Difference between revisions of "Perencanaan Rumah 2 Lantai"
Budi Ismoyo (talk | contribs) (Created page with "'''Desain Rumah 2 Lantai''' Semakin tingginya harga tanah pada saat ini, menyebabkan developer memperkecil luasan tanah maupun bangunan agar harga tetap dapat dijangkau konsu...") |
Budi Ismoyo (talk | contribs) |
||
(7 intermediate revisions by the same user not shown) | |||
Line 16: | Line 16: | ||
Berdasarkan letak dan posisinya, pondasi digolongkan menjadi 2 jenis : | Berdasarkan letak dan posisinya, pondasi digolongkan menjadi 2 jenis : | ||
− | a. Pondasi dangkal (shallow footing) yang berupa : | + | '''a. Pondasi dangkal (shallow footing)''' yang berupa : |
− | Pondasi tapak (square footing). Dimana beban yang disalurkan disebarkan melalui lebar telapak pondasi. Dimana intensitas beban yang diteruskan ketanah haruslah lebih kecil dari daya dukung tanah yang diijinkan. | + | '''Pondasi tapak (square footing)'''. Dimana beban yang disalurkan disebarkan melalui lebar telapak pondasi. Dimana intensitas beban yang diteruskan ketanah haruslah lebih kecil dari daya dukung tanah yang diijinkan. |
+ | |||
+ | [[File:Cakar Ayam.JPG]] | ||
+ | |||
+ | '''Pondasi menerus (continous footing)'''. Dapat digunakan pada tanah yang seragam. Ciri-ciri Pondasi menerus adalah : | ||
+ | |||
+ | • Ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama; | ||
+ | |||
+ | • Dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom; | ||
+ | |||
+ | • Biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat; | ||
+ | |||
+ | • Untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah diperlebar menjadi pelat. | ||
+ | |||
+ | [[File:Pondasi Menerus.jpg]] | ||
+ | |||
+ | '''Pondasi Setempat'''. Dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom pendukung/kolom struktur), tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan. | ||
+ | |||
+ | [[File:Pondasi Setempat.jpg]] | ||
+ | |||
+ | '''b. Pondasi Dalam (Deep Footing)''', yang antara lain : | ||
+ | |||
+ | '''Pondasi tiang pancang'''. Beban dan bobot disalurkan dengan mekanisme pergeseran antara tanah dan pondasi (tiang), dan dukungan dari lapisan tanah keras pada kedalaman tertentu. Pile adalah komponen penerus beban yang berbentuk panjang dan vertical. Pile dapat terbuat dari bahan kayu, besi/baja, beton atau kombinasi diantaranya, tergantung dari berat beban yang dipikul. | ||
+ | |||
+ | '''Pondasi caisson'''; yaitu macam pondasi dalam yang mempunyai diameter tiang yang besar.Pondasi yang berupa konstruksi sumuran vertical yang mencapai tanah keras. Bilamana bangunan terletak pada tanah yang berpasir dan letak tanah keras pada lapisan yang dalam, maka tipe pondasi ini perlu dipertimbangkan. Dengan kata lain sumuran sebenarnya merupakan kolom pada sub struktur yang berfungsi mendukung beban dari upper struktur dan melaluinya beban akan disalurkan ke tanah. | ||
+ | |||
+ | [[File:Pondasi_tiang-pancang.jpg]] | ||
+ | |||
+ | Dengan pertimbangan kecocokan tipe pondasi dengan rumah yang akan dibangun, kepraktisan dan waktu pengerjaan maka dipilih jenis pondasi dangkal (shallow footing) yang berupa pondasi tapak (square footing) atau yang umum dikenal sebagai pondasi cakar ayam. | ||
+ | |||
+ | Pondasi cakar ayam akan didesain dengan angka keamanan Fs, yang besarnya sekitar 3 digunakan untuk menghitung daya dukung yang diijinkan untuk tanah di bawah pondasi. Beban mati dan beban hidup di atas permukaan tanah, W(D+L) ; berat pondasi itu sendiri WF, dan berat tanah yang terletak tepat di atas pondasi Ws. Dari poin-poin diatas maka beberapa batasan kriteria desain ditetapkan, antara lain : | ||
+ | |||
+ | 1. Luas bangunan 2 x 38m2 | ||
+ | |||
+ | 2. 9 titik pondasi dengan jarak 3 meter | ||
+ | |||
+ | 3. Daya dukung tanah yang diijinkan qijin = 100 kN/m2 | ||
+ | |||
+ | 4. Tipe beton K250 dengan tekanan ijin 225kg/cm2 dengan berat 2330kg/m3 | ||
+ | |||
+ | 5. Beban pondasi itu sendiri (WF) diestimasi dari asumsi ukuran awal pondasi dengan ukuran berikut : | ||
+ | |||
+ | WF = berat jenis beton x volume beton | ||
+ | |||
+ | Dengan asumsi awal Y = 30 cm maka | ||
+ | |||
+ | = 2330 kg/m3 x (0,6x0,6x0,3xm3) | ||
+ | |||
+ | = 251,64 kg | ||
+ | |||
+ | [[File:Pondasi_Rumah1.JPG]] | ||
+ | |||
+ | 6. Beban WS adalah urugan tanah dengan bobot perkiraan 100kg Tebal kolom didesain mendekati tebal tembok yaitu 20 cm dengan panjang kolom 40 cm (besi beton 8 x ø12 mm) | ||
+ | |||
+ | 7. Beban mati (tembok, lantai, kolom) 900 kg tiap pondasi dan beban hidup 300 kg/m2 asumsi dilantai 2 untuk lantai 1 beban ditopang tanah , sehingga beban tiap pondasi diestimasi : | ||
+ | |||
+ | W(D+L) = 900 kg/pondasi + (300 kg/m2x36m2/9pondasi) + 251 kg/pondasi + 100 kg/pondasi = 6810 kg/pondasi | ||
+ | |||
+ | Maka qijin > Safety factor x (WF + W(D+L) + WS) 10204,08 kg/m2 > SF x 6810 kg/m2 | ||
+ | |||
+ | Safety factor idealnya 2-4 kali karena daya tahan tanah yang tersedia sebesar itu, maka yang bisa dipakai untuk mengurangi tekanan ke tanah adalah menambah luas tapak pondasi. Sehingga tapak pondasi sudah sesuai standard desain. | ||
+ | |||
+ | Selanjutnya adalah tipe beton yang dipakai K225 dengan ketebalan 30 cm apakah mampu menahan tegangan geser akibat beban. Optimal tebal berapa cm yang mampu menahan beban 6810 kg/m2. | ||
+ | |||
+ | Dengan mengambil acuan tegangan geser penampang kritis beton K225 dengan tulangan sebesar 5,5 kg/cm2 maka tebal pondasi minimal (Y) yang diperlukan berdasar simulasi EES setidaknya tebal minimal 15 cm. Sehingga spesifikasi 80 x 80 x 30 cm masuk dalam spesifikasi. | ||
+ | |||
+ | [[File:EES_Budi_Ismoyo.JPG]] |
Latest revision as of 15:23, 24 February 2019
Desain Rumah 2 Lantai
Semakin tingginya harga tanah pada saat ini, menyebabkan developer memperkecil luasan tanah maupun bangunan agar harga tetap dapat dijangkau konsumen. Ketika konsumen merasa tempat huniannya semakin sempit dengan bertambahnya jumlah keluarga maka dengan luas tanah yang terbatas pilihan yang dapat dilakukan adalah membangun rumah secara vertikal. Namun dalam memutuskan membangun rumah 2 lantai atau lebih, perlu mempertimbangkan histori tanah apakah tanah tersebut tanah bekas timbunan atau tidak. Pertimbangan ini diperlukan untuk mendesain pondasi.
Pondasi
Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur bangunan (sub-structure) yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur bangunan (upper-structure) ke lapisan tanah yang berada di bagian bawahnya tanpa mengakibatkan keruntuhan geser tanah, dan penurunan (settlement) tanah/ Pondasi yang berlebihan. Karena kekuatan dari sub-struktur ini tergantung pada karakteristik tanah pendukung dan pengaruh dari super-struktur, maka struktur pondasi dan lapisan tanah harus diperhitungkan sebagai satu kesatuan. Adapun beberapa pengertian pondasi dalam kontruksi, antara lain :
1. Suatu badian konstruksi bangunan yang memiliki fungsi untuk memindahkan beban/bobot/gaya yang ditimbulkan oleh bangunan yang ada diatasnya kedalam tanah.
2. Bagian bangunan yang menghubungkan bangunan tersebut dengan tanah, dimana tanah harus menerima beban dari bangunan tersebut (beban mati dan beban hidup) dan tugas pondasi untuk membagi beban itu sehingga tekanan tanah yang diizinkan (daya dukung) tidak terlewati.
3. Konstruksi yang diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri dan menghindari penurunan bangunan yang tidak merata.
Berdasarkan letak dan posisinya, pondasi digolongkan menjadi 2 jenis :
a. Pondasi dangkal (shallow footing) yang berupa :
Pondasi tapak (square footing). Dimana beban yang disalurkan disebarkan melalui lebar telapak pondasi. Dimana intensitas beban yang diteruskan ketanah haruslah lebih kecil dari daya dukung tanah yang diijinkan.
Pondasi menerus (continous footing). Dapat digunakan pada tanah yang seragam. Ciri-ciri Pondasi menerus adalah :
• Ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama;
• Dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom;
• Biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat;
• Untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah diperlebar menjadi pelat.
Pondasi Setempat. Dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom pendukung/kolom struktur), tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan.
b. Pondasi Dalam (Deep Footing), yang antara lain :
Pondasi tiang pancang. Beban dan bobot disalurkan dengan mekanisme pergeseran antara tanah dan pondasi (tiang), dan dukungan dari lapisan tanah keras pada kedalaman tertentu. Pile adalah komponen penerus beban yang berbentuk panjang dan vertical. Pile dapat terbuat dari bahan kayu, besi/baja, beton atau kombinasi diantaranya, tergantung dari berat beban yang dipikul.
Pondasi caisson; yaitu macam pondasi dalam yang mempunyai diameter tiang yang besar.Pondasi yang berupa konstruksi sumuran vertical yang mencapai tanah keras. Bilamana bangunan terletak pada tanah yang berpasir dan letak tanah keras pada lapisan yang dalam, maka tipe pondasi ini perlu dipertimbangkan. Dengan kata lain sumuran sebenarnya merupakan kolom pada sub struktur yang berfungsi mendukung beban dari upper struktur dan melaluinya beban akan disalurkan ke tanah.
Dengan pertimbangan kecocokan tipe pondasi dengan rumah yang akan dibangun, kepraktisan dan waktu pengerjaan maka dipilih jenis pondasi dangkal (shallow footing) yang berupa pondasi tapak (square footing) atau yang umum dikenal sebagai pondasi cakar ayam.
Pondasi cakar ayam akan didesain dengan angka keamanan Fs, yang besarnya sekitar 3 digunakan untuk menghitung daya dukung yang diijinkan untuk tanah di bawah pondasi. Beban mati dan beban hidup di atas permukaan tanah, W(D+L) ; berat pondasi itu sendiri WF, dan berat tanah yang terletak tepat di atas pondasi Ws. Dari poin-poin diatas maka beberapa batasan kriteria desain ditetapkan, antara lain :
1. Luas bangunan 2 x 38m2
2. 9 titik pondasi dengan jarak 3 meter
3. Daya dukung tanah yang diijinkan qijin = 100 kN/m2
4. Tipe beton K250 dengan tekanan ijin 225kg/cm2 dengan berat 2330kg/m3
5. Beban pondasi itu sendiri (WF) diestimasi dari asumsi ukuran awal pondasi dengan ukuran berikut :
WF = berat jenis beton x volume beton
Dengan asumsi awal Y = 30 cm maka
= 2330 kg/m3 x (0,6x0,6x0,3xm3)
= 251,64 kg
6. Beban WS adalah urugan tanah dengan bobot perkiraan 100kg Tebal kolom didesain mendekati tebal tembok yaitu 20 cm dengan panjang kolom 40 cm (besi beton 8 x ø12 mm)
7. Beban mati (tembok, lantai, kolom) 900 kg tiap pondasi dan beban hidup 300 kg/m2 asumsi dilantai 2 untuk lantai 1 beban ditopang tanah , sehingga beban tiap pondasi diestimasi :
W(D+L) = 900 kg/pondasi + (300 kg/m2x36m2/9pondasi) + 251 kg/pondasi + 100 kg/pondasi = 6810 kg/pondasi
Maka qijin > Safety factor x (WF + W(D+L) + WS) 10204,08 kg/m2 > SF x 6810 kg/m2
Safety factor idealnya 2-4 kali karena daya tahan tanah yang tersedia sebesar itu, maka yang bisa dipakai untuk mengurangi tekanan ke tanah adalah menambah luas tapak pondasi. Sehingga tapak pondasi sudah sesuai standard desain.
Selanjutnya adalah tipe beton yang dipakai K225 dengan ketebalan 30 cm apakah mampu menahan tegangan geser akibat beban. Optimal tebal berapa cm yang mampu menahan beban 6810 kg/m2.
Dengan mengambil acuan tegangan geser penampang kritis beton K225 dengan tulangan sebesar 5,5 kg/cm2 maka tebal pondasi minimal (Y) yang diperlukan berdasar simulasi EES setidaknya tebal minimal 15 cm. Sehingga spesifikasi 80 x 80 x 30 cm masuk dalam spesifikasi.