Analisa Truss oleh Ruhama Sidqy

From ccitonlinewiki
Jump to: navigation, search

Analisis Gaya Pada Rangka Batang/Truss, Metode Titik Buhul Perhitungan gaya pada rangka batang/truss menggunakan perhitungan reaksi perletakkan. Struktur rangka batang itu terdiri dari batang. Gambar struktur diperlihatkan di bawah ini


Menurut buku, stabilitas rangka batang dapat ditinjau dari stabilitas luar, yaitu reaksi perletakan tidak boleh bertemu di satu titik. Selain dari stabilitas luar, ada juga stabilitas dalam, yaitu rangka batang harus tersusun dari pola-pola segitiga. Struktur ada yang statis tertentu dan statis tak tentu, yang akan dibahas disini adalah struktur statis tertentu. Syarat dari struktur statis tertentu adalah jumlah gaya pada tumpuan struktur = 3. Seperti gambar diatas ada satu tumpuan sendi dan satu tumpuan rol. Tumpuan sendi mempunyai dua gaya, yaitu gaya horizontal dan vertikal (maksudnya yang sejajar dan tegak lurus), sedangkan tumpuan rol memiliki satu gaya, yaitu gaya vertikal. Maka jika dijumlahkan ada tiga gaya, sehingga struktur ini memenuhi syarat struktur statis tertentu. Cara menghitung gaya pada batang, ada dua metode yang dikenal saat ini. Dua metode tersebut adalah metode titik buhul, dan metode ritter. Sebagai contoh saya akan gunakan metode titik buhul. Metode titik buhul cukup sederhana, namun butuh ketelitian. Penyelesaiannya dimulai dengan menghitung reaksi perletakan. Lalu menghitung gaya vertikal dan horizontal dengan persamaan ΣV=0 dan ΣH=0.

Langkah pertama adalah tentukan sudut antar batang, dan berikan nama pada tiap titik buhul dan tiap batang, ini untuk memudahkan perhitungan supaya tidak membingungkan. Penamaan adalah bebas. Langkah kedua adalah hitung reaksi perletakannya. Pada contoh ini gaya yang diberikan tepat di tengah sebesar 20 kN, maka beban ini akan didistribusikan ke tumpuan masing-masing sebesar 10 kN. Sehingga RAV= 10 kN dan RBV = 10 kN, sedangkan RAH=0, karena tidak ada beban horizontal. Langkah berikutnya adalah menghitung gaya pada batang di setiap titik buhul. Pertama kita akan menghitung gaya pada batang di buhul A

ΣV=0 RAV + F1 sin 45 = 0 10 = – F1 sin 45 – F1 = 10/ sin 45 F1 = -14.14 kN ΣH=0 RAH + F2 + F1 cos 45 = 0 0 +F2 = -F1 cos 45 F2= -(-14.14 cos 45) F2= 10 kN Selanjutnya di buhul B. oh iya,, setiap tanda arah pada batang menjauhi titik buhul.

ΣV=0 F3=0 ΣH=0 F2-F4 = 0 F2 = F4 F4 = 10 kN


Buhul C

ΣV=0 -20 – F3 – F1 sin 45 – F5 sin 45 = 0 -20 – 0 – (-14.14 sin 45) = F5 sin 45 -20 – 0 + 10 = F5 sin 45 F5 = -10/sin 45 F5 = -14.14 kN ΣH=0 (dicek, bener nggak hitungan diatas) – F1 cos 45 + F5 cos 45 = 0 -10 + 10 = 0 Jadi hasilnya adalah: F1= -14.14 kN F2= 10 kN F3= 0 kN F4= 10 kN F5= -14.14 kN

  • )tanda minus menunjukkan batang tersebut dalam kondisi tekan, dan tanda plus dalam kondisi tarik.

bisa digambarkan seperti ini: