Difference between revisions of "User:Anbiamaulana"

From ccitonlinewiki
Jump to: navigation, search
(Pertemuan Mekanika Fluida 1 : 31 Maret 2020)
 
(31 intermediate revisions by the same user not shown)
Line 8: Line 8:
  
 
[[File:Anbia.JPG|200px|right|thumb|Anbia Maulana.S1 Teknik Mesin 2018.Universitas Indonesia]]
 
[[File:Anbia.JPG|200px|right|thumb|Anbia Maulana.S1 Teknik Mesin 2018.Universitas Indonesia]]
 +
 +
== '''Pertemuan Mekanika Fluida 1 : 31 Maret 2020''' ==
 +
  
  
Pertemuan Mekanika Fluida 1 : 31 Maret 2020[edit]
 
 
Bahasan materi mata kuliah hari ini adalah aliran viskositas dan simulasi aliran tersebut dari software CFD. Aliran viskositas hari ini dipaparkan persamaan dan definisi dari aliran viskositas sendiri yaitu rasio perbandingan antara gaya intensitas dan gaya viskos.
 
Bahasan materi mata kuliah hari ini adalah aliran viskositas dan simulasi aliran tersebut dari software CFD. Aliran viskositas hari ini dipaparkan persamaan dan definisi dari aliran viskositas sendiri yaitu rasio perbandingan antara gaya intensitas dan gaya viskos.
  
Line 17: Line 19:
 
aplikasi CFD-SOF ini dari awal dengan mencontohkan suatu kasus yaitu simulasi aliran laminar 2D dengan mengaplikasikan aliran viscous.
 
aplikasi CFD-SOF ini dari awal dengan mencontohkan suatu kasus yaitu simulasi aliran laminar 2D dengan mengaplikasikan aliran viscous.
  
Bang Edo memberikan materi dan pengenalan terhadap aplikasi CFDSOF ini secara efektif dan jelas. Fungsi ''share screen'' yang merupakan salah satu fasilitas di aplikasi Zoom pun dimanfaatkan dengan baik sehingga saya pun bisa mengikuti arahan Bang Edo dengan baik. Dan saya dapat menyimpulkan bahwa, CFDSOF merupakan software simulasi analisis rekayasa berbasis Computational Fluid Dynamics (CFD). Dalam simulasi dibuat geometri yang berbentuk box dan ukuran dimensi yang menggunakan sumbu x,y,z. Simulasi tersebut terbagi atas penentuan base mesh, generate mesh, check mesh, simulation model, fluid properties, dan boundary condition dan di akhir simulasi menekan tombol pada solver. Berikut beberapa gambar yang bisa saya ambil ketika saya mencoba aplikasi CFDSOF dengan arahan Bang Edo:
+
Bang Edo memberikan materi dan pengenalan terhadap aplikasi CFDSOF ini secara efektif dan jelas. CFDSOF merupakan software simulasi analisis rekayasa berbasis Computational Fluid Dynamics (CFD). Dalam simulasi dibuat geometri yang berbentuk box dan ukuran dimensi yang menggunakan sumbu x,y,z. Simulasi tersebut terbagi atas penentuan base mesh, generate mesh, check mesh, simulation model, fluid properties, dan boundary condition dan di akhir simulasi menekan tombol pada solver. Berikut beberapa gambar yang bisa saya ambil ketika saya mencoba aplikasi CFDSOF dengan arahan Bang Edo:
 
 
 
 
[[File:gambar.png|700px]]
 
  
  
Line 26: Line 25:
  
  
[[File:hayo.png|700px]]
 
  
  
 
Grafik dari hasil simulasi dengan hubungan momentum residual vs waktu, dengan 110 iterasi yang dihasilkan. Run time dibuat dengan 1000 unit. Berikut gambarnya :
 
Grafik dari hasil simulasi dengan hubungan momentum residual vs waktu, dengan 110 iterasi yang dihasilkan. Run time dibuat dengan 1000 unit. Berikut gambarnya :
 
 
[[File:kuy.png|300px]]
 
 
  
 
Dalam simulasi dibuat geometri berbentuk box dan ukuran dimensi yang menggunakan sumbu x,y,z. Simulasi tersebut terbagi atas penentuan base mesh, generate mesh, check mesh, simulation model, fluid properties , dan boundary condition.
 
Dalam simulasi dibuat geometri berbentuk box dan ukuran dimensi yang menggunakan sumbu x,y,z. Simulasi tersebut terbagi atas penentuan base mesh, generate mesh, check mesh, simulation model, fluid properties , dan boundary condition.
Line 55: Line 49:
 
5. Bagaimana cara menghitung pressure drop suatu aliran dalam laminar/turbulen?
 
5. Bagaimana cara menghitung pressure drop suatu aliran dalam laminar/turbulen?
  
[[File:Pressure Drop Pipa.PNG|600px|thumb|center]]
+
[[File:Screen_Shot_2020-06-16_at_08.58.19.png|500px|thumb|center]]
 
 
[[File:Rumus Pressure Drop.PNG|300px|thumb|center]]
 
 
 
== '''Pertemua Rabu, 1 April 2020''' ==
 
  
 
Pada pertemuan ini Pak Dai menjelaskan tentang 3 Hukum Konservasi yang mana terdiri dari Massa, Mommentum, dan Energi.
 
Pada pertemuan ini Pak Dai menjelaskan tentang 3 Hukum Konservasi yang mana terdiri dari Massa, Mommentum, dan Energi.
  
 
[[File:Hukum.png|250px|center|Rumus Dasar Hukum Konservasi]]
 
[[File:Hukum.png|250px|center|Rumus Dasar Hukum Konservasi]]
 +
 +
[[File:Screen_Shot_2020-06-17_at_18.35.09.png|250px|center|Rumus Dasar Hukum Konservasi]]
  
 
Lalu penjelasan perbedaan Pendekatan Sistem (Lagrange) dan Control Volum (Euler). Penjelasan tentang Preassure Drop, yang mana perumusan untuk mencari pressure drop adalah Tekanan total yang masuk dikurangi dengan tekanan total yang keluar.
 
Lalu penjelasan perbedaan Pendekatan Sistem (Lagrange) dan Control Volum (Euler). Penjelasan tentang Preassure Drop, yang mana perumusan untuk mencari pressure drop adalah Tekanan total yang masuk dikurangi dengan tekanan total yang keluar.
Line 75: Line 67:
 
Diberikan latihan soal dengan penyelesaiaan menggunakan CFDSOF:
 
Diberikan latihan soal dengan penyelesaiaan menggunakan CFDSOF:
  
[[File:soal latihan.png|200px|center|Soal Latihan]]
+
[[File:soal latihan.png|400px|center|Soal Latihan]]
  
 
'''Hasil dari pemecahan masalah menggunakan CFDSOF terdiri dari Grafik dan perbandingan kecepatan dari beberapa titik.'''
 
'''Hasil dari pemecahan masalah menggunakan CFDSOF terdiri dari Grafik dan perbandingan kecepatan dari beberapa titik.'''
Line 81: Line 73:
 
Hasil pemecahan masalah untuk Soal a1 dan b1 yang mana dengan kecepata 0,01 m/s dan dynamik viskos 4x10^-5
 
Hasil pemecahan masalah untuk Soal a1 dan b1 yang mana dengan kecepata 0,01 m/s dan dynamik viskos 4x10^-5
  
[[File:grafik V_P_a1-b1.png|500px|Grafik untuk soal a1 dan b1]]   
 
  
[[File:perubahan_V_a1-b1.png|500px|Perubahan pada beberapa titik untuk soal a1 dan b1]]
+
Hasil untuk soal a2 dengan keceparan 0,01 m/s dan dynamik viskos 10^-5
 +
 
 +
 
 +
Hasil untuk soal b2 dengan kecepatan 0,04 m/s dan dynamik viskos 4x10^-5
 +
 
 +
 
 +
Dari hasil simulasi CFDSOF yang disupport oleh software paraview pada point b bagian 1 dan 2, perubahan kecepatan pada entrance region lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan kecepatan setelah entrance region yang mana perubahan kecepatan jauh lebih kecil. Hal ini menguatkan teori bahwa perhitungan kecepatan pada daerah entrance region jauh lebih kompleks daripada perubahan kecepatan pada fully developed region yang mana perubahan kecepatan sangat kecil sehingga perhitungannya pun jauh lebih simpel.
 +
 
 +
Pada poin a dan b, seiring dengan perubahan kecepatan pada entrance region, parameter lain yang berubah adalah tekanan dinamik dikarenakan hubungan tekanan dinamik dan kecepatan adalah sebagai berikut :
 +
 
 +
Dengan μ dan V berturut-turut adalah viskositas dinamik dan kecepatan. Hal ini menyebabkan tekanan dinamik cenderung lebih konstan ketika berada pada fully developed region dikarenakan perubahan kecepatan pada daerah tersebut sangat kecil, namun sebaliknya tekanan dinamik cenderung mengalami perubahan yang cukup besar ketika berada pada entrance region.
 +
 
 +
 
 +
 
 +
ALIRAN VISCOSITAS DALAM PIPA
 +
 
 +
Aliran viskositas adalah aliran zat cairyang mempunyai kekentalan (viskositas).Kekentalan adalah sifat fluida yanng dapat menyebabkan terjadinya tegangan geser terhadap waktu.Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 3 macam. Apabila pengaruh kekentalan (viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel suatu zat bergerak secara teratur menuut lintasan lurus maka aliran disebut laminar. Aliran Laminer (Re<2100) terjadi apabila kekentalan bernilai besar dan kecepatan aliran bernilai kecil. Dengan berkurangnyna pengaruh kekentalan atau bertambahnya kecepatan maka aliran akan berubah dari laminar menjadi turbulen. Pada aliran turbulen (Re > 4200) partikel-partikel fluida bergerak secara tidak teratur.Aliran Transisi,aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepatan turbulen. Aliran berbentuk laminar atau turbulen sangat tergantung oleh pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran transisi berlaku hubungan Bilangan Reynold, 2100 < NRe < 4200.
 +
 
 +
Dimana nilai Re merupakan perbandingan rasio antara gaya inersia dengan gaya viscositasnya yaitu:
 +
 
 +
Re=(ρ.v.D)/μ
 +
 
 +
Dimana :
 +
 
 +
D = Diameter pipa ( m )
 +
 
 +
V = Kecepatan rata-rata zat cair ( m / s )
 +
 
 +
μ = Viskositas zat cair ( kg / m.s )
 +
 
 +
ρ = Densitas zat cair ( kg / m3 )
 +
 
 +
Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
 +
 
 +
1.Fluida tak termampatkan (incompressible), pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida tak termampatkan.
 +
 
 +
2.Fluida termampatkan (compressible), pada keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan.
 +
 
 +
[[File:Screen_Shot_2020-06-17_at_18.35.09.png|centre|700px|thumb]]
 +
 
 +
== Pertemuan : 7 April 2020 ==
 +
 
 +
membahas mengenai analytic solution for laminar flow. Pak Dai juga menjawab soal dan diskusi mengenai persoalan pada materi ini. Lalu membahas tentang Governing Equation.
 +
 
 +
Governing Equation adalah persamaan yang mengatur gerak laku fluida. Contoh dari governing equation ada pada soal yaitu:
  
 +
  'δu/δt + u δu/δx + v δu/δy = -1 δp/ρδx + v δ^2p/δx^2 + νδ^2u/δy^2'
  
Hasil untuk soal a2 dengan keceparan 0,01 m/s dan dynamik viskos 10^-5
+
lalu membahas pengaruh dari viskositas dan inersia terhadap fully developed flow dan entrance length.
 +
 
 +
Semakin rendah viscous suatu aliran maka fully developednya lebih rendah dan entrance length lebih cepat. Bila aliran lebih kental maka fully developednya lebih cepat dan entrance length lebih rendah.
 +
 
 +
Lalu kami membahas tentang inersia semakin kecil gaya inersia maka lebih cepat terbentuk fully developed dan berlaku sebaliknya
 +
 
 +
== Pertemuan 8 April 2020 ==
 +
membahas mengenai aliran dan pengaruh Reynolds number terhadap jenis aliran, yaitu aliran laminer, transisi, dan turbulen.
 +
 
 +
Pada reynolds number yang kecil, aliran teratur dan kecepatan tetap terhadap waktu. Aliran ini disebut aliran laminer.
 +
Ketika reynolds numbernya semakin tinggi, maka lapisan berosilasi tetapi masih teratur, kecepatan setiap waktu berubah. Aliran ini disebut aliran laminer.
 +
Saat reynolds numbernya tinggi, aliran tidak teratur dan kecepatan berubah secara cepat atau rapid.
 +
 
 +
== Pertemuan 5 : 14 April 2020 ==
 +
 
 +
Governing Equation pada Aliran
 +
 
 +
Governing Equation adalah persamaan yang mengatur gerak laku fluida, bisa juga disebut persamaan atur. Ada tiga persamaan mengenai semua pergerakan aliran fluida yang ada di alam. Persamaan itu diantaranya konservasi massa, konservasi momentum, dan konservasi energi.
 +
 
 +
A. Konservasi massa adalah Massa sistem akan selalu konstan dari waktu ke waktu.
 +
'''Rumusnya: dm/dt = 0.'''
 +
 
 +
pengaplikasianya adalah berupa pipa dengan luas yang besar kecepatannya lebih kecil dibanding pipa dengan luas yang lebih kecil. Alasannya karena massa harus konstan, sehingga pada pipa dengan luas yang lebih besar, aliran terdorong lebih lambat.
 +
 
 +
----
 +
 
 +
 
 +
B. Hukum kekekalan momentum adalah kekalnya momentum pada sepanjang aliran, bisa berubah ke bentuk gaya ataupun sebaliknya. Hukum kekekalan momentum merupakan turunan dari hukum newton 2,
 +
 
 +
'''rumusnya: m dV/dt = ΣF.''' terdapat 3 unsur yang dapat mempengaruhi, yaitu gaya karena '''perbedaan tekanan, gaya gravitasi, dan gaya akibat gesekan fluida.'''
 +
 
 +
----
 +
 
 +
C. Konservasi energi membahas apabila sistem energi mengalami perubahan total harus diikuti perubahan dalam bentuk kerja dan panas.
 +
 
 +
'''Rumusnya:  dE/dt = W + Q'''
 +
 
 +
governing equatation banyak sekali digunakan dalam kegiatan sehari-hari karena setiap komponen memiliki bahan dasar yang berbeda-beda.
 +
 
 +
Misalnya memprediksi aliran udara di tangki mobil agar menimbulkan drag yang sedikit sehingga lebih hemat dalam bahan bakar.
 +
 
 +
'''2. Pengaruh Viskositas dan Kecepatan Inlet Fluida terhadap Aliran'''
 +
----
 +
 
 +
mengenai viskositas berpengaruh terhadap aliran suatu fluida. Pada pipa, semakin encer viskositas pada fluida, maka entrance region lebih panjang sehingga lebih cepat terbentuk fully developed flow.
 +
Aliran berbentuk turbulence.
 +
 
 +
kecepatan inlet juga berpengaruh pada suatu fluida. Bila kecepatan pada inlet diperkecil, maka aliran pada pipa akan menjadi laminar.
 +
 
 +
Hal ini sesuai dengan bilangan Reynolds, yaitu perbandingan antara gaya inersia terhadap gaya viscous '''(Re = V.D.ρ/μ)'''
 +
 
 +
 
 +
'''3.  Jenis Aliran Fluida.'''
 +
----
 +
 
 +
Aliran terbagi menjadi tiga, yaitu aliran laminer, aliran transasi, dan aliran turbulen.
 +
 
 +
A. Aliran laminer adalah aliran yang memiliki lapisan fluida paralel dan tidak bertabrakan satu dengan yang lain. Aliran ini mempunyai kecepatan konstan. Bilangan reynolds pada aliran ini < 2100
 +
 
 +
B. Aliran transisi adalah peralihan antara aliran laminer dan turbulen. Lapisan ini berosilasi dan kadang saling berpotongan tetapi masih teratur.
 +
 
 +
C. Aliran turbulen adalah aliran yang lapisan fluidanya sudah tidak teratur dan mengakibatkan terjadinya potongan antar lapisa. Kecepatan pada fluida ini berubah sangat cepat. Bilangan reynolds pada aliran ini > 4000
 +
 
 +
 
 +
Aplikasi observasi jenis aliran fluida adalah analisis kerusakan dalam pipa. Pada aliran yang turbulen menghasilkan pressure drop, sehingga terjadi head losses.
 +
 
 +
'''Head losses''' adalah kerugian karena adanya ''friction'' pada permukaan pipa.
 +
 
 +
'''4. Permukaan Kemiringan Pipa terhadap Pressure Drop Aliran'''
 +
----
 +
 
 +
Salah satu aplikasi perhitungan kemiringan pipa adalah penempatan ketinggian tangki air untuk sistem Air dari torrent yang berada di atap. Pada kasus yang sederhana ini, harus dapat ditentukan & perhitungkan seberapa kuat tekanan yang dikirimkan pompa untuk mengalirkan air ke sumber keran. Dalam beberapa kasus, kadang sumber air tidak selalu berada lebih tinggi dengan wilayah yang diirigasi, oleh karena itu, perlu mengurangi pressure drop yang disebabkan kenaikan ketinggian. Hal ini bisa diaatasi dengan analisis pressure drop, juga penambahan pompa pada pipa.
 +
 
 +
'''5. Viscous Sublayer'''
 +
----
 +
 
 +
Pada struktur aliran turbulen, ada beberapa lapisan yang dibedakan berdasarkan jarak daerah dari dinding pipa. Salah satunya adalah viscous sublayer. Viscous sublayer adalah lapisan yang sangat tipis dan paling dekat dengan dinding pipa. Pada lapisan ini, tegangan geser viscous lebih dominan dibandingkan dengan turbulen dan kecepatan aliran sangat kecil sehingga aliran laminer. Semakin besar viskositas fluida, maka semakin besar viscous sublayernya, semakin besar kecepatan aliran maka viscous sublayernya semakin tipis.
 +
 
 +
Sifat dari viscous sublayer berpengaruh dari kekasaran. dinding pipa. Bila kekasaran pipa kebih kecil dibenading tebal dari viscous sublayer, maka kekasaran terendam oleh viskositas sehingga tidak terlalu berpengaruh. Situasi ini dinamakan hydraulically smooth flow. Jika kekasaran pipa lebih besar dari tebal viscous sublayer, bisa menyebabkan gangguan aliran dan pressure drop. Situasi ini dinamakan hydraulically rough flow.
 +
 
 +
Viscous sublayer ini juga bisa menyebabkan disturbansi jika batas aliran laminer pada dekat dinding dan aliran turbulen tidak rata. Aliran yang cepat ketika menyentuh dinding, akan berdeformasi dari kecil hingga seluruh permukaan saling bertabrakan dan menyebabkan turbulansi.
 +
 
 +
Aplikasi pada perhitungan viscous sublayer adalah pada sayap pesawat. Pada sayap, tidak semua permukaan halus. Ada beberapa fin diatas sayap pada area tertentu yang digunakan untuk membuat vorteks yang dinamakan vortex generator. Pada umumnya, vorteks akan menyebabkan drag pada pesawat. Namun, pada kasus ini vortex generator sengaja membuat vorteks untuk menghasilkan energi. Karena ada energi tambahan pada viscous sublayer, maka aliran tidak akan terpisah sehingga angle of attack pada pesawat bisa diperbesar dan menambah lift pada pesawat itu.
 +
 
 +
'''6. Pengaruh Jenis Aliran terhadap Pressure Drop'''
 +
----
 +
 
 +
Pressure drop adalah penurunan tekanan yang terjadi akibat adanya gesekan pada fluida yang mengalir. Pressure drop akan menyebabkan panas, karena energi tekanan berubah menjadi panas. Pressure drop didapatkan dari selisih antar tekanan total inlet dan tekanan total outlet.
 +
 
 +
Pressure drop pada aliran turbulen akan lebih besar dibandingkan dengan aliran laminer. Hal itu disebabkan karena aliran laminer hanya ada tegangan viscous, sementara aliran turbulen ada tegangan viscous dan tegangan gesek antar partikel. Tegangan gesek ini akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran, sehingga tekanan dinamisnya berkurang.
 +
 
 +
Pressure drop juga dipengaruhi oleh gravitasi, yaitu saat perubahan ketinggian pipa. Selain, pressure drop dipengaruhi oleh arah pipa dan katup. Sambungan pipa dengan arah yang berbeda dan katup akan menghasilkan gesekan dan menyebabkan pressure drop. Ukuran diameter pipa juga berpengaruh. Bila diameter pipa besar maka pressure drop kecil. Faktor tersebut selalu ada secara konstan. Ada faktor yang semakin memburuk seiring berjalannya umur pipa, yaitu kekasaran pipa dan korosi yang menyebabkan gesekan semakin besar.
 +
 
 +
Aplikasi dari konsep pressure drop adalah analisis aliran dalam pemasangan pipa. Dari analisis tersebut kita dapat memprediksi pressure drop aliran, sehingga dapat dilakukan pemilihan bentuk dan material pipa yang paling efektif untuk aliran tersebut sehingga lebih hemat untuk jangka waktu yang panjang dan meminimalisir kerusakan pipa karena aliran turbulen.
 +
 
 +
 
 +
 
 +
 
 +
== Pertemuan Mekanika Fluida : 14 April 2020 ==
 +
 
 +
QUIZ
 +
 
 +
Soal No 1
 +
Kecepatan Aliran Laminar Arah Sumbu X Pada Plat Parallel
 +
Didalam mempelajari mekanika fluida kita mempelajari 3 hukum dasar yaitu
 +
- Hukum konservasi massa
 +
Hukum konservasi energi
 +
Hukum konservasi momentum
 +
Pada persoalan no 1 digunakan hukum konservasi momentum dengan menggunakan persamaan x – momentum. Hal ini dikarenakan kecepatan yang akan dicari hanya terfokus ke arah sumbu x. Dengan asumsi kecepatan arah y disetiap titik dianggap nol dan dengan boundary condition u = 0 pada saat H/2  dan  ∂u/∂y = 0 pada saat y = 0 didapatkan nilai u ̅ = H^2/12μ x ∆p/l
 +
 
 +
 
 +
Soal No 2
 +
Pengaruh Entrance Length Terhadap Kecepatan Aliran Laminer Pada Plat Parallel
 +
Aliran diantara pelat parallel terdapat beberapa jenis, satah satunya adalah aliran laminar. Aliran laminar adalah aliran yang teratur tidak berpotongan satu sama lain dengan kecepatan yang rendah dengan nilai bilangan Reynold dibawah 2100. Untuk menentukan jenis aliran dapat ditentukan dengan menentukan nilai bilangan reynoldnya dengan persamaan
 +
 
 +
  Re=(ρ*V*D)/μ
 +
 
 +
Jika kecepatan dari aliran tersebut ditinjau searah sumbu X nilainya tergantung kepada jarak titik tertentu dari inlet pipa. Mulai inlet hingga memasuki entrance region kecepatan aliran tersebut akan berubah, sedangkan ketika aliran memasuki entrance region kecepatanya akan konstan. Posisi entrance region dapat ditentukan dengan menghitung jarak entrance length dengan persamaan
 +
 
 +
  Le=0.06*Re*D
 +
 
 +
Sedangkan jika ditinjau searah sumbu Y nilai kecepatan nya tergantung kepada jarak suatu titik dari dinding pipa yang diakibatkan tegangan geser aliran tersebut. Semakin jauh titik tersebut dari dinding pipa makan kecepatan nya juga akan semakin besar karena di dinding pipa terdapat tegangan geser sehingga menyebabkan kecepatan pada dinding pipa sama dengan nol. Sehingga jika dilihat profil kecepatan nya akan terbentuk sebagai berikut.
 +
 
 +
 
 +
 +
 
 +
Dapat dilihat dari grafik nilai Le=1.5H. Kececepatan pada posisi L = 0.5H dan L  = H lebih kecil dibandingkan kecepatan aliran pada saat L =  Le. Sedangkan kecepatan pada L = 6H nilainya sama dengan kecepatan pada L = Le karena posisi tersebut sudah masuk kedalam entrance region.
 +
 
 +
 
 +
Soal No 3
 +
Kecepatan Aliran Turbulen
 +
Aliran turbulen adalah aliran yang partikel partikel nya bergerak secara acak, saling berpotongan dengan kecepatan yang tidak stabil di setiap titik nya. Cara untuk menghitung kecepatan aliran turbulen tidak bisa disamakan dengan cara menghitung kecepatan aliran laminar. Jika aliran laminar kita hanya perlu menghitung kecepatan rata rata u ̅ nya saja dan dianggap semua titik memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan rata rata. Sedangkan untuk aliran turbulen kita harus mencari kecepatan rata rata u ̅ dan kecepatan fluktuasi di titik tertentu u’.
 +
 
 +
 
 +
 +
 
 +
Sehingga ketika ingin menentukan kecepatan di titik A persamaan nya menjadi
 +
 
 +
  u total A = u ̅ A + u’A
 +
 
 +
Nilai kecepatan pada aliran turbulen jauh lebih besar jika dibandingkan dengan dengan kecepatan aliran laminar. Hal ini dikarenakan gaya inersia nya besa, bisa dilihat dari bilangan Reynold nya yang lebih besar dari 4200 (Re= gaya inersia / gaya friksi). Besarnya kecepatan pada aliran turbulen menyebabkan energi kinetiknya juga semakin besar yang nantinya akan menyebabkan sublapisan viskos semakin tebal.
 +
 
 +
 
 +
Soal No 4
 +
Pressure Drop Pada Aliran Laminar
 +
Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan tekanan di suatu titik terhadap titik awal. Hal ini bisa terjadi karena adanya gaya gesek pada aliran yang terdapat pada daerah dinding pipa. Pressure drop pada aliran laminar besarnya berbanding lurus dengan viskositas aliran, panjang lintasan pipa yang dilewati aliran, dan debit aliran tersebut dan berbanding terbalik dengan pangkat empat diameter pipa yang dilewati aliran. Jika dibuat ke dalam persamaan akan menjadi sebagai berikut
 +
 
 +
  ∆p=p1-p2= 128μlQ/(πD^4 )
 +
 
 +
 
 +
[[File:Screen_Shot_2020-06-16_at_08.52.01.png|400px|thumb|center]]
 +
 +
 
 +
 
 +
Soal No 5
 +
Pressure Drop Pada Aliran Turbulen
 +
Aliran turbulen didalam sebuah pipa terdapat suatu lapisan yang dinamakan sublapis viskos. Sublapisan viskos ini lah yang nantinya akan menimbulkan pressure drop. Sublapisan viskos besarnya di tentukan oleh besarnya besarnya viskositas dan tegangan geser pada dinding pipa. Tegangan geser pada aliran turbulen nilainya jauh lebih besar dibanding tegangan geser aliran laminar. Semakin besar viskositas suatu aliran dan tegangan geser pada permukaan pipa maka semakin besar pula sub lapisan viskos nya. Inilah hal yang nantinya akan membuat pressure drop pada aliran turbulen akan semakin besar.
 +
 
 +
 
 +
Soal No 6
 +
Perbandingan Pressure Drop Aliran Laminar dan Aliran Turbulen
 +
Perhitungan pressure drop pada aliran turbulen dan aliran laminar dapat digunakan dengan cara menentukan friction factor. Untuk aliran laminar nilai friction factornya adalalah f= 64/Re. Sedangkan untuk aliran turbulen nilai friction factornya dapat dilihat dalam diagram moody menentukan nilai Re dan perbandingan antara kekasaran ekuivalen terhadap diameter pipa (ε/D).
 +
 
 +
 
 +
Jika pada soal no 6 friction factor yang digunakan menggunakan rumus friction factor aliran laminar nilainya akan jauh lebih kecil jika dibanding menggunakan friction factor aliran turbulen ( 0.179 kPa disbanding dengan 1076 kPa) . Oleh karena itu jika aliran bisa dipertahankan pada kondisi laminar, ini akan sangat menguntungkan meskipun hal ini sulit untuk dilakukan.
 +
 
 +
== Pertemuan Mekanika Fluida : 15 April 2020 ==
 +
 
 +
Pada pertemuan kali ini pak DAI memberikan penjelasan tetntang losses.
 +
 
 +
[[Losses dibagi menjadi menjadi 2 yaitu mayor dan minor, tetatapi pada pertemuan kali ini hanya memfokuskan kepada minor losses. Minor losses adalah losses atau kerugian yang terjadi pada suatu aliran yang disebabkan oleh kehilangan energi dari fluida tersebut disebabkan karena perubahan ben kolaborasi kelas tuk lokasi saluran (fitting pipa). Kemudian pak DAI memberikan PR untuk kolaborasi kelas dan setiap mahasiswa menganalisa secondary flow yang terjadi pada salah satu fitting pipa menggunakana software CFDSOF.]]
 +
 
 +
Berikut adalah hasil simulasi yang saya lakukan pada sudden diffuser berukuran 2" x 4" dengan panjang total 200 mm atau 0.2 m
 +
 
 +
Slice 1 dilakukan pada jarak 0.03 m
 +
 
 +
 
 +
[[File:604px-PO Slice 0.3.jpg|400px|thumb|center]]
 +
 
 +
 
 +
Slice 2 dilakukan pada jarak perbedaan diameter difusser yaitu 0.1 m
 +
 
 +
 
 +
[[File:PO Slice 0.1.jpg|400px|thumb|center]]
 +
 
 +
 
 +
Slice 3 dilakukan pada jarak 0.19 m
 +
 
 +
 
 +
[[File:PO Slice01.jpg|400px|thumb|center]]
 +
 
 +
tekanan disetiap slice tersebut
 +
 
 +
 
 +
[[File:800px-P drop data.png|400px|thumb|center]]
 +
 
 +
== '''Soal Simulasi CFD mekanika fluida, Minor Losses Ex.8.6 - ARTIKEL 7''' ==
 +
Soal Ex.8.6 Munson
 +
 
 +
'''Soal Minor Losses Artikel 7'''
 +
[[File:SOAL_Minor_Loses.png|thumb|center|500px|]]
 +
[[File:Jawaban_minor_loses.png|thumb|center|500px|]]
 +
 
 +
'''Potongan Melintang Fenomena Cortex'''
 +
[[File:SliceMelintang.png|thumb|center|500px|Potongan Melintang pada Wind Tunnel]]
 +
 
 +
'''Potongan Sepanjang Sb.-Z Fenomena Cortex'''
 +
[[File:SliceMemotong(4.8,4.5,4,3.3,2.8,2.1,1.6,1,0.5)m.png|thumb|center|500px|Potongan Sepanjang Sb.-Z (4.8, 4.5, 4, 3.3, 2.8, 2.1, 1.6, 1, 0.5)m]]
 +
 
 +
'''Calculator'''
 +
[[File:ParameterPD.png|thumb|center|500px|Calculator]]
 +
 
 +
'''Hasil Perhitungan Pressure Drop Dalam Nozzle'''
 +
[[File:PressureDropDalamNozzle.png|thumb|center|500px|Pressure Drop Dalam Nozzle]]
 +
 
 +
'''Hasil Perhitungan Pressure Drop Dalam Difusser'''
 +
[[File:PressureDropDalamDifusser.png|thumb|center|500px|Pressure Drop Dalam Difusser]]
 +
 
 +
== '''Pertemuan kesepuluh''' ==
 +
----
 +
'''Hari, Tanggal : Rabu 29 April 2020'''
 +
 
 +
Pada pertemuan hari ini dilanjutan materi mengenai ''external flow''. Salah satu contoh yang ada dalah kehidupan sehari-hari adalah gedung yang menjulang tinggi akan terdapat gaya upstream flow velocity.
 +
Pada simulasi kali ini saya menggunakan fluida udara dengan ''properties'' beserta panjang mobil sebagai berikut :
 +
 
 +
 
 +
[[File:properties.PNG|200px|centre]]
 +
 
 +
 
 +
Sehingga didapatkan bilangan reynold 239525,1397 yang mana adalah jenis aliran turbulen.
 +
Kemudian saya melakukan ''meshing'' pada simulasi saya dan didapatkan hasil ''meshing'' dengan 2083 iterasi yang saya tunjukkan pada gambar sebagai berikut :
 +
 
 +
 
 +
[[File:Iterasi_iff.PNG|500px|centre]]
 +
 
 +
 
 +
[[File:2083_iterasi.PNG|500px|centre]]
 +
 
 +
 
 +
Kemudian saya buka hasil ''mesh'' tersebut pada ''software'' paraview sehingga didapatkan ''vortex'' sebagai berikut :
 +
 
 +
 
 +
[[File:Mesh1_iff.PNG|500px|centre]]
 +
 
 +
 
 +
[[File:Mesh2_iff.PNG|500px|centre]]
 +
 
 +
 
 +
 
 +
 
 +
''' Sinopsis Tugas Besar : Pengaruh Bentuk Saluran HVAC terhadap Pressure Loss'''
  
[[File:grafik V_P_a2.png|500px|GraFik Untuk soal a2]]   
+
----
[[File:perubahan_V_a2.png|500px|Perubahan pada beberapa titik untuk soal a2]]
 
  
  
Hasil untuk soal b2 dengan kecepatan 0,04 m/s dan dynamik viskos 4x10^-5
+
Dengan banyaknya pembangunan gedung-gedung di indonesia, khususnya di jakarta,
 +
untuk kebutuhan pemakaian energi listrik juga harus meningkat. Karena hal ini dimungkinkan
 +
penggunaan peralatan mep (mekanikal, elektrikal, plumbing) pada setiap gedung yang
 +
jumlahnya sangat banyak memerlukan energi listrik yang besar, untuk pengkonsumsian energi
 +
listriik yang paling besar dari keseluruhan pemakaian energi listrik pada gedung adalah untuk
 +
sistem tata udara.
 +
Semakin berkembangnya teknologi, maka semakin berkembangnya juga kenyamanan akan
 +
suatu ruangan yang ditempati. Salah satu penerapan teknologi pada kenyamanan suatu ruangan
 +
adalah HVAC yang merupakan singkatan dari Heating, Ventilation, dan Air Conditioning.
 +
Banyak penggunaan HVAC ini pada ruangan-ruangan yang membutuhkan suatu kondisi
 +
ruangan yang diinginkan, seperti control room. Battery room, workshop area dan ruangan
 +
lainnya di dalam suatu plant atau pabrik. Sistem HVAC ini juga diharapkan dapat menjaga
 +
kesehatan dan kebersihan dari suatu ruangan. HVAC mempunyai bentuk saluran yang
 +
bermacam-macam dan hal ini berpengaruh terhadap head loss. Hal ini cukup berpengaruh
 +
terhadap saluran HVAC dan mengurangi efisiensi terhadap tujuan dari system tersebut.
 +
Pada simulasi ini, bentuk saluran HVAC tersebut dianalisa dengan bentuk yang berbeda
 +
dan dilakukan dengan bantuan software CFD yaitu CFDSOF.
  
[[File:grafik V_P_b2.png|500px|Grafik untuk soal b2]]
+
'''Hasil Perhitungan Pressure Drop Dalam Difusser'''
[[File:perubahan_V_b2.png|500px|Perubahan pada bebrapa titik untuk soal b2]]
+
[[File:Hvac_1.png|thumb|center|500px|]]

Latest revision as of 18:39, 17 June 2020

BIODATA DIRI

Nama  : Anbia Maulana Pujiantoro

NPM  : 1806181842

Fakultas/Jurusan  : Teknik/Teknik Mesin

Anbia Maulana.S1 Teknik Mesin 2018.Universitas Indonesia

Pertemuan Mekanika Fluida 1 : 31 Maret 2020

Bahasan materi mata kuliah hari ini adalah aliran viskositas dan simulasi aliran tersebut dari software CFD. Aliran viskositas hari ini dipaparkan persamaan dan definisi dari aliran viskositas sendiri yaitu rasio perbandingan antara gaya intensitas dan gaya viskos.

Aplikasi CFD-SOF yaitu Aplikasi yang berguna untuk melakukan simulasi fluida.

aplikasi CFD-SOF ini dari awal dengan mencontohkan suatu kasus yaitu simulasi aliran laminar 2D dengan mengaplikasikan aliran viscous.

Bang Edo memberikan materi dan pengenalan terhadap aplikasi CFDSOF ini secara efektif dan jelas. CFDSOF merupakan software simulasi analisis rekayasa berbasis Computational Fluid Dynamics (CFD). Dalam simulasi dibuat geometri yang berbentuk box dan ukuran dimensi yang menggunakan sumbu x,y,z. Simulasi tersebut terbagi atas penentuan base mesh, generate mesh, check mesh, simulation model, fluid properties, dan boundary condition dan di akhir simulasi menekan tombol pada solver. Berikut beberapa gambar yang bisa saya ambil ketika saya mencoba aplikasi CFDSOF dengan arahan Bang Edo:


Tahap selanjutnya yaitu dengan menggunakan aplikasi parallel dari CFDSOF untuk penentuan nilai p pada area geometri, dimana pada hasil simulasi terdapat sebaran area yang berubah dari besar ke kecil. Area Inlet mendapat pressure terbesar dan berangsur mengecil sampai outlet. Berikut gambarnya :



Grafik dari hasil simulasi dengan hubungan momentum residual vs waktu, dengan 110 iterasi yang dihasilkan. Run time dibuat dengan 1000 unit. Berikut gambarnya :

Dalam simulasi dibuat geometri berbentuk box dan ukuran dimensi yang menggunakan sumbu x,y,z. Simulasi tersebut terbagi atas penentuan base mesh, generate mesh, check mesh, simulation model, fluid properties , dan boundary condition.

Lalu diberikan pertanyaan sebagai berikut

1. Apa itu entrance region/aliran masuk?

Bagian aliran dalam pipa di mana bidang kuantitas variabel mendasar (kecepatan, suhu atau konsentrasi) tergantung pada kondisi di pintu masuk dan di mana lapisan batas meningkat hingga mengisi seluruh bagian melintang pipa.

2. Apa itu fully developed flow/aliran berkembang sempurna? Aliran yang berkembang sempurna terjadi ketika efek viskos akibat tegangan geser antara partikel fluida dan dinding pipa menciptakan profil kecepatan yang berkembang sepenuhnya. Agar hal ini terjadi, fluida harus berjalan melalui pipa lurus. Selain itu, kecepatan fluida untuk aliran yang berkembang penuh akan berada pada titik tercepat di garis tengah pipa (persamaan 1 aliran laminar)

3. Apa itu entrance length? panjang saluran yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan maksimum bagian penampang 99% dari besaran yang dikembangkan sepenuhnya ketika aliran yang masuk seragam. Panjang pintu masuk hidrodinamik juga disebut sebagai panjang pengendapan

4. Apa pengaruh viskositas? dan pengaruh pressure drop dalam pipa?

jarak yang dilalui aliran setelah memasuki pipa sebelum aliran mengalami proses sebelumnya

5. Bagaimana cara menghitung pressure drop suatu aliran dalam laminar/turbulen?

Screen Shot 2020-06-16 at 08.58.19.png

Pada pertemuan ini Pak Dai menjelaskan tentang 3 Hukum Konservasi yang mana terdiri dari Massa, Mommentum, dan Energi.

Rumus Dasar Hukum Konservasi
Rumus Dasar Hukum Konservasi

Lalu penjelasan perbedaan Pendekatan Sistem (Lagrange) dan Control Volum (Euler). Penjelasan tentang Preassure Drop, yang mana perumusan untuk mencari pressure drop adalah Tekanan total yang masuk dikurangi dengan tekanan total yang keluar.

Ptot=Ps+Pd

Pd=1/2 ρv^2

Kemudian dilakukan pengulangan tentang langkah langkan membuat CFDSOF 2D oleh Bang Edo untuk memperbaiki bentuk grafik kecepatan.

Diberikan latihan soal dengan penyelesaiaan menggunakan CFDSOF:

Soal Latihan

Hasil dari pemecahan masalah menggunakan CFDSOF terdiri dari Grafik dan perbandingan kecepatan dari beberapa titik.

Hasil pemecahan masalah untuk Soal a1 dan b1 yang mana dengan kecepata 0,01 m/s dan dynamik viskos 4x10^-5


Hasil untuk soal a2 dengan keceparan 0,01 m/s dan dynamik viskos 10^-5


Hasil untuk soal b2 dengan kecepatan 0,04 m/s dan dynamik viskos 4x10^-5


Dari hasil simulasi CFDSOF yang disupport oleh software paraview pada point b bagian 1 dan 2, perubahan kecepatan pada entrance region lebih besar jika dibandingkan dengan perubahan kecepatan setelah entrance region yang mana perubahan kecepatan jauh lebih kecil. Hal ini menguatkan teori bahwa perhitungan kecepatan pada daerah entrance region jauh lebih kompleks daripada perubahan kecepatan pada fully developed region yang mana perubahan kecepatan sangat kecil sehingga perhitungannya pun jauh lebih simpel.

Pada poin a dan b, seiring dengan perubahan kecepatan pada entrance region, parameter lain yang berubah adalah tekanan dinamik dikarenakan hubungan tekanan dinamik dan kecepatan adalah sebagai berikut :

Dengan μ dan V berturut-turut adalah viskositas dinamik dan kecepatan. Hal ini menyebabkan tekanan dinamik cenderung lebih konstan ketika berada pada fully developed region dikarenakan perubahan kecepatan pada daerah tersebut sangat kecil, namun sebaliknya tekanan dinamik cenderung mengalami perubahan yang cukup besar ketika berada pada entrance region.


ALIRAN VISCOSITAS DALAM PIPA

Aliran viskositas adalah aliran zat cairyang mempunyai kekentalan (viskositas).Kekentalan adalah sifat fluida yanng dapat menyebabkan terjadinya tegangan geser terhadap waktu.Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 3 macam. Apabila pengaruh kekentalan (viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel suatu zat bergerak secara teratur menuut lintasan lurus maka aliran disebut laminar. Aliran Laminer (Re<2100) terjadi apabila kekentalan bernilai besar dan kecepatan aliran bernilai kecil. Dengan berkurangnyna pengaruh kekentalan atau bertambahnya kecepatan maka aliran akan berubah dari laminar menjadi turbulen. Pada aliran turbulen (Re > 4200) partikel-partikel fluida bergerak secara tidak teratur.Aliran Transisi,aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepatan turbulen. Aliran berbentuk laminar atau turbulen sangat tergantung oleh pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran transisi berlaku hubungan Bilangan Reynold, 2100 < NRe < 4200.

Dimana nilai Re merupakan perbandingan rasio antara gaya inersia dengan gaya viscositasnya yaitu:

Re=(ρ.v.D)/μ

Dimana :

D = Diameter pipa ( m )

V = Kecepatan rata-rata zat cair ( m / s )

μ = Viskositas zat cair ( kg / m.s )

ρ = Densitas zat cair ( kg / m3 )

Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1.Fluida tak termampatkan (incompressible), pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida tak termampatkan.

2.Fluida termampatkan (compressible), pada keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan.

Screen Shot 2020-06-17 at 18.35.09.png

Pertemuan : 7 April 2020

membahas mengenai analytic solution for laminar flow. Pak Dai juga menjawab soal dan diskusi mengenai persoalan pada materi ini. Lalu membahas tentang Governing Equation.

Governing Equation adalah persamaan yang mengatur gerak laku fluida. Contoh dari governing equation ada pada soal yaitu:

  'δu/δt + u δu/δx + v δu/δy = -1 δp/ρδx + v δ^2p/δx^2 + νδ^2u/δy^2'

lalu membahas pengaruh dari viskositas dan inersia terhadap fully developed flow dan entrance length.

Semakin rendah viscous suatu aliran maka fully developednya lebih rendah dan entrance length lebih cepat. Bila aliran lebih kental maka fully developednya lebih cepat dan entrance length lebih rendah.

Lalu kami membahas tentang inersia semakin kecil gaya inersia maka lebih cepat terbentuk fully developed dan berlaku sebaliknya

Pertemuan 8 April 2020

membahas mengenai aliran dan pengaruh Reynolds number terhadap jenis aliran, yaitu aliran laminer, transisi, dan turbulen.

Pada reynolds number yang kecil, aliran teratur dan kecepatan tetap terhadap waktu. Aliran ini disebut aliran laminer. Ketika reynolds numbernya semakin tinggi, maka lapisan berosilasi tetapi masih teratur, kecepatan setiap waktu berubah. Aliran ini disebut aliran laminer. Saat reynolds numbernya tinggi, aliran tidak teratur dan kecepatan berubah secara cepat atau rapid.

Pertemuan 5 : 14 April 2020

Governing Equation pada Aliran

Governing Equation adalah persamaan yang mengatur gerak laku fluida, bisa juga disebut persamaan atur. Ada tiga persamaan mengenai semua pergerakan aliran fluida yang ada di alam. Persamaan itu diantaranya konservasi massa, konservasi momentum, dan konservasi energi.

A. Konservasi massa adalah Massa sistem akan selalu konstan dari waktu ke waktu. Rumusnya: dm/dt = 0.

pengaplikasianya adalah berupa pipa dengan luas yang besar kecepatannya lebih kecil dibanding pipa dengan luas yang lebih kecil. Alasannya karena massa harus konstan, sehingga pada pipa dengan luas yang lebih besar, aliran terdorong lebih lambat.



B. Hukum kekekalan momentum adalah kekalnya momentum pada sepanjang aliran, bisa berubah ke bentuk gaya ataupun sebaliknya. Hukum kekekalan momentum merupakan turunan dari hukum newton 2,

rumusnya: m dV/dt = ΣF. terdapat 3 unsur yang dapat mempengaruhi, yaitu gaya karena perbedaan tekanan, gaya gravitasi, dan gaya akibat gesekan fluida.


C. Konservasi energi membahas apabila sistem energi mengalami perubahan total harus diikuti perubahan dalam bentuk kerja dan panas.

Rumusnya: dE/dt = W + Q

governing equatation banyak sekali digunakan dalam kegiatan sehari-hari karena setiap komponen memiliki bahan dasar yang berbeda-beda.

Misalnya memprediksi aliran udara di tangki mobil agar menimbulkan drag yang sedikit sehingga lebih hemat dalam bahan bakar.

2. Pengaruh Viskositas dan Kecepatan Inlet Fluida terhadap Aliran


mengenai viskositas berpengaruh terhadap aliran suatu fluida. Pada pipa, semakin encer viskositas pada fluida, maka entrance region lebih panjang sehingga lebih cepat terbentuk fully developed flow. Aliran berbentuk turbulence.

kecepatan inlet juga berpengaruh pada suatu fluida. Bila kecepatan pada inlet diperkecil, maka aliran pada pipa akan menjadi laminar.

Hal ini sesuai dengan bilangan Reynolds, yaitu perbandingan antara gaya inersia terhadap gaya viscous (Re = V.D.ρ/μ)


3. Jenis Aliran Fluida.


Aliran terbagi menjadi tiga, yaitu aliran laminer, aliran transasi, dan aliran turbulen.

A. Aliran laminer adalah aliran yang memiliki lapisan fluida paralel dan tidak bertabrakan satu dengan yang lain. Aliran ini mempunyai kecepatan konstan. Bilangan reynolds pada aliran ini < 2100

B. Aliran transisi adalah peralihan antara aliran laminer dan turbulen. Lapisan ini berosilasi dan kadang saling berpotongan tetapi masih teratur.

C. Aliran turbulen adalah aliran yang lapisan fluidanya sudah tidak teratur dan mengakibatkan terjadinya potongan antar lapisa. Kecepatan pada fluida ini berubah sangat cepat. Bilangan reynolds pada aliran ini > 4000


Aplikasi observasi jenis aliran fluida adalah analisis kerusakan dalam pipa. Pada aliran yang turbulen menghasilkan pressure drop, sehingga terjadi head losses.

Head losses adalah kerugian karena adanya friction pada permukaan pipa.

4. Permukaan Kemiringan Pipa terhadap Pressure Drop Aliran


Salah satu aplikasi perhitungan kemiringan pipa adalah penempatan ketinggian tangki air untuk sistem Air dari torrent yang berada di atap. Pada kasus yang sederhana ini, harus dapat ditentukan & perhitungkan seberapa kuat tekanan yang dikirimkan pompa untuk mengalirkan air ke sumber keran. Dalam beberapa kasus, kadang sumber air tidak selalu berada lebih tinggi dengan wilayah yang diirigasi, oleh karena itu, perlu mengurangi pressure drop yang disebabkan kenaikan ketinggian. Hal ini bisa diaatasi dengan analisis pressure drop, juga penambahan pompa pada pipa.

5. Viscous Sublayer


Pada struktur aliran turbulen, ada beberapa lapisan yang dibedakan berdasarkan jarak daerah dari dinding pipa. Salah satunya adalah viscous sublayer. Viscous sublayer adalah lapisan yang sangat tipis dan paling dekat dengan dinding pipa. Pada lapisan ini, tegangan geser viscous lebih dominan dibandingkan dengan turbulen dan kecepatan aliran sangat kecil sehingga aliran laminer. Semakin besar viskositas fluida, maka semakin besar viscous sublayernya, semakin besar kecepatan aliran maka viscous sublayernya semakin tipis.

Sifat dari viscous sublayer berpengaruh dari kekasaran. dinding pipa. Bila kekasaran pipa kebih kecil dibenading tebal dari viscous sublayer, maka kekasaran terendam oleh viskositas sehingga tidak terlalu berpengaruh. Situasi ini dinamakan hydraulically smooth flow. Jika kekasaran pipa lebih besar dari tebal viscous sublayer, bisa menyebabkan gangguan aliran dan pressure drop. Situasi ini dinamakan hydraulically rough flow.

Viscous sublayer ini juga bisa menyebabkan disturbansi jika batas aliran laminer pada dekat dinding dan aliran turbulen tidak rata. Aliran yang cepat ketika menyentuh dinding, akan berdeformasi dari kecil hingga seluruh permukaan saling bertabrakan dan menyebabkan turbulansi.

Aplikasi pada perhitungan viscous sublayer adalah pada sayap pesawat. Pada sayap, tidak semua permukaan halus. Ada beberapa fin diatas sayap pada area tertentu yang digunakan untuk membuat vorteks yang dinamakan vortex generator. Pada umumnya, vorteks akan menyebabkan drag pada pesawat. Namun, pada kasus ini vortex generator sengaja membuat vorteks untuk menghasilkan energi. Karena ada energi tambahan pada viscous sublayer, maka aliran tidak akan terpisah sehingga angle of attack pada pesawat bisa diperbesar dan menambah lift pada pesawat itu.

6. Pengaruh Jenis Aliran terhadap Pressure Drop


Pressure drop adalah penurunan tekanan yang terjadi akibat adanya gesekan pada fluida yang mengalir. Pressure drop akan menyebabkan panas, karena energi tekanan berubah menjadi panas. Pressure drop didapatkan dari selisih antar tekanan total inlet dan tekanan total outlet.

Pressure drop pada aliran turbulen akan lebih besar dibandingkan dengan aliran laminer. Hal itu disebabkan karena aliran laminer hanya ada tegangan viscous, sementara aliran turbulen ada tegangan viscous dan tegangan gesek antar partikel. Tegangan gesek ini akan menyebabkan penurunan kecepatan aliran, sehingga tekanan dinamisnya berkurang.

Pressure drop juga dipengaruhi oleh gravitasi, yaitu saat perubahan ketinggian pipa. Selain, pressure drop dipengaruhi oleh arah pipa dan katup. Sambungan pipa dengan arah yang berbeda dan katup akan menghasilkan gesekan dan menyebabkan pressure drop. Ukuran diameter pipa juga berpengaruh. Bila diameter pipa besar maka pressure drop kecil. Faktor tersebut selalu ada secara konstan. Ada faktor yang semakin memburuk seiring berjalannya umur pipa, yaitu kekasaran pipa dan korosi yang menyebabkan gesekan semakin besar.

Aplikasi dari konsep pressure drop adalah analisis aliran dalam pemasangan pipa. Dari analisis tersebut kita dapat memprediksi pressure drop aliran, sehingga dapat dilakukan pemilihan bentuk dan material pipa yang paling efektif untuk aliran tersebut sehingga lebih hemat untuk jangka waktu yang panjang dan meminimalisir kerusakan pipa karena aliran turbulen.



Pertemuan Mekanika Fluida : 14 April 2020

QUIZ

Soal No 1 Kecepatan Aliran Laminar Arah Sumbu X Pada Plat Parallel Didalam mempelajari mekanika fluida kita mempelajari 3 hukum dasar yaitu - Hukum konservasi massa Hukum konservasi energi Hukum konservasi momentum Pada persoalan no 1 digunakan hukum konservasi momentum dengan menggunakan persamaan x – momentum. Hal ini dikarenakan kecepatan yang akan dicari hanya terfokus ke arah sumbu x. Dengan asumsi kecepatan arah y disetiap titik dianggap nol dan dengan boundary condition u = 0 pada saat H/2 dan ∂u/∂y = 0 pada saat y = 0 didapatkan nilai u ̅ = H^2/12μ x ∆p/l


Soal No 2 Pengaruh Entrance Length Terhadap Kecepatan Aliran Laminer Pada Plat Parallel Aliran diantara pelat parallel terdapat beberapa jenis, satah satunya adalah aliran laminar. Aliran laminar adalah aliran yang teratur tidak berpotongan satu sama lain dengan kecepatan yang rendah dengan nilai bilangan Reynold dibawah 2100. Untuk menentukan jenis aliran dapat ditentukan dengan menentukan nilai bilangan reynoldnya dengan persamaan

  Re=(ρ*V*D)/μ

Jika kecepatan dari aliran tersebut ditinjau searah sumbu X nilainya tergantung kepada jarak titik tertentu dari inlet pipa. Mulai inlet hingga memasuki entrance region kecepatan aliran tersebut akan berubah, sedangkan ketika aliran memasuki entrance region kecepatanya akan konstan. Posisi entrance region dapat ditentukan dengan menghitung jarak entrance length dengan persamaan

  Le=0.06*Re*D

Sedangkan jika ditinjau searah sumbu Y nilai kecepatan nya tergantung kepada jarak suatu titik dari dinding pipa yang diakibatkan tegangan geser aliran tersebut. Semakin jauh titik tersebut dari dinding pipa makan kecepatan nya juga akan semakin besar karena di dinding pipa terdapat tegangan geser sehingga menyebabkan kecepatan pada dinding pipa sama dengan nol. Sehingga jika dilihat profil kecepatan nya akan terbentuk sebagai berikut.



Dapat dilihat dari grafik nilai Le=1.5H. Kececepatan pada posisi L = 0.5H dan L = H lebih kecil dibandingkan kecepatan aliran pada saat L = Le. Sedangkan kecepatan pada L = 6H nilainya sama dengan kecepatan pada L = Le karena posisi tersebut sudah masuk kedalam entrance region.


Soal No 3 Kecepatan Aliran Turbulen Aliran turbulen adalah aliran yang partikel partikel nya bergerak secara acak, saling berpotongan dengan kecepatan yang tidak stabil di setiap titik nya. Cara untuk menghitung kecepatan aliran turbulen tidak bisa disamakan dengan cara menghitung kecepatan aliran laminar. Jika aliran laminar kita hanya perlu menghitung kecepatan rata rata u ̅ nya saja dan dianggap semua titik memiliki kecepatan yang sama dengan kecepatan rata rata. Sedangkan untuk aliran turbulen kita harus mencari kecepatan rata rata u ̅ dan kecepatan fluktuasi di titik tertentu u’.



Sehingga ketika ingin menentukan kecepatan di titik A persamaan nya menjadi

  u total A = u ̅ A + u’A

Nilai kecepatan pada aliran turbulen jauh lebih besar jika dibandingkan dengan dengan kecepatan aliran laminar. Hal ini dikarenakan gaya inersia nya besa, bisa dilihat dari bilangan Reynold nya yang lebih besar dari 4200 (Re= gaya inersia / gaya friksi). Besarnya kecepatan pada aliran turbulen menyebabkan energi kinetiknya juga semakin besar yang nantinya akan menyebabkan sublapisan viskos semakin tebal.


Soal No 4 Pressure Drop Pada Aliran Laminar Pressure drop adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan tekanan di suatu titik terhadap titik awal. Hal ini bisa terjadi karena adanya gaya gesek pada aliran yang terdapat pada daerah dinding pipa. Pressure drop pada aliran laminar besarnya berbanding lurus dengan viskositas aliran, panjang lintasan pipa yang dilewati aliran, dan debit aliran tersebut dan berbanding terbalik dengan pangkat empat diameter pipa yang dilewati aliran. Jika dibuat ke dalam persamaan akan menjadi sebagai berikut

  ∆p=p1-p2= 128μlQ/(πD^4 )


Screen Shot 2020-06-16 at 08.52.01.png


Soal No 5 Pressure Drop Pada Aliran Turbulen Aliran turbulen didalam sebuah pipa terdapat suatu lapisan yang dinamakan sublapis viskos. Sublapisan viskos ini lah yang nantinya akan menimbulkan pressure drop. Sublapisan viskos besarnya di tentukan oleh besarnya besarnya viskositas dan tegangan geser pada dinding pipa. Tegangan geser pada aliran turbulen nilainya jauh lebih besar dibanding tegangan geser aliran laminar. Semakin besar viskositas suatu aliran dan tegangan geser pada permukaan pipa maka semakin besar pula sub lapisan viskos nya. Inilah hal yang nantinya akan membuat pressure drop pada aliran turbulen akan semakin besar.


Soal No 6 Perbandingan Pressure Drop Aliran Laminar dan Aliran Turbulen Perhitungan pressure drop pada aliran turbulen dan aliran laminar dapat digunakan dengan cara menentukan friction factor. Untuk aliran laminar nilai friction factornya adalalah f= 64/Re. Sedangkan untuk aliran turbulen nilai friction factornya dapat dilihat dalam diagram moody menentukan nilai Re dan perbandingan antara kekasaran ekuivalen terhadap diameter pipa (ε/D).


Jika pada soal no 6 friction factor yang digunakan menggunakan rumus friction factor aliran laminar nilainya akan jauh lebih kecil jika dibanding menggunakan friction factor aliran turbulen ( 0.179 kPa disbanding dengan 1076 kPa) . Oleh karena itu jika aliran bisa dipertahankan pada kondisi laminar, ini akan sangat menguntungkan meskipun hal ini sulit untuk dilakukan.

Pertemuan Mekanika Fluida : 15 April 2020

Pada pertemuan kali ini pak DAI memberikan penjelasan tetntang losses.

[[Losses dibagi menjadi menjadi 2 yaitu mayor dan minor, tetatapi pada pertemuan kali ini hanya memfokuskan kepada minor losses. Minor losses adalah losses atau kerugian yang terjadi pada suatu aliran yang disebabkan oleh kehilangan energi dari fluida tersebut disebabkan karena perubahan ben kolaborasi kelas tuk lokasi saluran (fitting pipa). Kemudian pak DAI memberikan PR untuk kolaborasi kelas dan setiap mahasiswa menganalisa secondary flow yang terjadi pada salah satu fitting pipa menggunakana software CFDSOF.]]

Berikut adalah hasil simulasi yang saya lakukan pada sudden diffuser berukuran 2" x 4" dengan panjang total 200 mm atau 0.2 m

Slice 1 dilakukan pada jarak 0.03 m


604px-PO Slice 0.3.jpg


Slice 2 dilakukan pada jarak perbedaan diameter difusser yaitu 0.1 m


PO Slice 0.1.jpg


Slice 3 dilakukan pada jarak 0.19 m


PO Slice01.jpg

tekanan disetiap slice tersebut


800px-P drop data.png

Soal Simulasi CFD mekanika fluida, Minor Losses Ex.8.6 - ARTIKEL 7

Soal Ex.8.6 Munson

Soal Minor Losses Artikel 7

SOAL Minor Loses.png
Jawaban minor loses.png

Potongan Melintang Fenomena Cortex

Potongan Melintang pada Wind Tunnel

Potongan Sepanjang Sb.-Z Fenomena Cortex

Potongan Sepanjang Sb.-Z (4.8, 4.5, 4, 3.3, 2.8, 2.1, 1.6, 1, 0.5)m

Calculator

Calculator

Hasil Perhitungan Pressure Drop Dalam Nozzle

Pressure Drop Dalam Nozzle

Hasil Perhitungan Pressure Drop Dalam Difusser

Pressure Drop Dalam Difusser

Pertemuan kesepuluh


Hari, Tanggal : Rabu 29 April 2020

Pada pertemuan hari ini dilanjutan materi mengenai external flow. Salah satu contoh yang ada dalah kehidupan sehari-hari adalah gedung yang menjulang tinggi akan terdapat gaya upstream flow velocity. Pada simulasi kali ini saya menggunakan fluida udara dengan properties beserta panjang mobil sebagai berikut :


Properties.PNG


Sehingga didapatkan bilangan reynold 239525,1397 yang mana adalah jenis aliran turbulen. Kemudian saya melakukan meshing pada simulasi saya dan didapatkan hasil meshing dengan 2083 iterasi yang saya tunjukkan pada gambar sebagai berikut :


Iterasi iff.PNG


2083 iterasi.PNG


Kemudian saya buka hasil mesh tersebut pada software paraview sehingga didapatkan vortex sebagai berikut :


Mesh1 iff.PNG


Mesh2 iff.PNG



Sinopsis Tugas Besar : Pengaruh Bentuk Saluran HVAC terhadap Pressure Loss



Dengan banyaknya pembangunan gedung-gedung di indonesia, khususnya di jakarta, untuk kebutuhan pemakaian energi listrik juga harus meningkat. Karena hal ini dimungkinkan penggunaan peralatan mep (mekanikal, elektrikal, plumbing) pada setiap gedung yang jumlahnya sangat banyak memerlukan energi listrik yang besar, untuk pengkonsumsian energi listriik yang paling besar dari keseluruhan pemakaian energi listrik pada gedung adalah untuk sistem tata udara. Semakin berkembangnya teknologi, maka semakin berkembangnya juga kenyamanan akan suatu ruangan yang ditempati. Salah satu penerapan teknologi pada kenyamanan suatu ruangan adalah HVAC yang merupakan singkatan dari Heating, Ventilation, dan Air Conditioning. Banyak penggunaan HVAC ini pada ruangan-ruangan yang membutuhkan suatu kondisi ruangan yang diinginkan, seperti control room. Battery room, workshop area dan ruangan lainnya di dalam suatu plant atau pabrik. Sistem HVAC ini juga diharapkan dapat menjaga kesehatan dan kebersihan dari suatu ruangan. HVAC mempunyai bentuk saluran yang bermacam-macam dan hal ini berpengaruh terhadap head loss. Hal ini cukup berpengaruh terhadap saluran HVAC dan mengurangi efisiensi terhadap tujuan dari system tersebut. Pada simulasi ini, bentuk saluran HVAC tersebut dianalisa dengan bentuk yang berbeda dan dilakukan dengan bantuan software CFD yaitu CFDSOF.

Hasil Perhitungan Pressure Drop Dalam Difusser

Hvac 1.png