposit, proses perlakuan permukaan, hingga pengujian kekuatan geser. Pendekatan ini membantu memastikan bahwa setiap tahap proses dilakukan secara terorganisir dan efisien, mengurangi risiko kesalahan prosedural, serta mendukung reproduksibilitas hasil penelitian.
Saran pengembangan dari penelitian ini meliputi eksplorasi metode surface treatment yang lebih inovatif, pengujian material komposit berbasis CFRP untuk float pesawat, hingga integrasi simulasi numerik dan uji eksperimental untuk memahami interaksi kompleks antara perlakuan permukaan dan performa sambungan SLJ. Future work ini bertujuan tidak hanya meningkatkan kekuatan sambungan, tetapi juga menciptakan desain float pesawat amfibi yang lebih ringan, hemat bahan, dan ramah lingkungan. Semua langkah ini sejalan dengan prinsip DAI5 Framework, yang menekankan kebermanfaatan teknis, ekonomis, dan keberlanjutan lingkungan.
J. Acknowledgments
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat memahami permasalahan yang dihadapi dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Ahmad Indra Siswantara yang telah memperkenalkan DAI5 Frameworks. Pendekatan ini tidak hanya membantu secara sistematis dalam menyelesaikan permasalahan, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya niat (intention) dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
K. (References) Literature Cited
[1] M. Ramdhan and T. Arifin, “APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENILAIAN PROPORSI LUAS LAUT INDONESIA,” 2018. [Online]. Available: https://www.researchgate.net/publication/323999918
[2] N. Lailatul Muzayadah, R. Agung Pratomo, A. Nugroho, and A. Rahmadi, “Kajian Material Karbon untuk Pengembangan Float Seaplane,” 2020.
[3] Z. Jiang, S. Wan, Z. Fang, and A. Song, “Static and fatigue behaviours of a bolted GFRP/steel double lap joint,” Thin-Walled Structures, vol. 158, Jan. 2021, doi: 10.1016/j.tws.2020.107170.
[4] J. Liu, A. Zhao, Z. Ke, Z. Zhu, and Y. Bi, “Influence of rivet diameter and pitch on the fatigue performance of riveted lap joints based on stress distribution analysis,” Materials, vol. 13, no. 16, Aug. 2020, doi: 10.3390/MA13163625.
[5] D. Gai, Z. Yao, H. Xu, K. Yang, S. Yang, and S. Yu, “Mechanical and failure analysis of ‘outer single lap’ adhesive joints of carbon fiber reinforced plastics under hygrothermal conditions,” Int J Adhes Adhes, vol. 134, Sep. 2024, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2024.103793.
[6] J. Kupski and S. Teixeira de Freitas, “Design of adhesively bonded lap joints with laminated CFRP adherends: Review, challenges and new opportunities for aerospace structures,” Compos Struct, vol. 268, Jul. 2021, doi: 10.1016/j.compstruct.2021.113923.
[7] K. Abdurohman et al., “Influence of Abrasion Treatments on Performance of Adhesively Bonded Glass/Vinyl Ester Single Lap Joints,” Evergreen, vol. 11, no. 2, pp. 806–820, Jun. 2024, doi: 10.5109/7183361.
[8] S. Shi, Z. Liu, H. Lv, X. Zhou, Z. Sun, and B. Chen, “The tensile properties of adhesively bonded single lap joints with short kevlar fiber,” Int J Adhes Adhes, vol. 134, Sep. 2024, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2024.103794.
[9] C. Bellini, G. Parodo, and L. Sorrentino, “Effect of operating temperature on aged single lap bonded joints,” Defence Technology, vol. 16, no. 2, pp. 283–289, Apr. 2020, doi: 10.1016/j.dt.2019.05.015.
[10] J. M. Sousa, J. R. Correia, J. Gonilha, S. Cabral-Fonseca, J. P. Firmo, and T. Keller, “Durability of adhesively bonded joints between pultruded GFRP adherends under hygrothermal and natural ageing,” Compos B Eng, vol. 158, pp. 475–488, Feb. 2019, doi: 10.1016/j.compositesb.2018.09.060.
[11] A. T. Bhatt, P. P. Gohil, and V. Chaudhary, “Primary Manufacturing Processes for Fiber Reinforced Composites: History, Development & Future Research Trends,” in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, Institute of Physics Publishing, Apr. 2018. doi: 10.1088/1757-899X/330/1/012107.
[12] D. K. Rajak, D. D. Pagar, P. L. Menezes, and E. Linul, “Fiber-reinforced polymer composites: Manufacturing, properties, and applications,” Oct. 01, 2019, MDPI AG. doi: 10.3390/polym11101667.
[13] K. Abdurohman, R. A. Pratomo, R. Hidayat, and R. Ramadhan, “A Comparison of Vacuum Infusion, Vacuum Bagging, and Hand Lay-Up Process on The Compressive and Shear Properties of GFRP Materials,” 2023, doi: 10.59981/ijoa.2023.286.
[14] L. Sun, C. Li, Y. Tie, Y. Hou, and Y. Duan, “Experimental and numerical investigations of adhesively bonded CFRP single-lap joints subjected to tensile loads,” Int J Adhes Adhes, vol. 95, Dec. 2019, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2019.102402.
[15] A. Gunawan, M. Widanto, K. Abdurohman, and R. Pratomo, “Effect of Adhesive Types and Fiber Orientation on Mechanical Properties of Single Lap Joint Composite Using Vacuum-Assisted Resin Infusion Manufacturing Method,” European Alliance for Innovation n.o., May 2024. doi: 10.4108/eai.8-11-2023.2345855.
[16] A. Metehri, K. Madani, and R. D. S. G. Campilho, “Numerical analysis of the geometrical modifications effects on the tensile strength of bonded single-lap joints,” Int J Adhes Adhes, vol. 134, Sep. 2024, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2024.103814.
[17] LFM. DA SILVA, INTRODUCTION TO ADHESIVE BONDING. WILEY VCH, 2021.
[18] J. Liu, Y. Xue, X. Dong, Y. Fan, H. Hao, and X. Wang, “Review of the surface treatment process for the adhesive matrix of composite materials,” Int J Adhes Adhes, vol. 126, Aug. 2023, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2023.103446.
[19] M. Pawlik, L. Y. Yu Cheah, U. Gunputh, H. Le, P. Wood, and Y. Lu, “Surface engineering of carbon fibre/epoxy composites with woven steel mesh for adhesion strength enhancement,” Int J Adhes Adhes, vol. 114, Apr. 2022, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2022.103105.
[20] R. C. Dehaghani, D. Cronin, and J. Montesano, “Performance and failure assessment of adhesively bonded non-crimp fabric carbon fiber/epoxy composite single lap joints,” Int J Adhes Adhes, vol. 105, Mar. 2021, doi: 10.1016/j.ijadhadh.2020.102776.
[21] K. Abdurohman et al., “Experimental investigation of the effect of abrasive treatment on the single lap shear joint strength of E-glass composite,” AIP Conf. Proc. 2941, Jan. 2023, doi.org/10.1063/5.0181522.
L. Appendices